Tinta Media - Direktur Siyasah Institute Iwan Januar menilai bahwa pernyataan Syafiq Hasyim untuk memberi ruang kepada Ponpes Al-Zaytun demi HAM, adalah pandangan khas kaum liberal.
“Pernyataan Syafiq Hasyim bahwa Ponpes Al-Zaytun dan Panji Gumilang harus diberikan ruang penafsiran agama menurut perspektif mereka, demi HAM, adalah pandangan khas kaum liberal,” tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (25/5/2023).
“Bagi mereka yang sudah kerasukan pemikiran liberalisme semua penafsiran agama adalah sah walaupun menabrak kaidah-kaidah agama Islam itu sendiri,” tambahnya.
Menurut Iwan, pemikiran kaum liberal itu hipokrit. “Mereka bisa setengah mati membela ajaran menyimpang seperti Ahmadiyah atau LG8T, tapi akan mati-matian ngotot pembubaran kelompok-kelompok Islam yang justru memperjuangkan Islam seperti FP1 dan HT1,” jelasnya.
“Jadi, dimana kebebasan ruang perspektif agama yang digaungkan mereka? Hipokrit itu namanya,” tegasnya.
Tentang kasus Al-Zaytun sekarang, kata Iwan, MUI dan Kemenag ditunggu umat untuk bersikap tegas dan konsisten terhadap sejumlah paham di Ponpes Al-Zaytun yang dipandang sesat oleh warga. “Kuncinya ada pada dua lembaga ini, apakah mereka bisa menjalankan amanah ini dengan baik sesuai kaidah-kaidah agama, atau justru dengan dalih pengembangan toleransi umat beragama akan mencari pembenaran atas beragam pemahaman yang beredar di ponpes itu,” paparnya.
Ia mengungkapkan hal ini sudah berlangsung bertahun-tahun mengundang kecurigaan umat. MUI dan Kemenag harus bisa keluar dari tekanan dan kepentingan politik siapa saja untuk melindungi agama dan melindungi akidah umat. “Bila memang Al-Zaytun menyimpang maka harus segera dibenahi, dibina atau kalau perlu dibubarkan kepengurusannya, tidak memandang ada pejabat yang punya koneksi dekat dengan mereka,” ungkapnya.
“Jangan sampai seperti aliran Ahmadiyah yang sengaja ditanam di tubuh umat untuk menjadi kanker, perusak tubuh umat, tapi dipelihara dan dijaga oleh kekuatan asing juga lokal,” pungkasnya.[] Raras