Politik Erdogan adalah Politik Pragmatisme, Ini Penjelasannya - Tinta Media

Selasa, 30 Mei 2023

Politik Erdogan adalah Politik Pragmatisme, Ini Penjelasannya

Tinta Media - Pengajar Hubungan Internasional Hasbi Aswar, M.A., Ph.D. mengatakan bahwa politik Erdogan itu adalah politik pragmatisme atau politik jangka pendek.

“Erdogan itu kan sebenarnya murni politik pragmatisme atau dalam kerangka politik jangka pendek,” tegasnya dalam Rubrik Dialogika: Pemilu Turki Kemenangan Islam dan Campur Tangan AS, Jumat (20/5/2023) di kanal Youtube Peradaban Islam ID.

Dia menjelaskan faktor-faktor alasan kenapa Erdogan tidak menjadi Islami betul dan juga revolusioner hanya sekedar mengambil Islam secara sebagian-sebagian.

“Sebenarnya ada beberapa faktor. Yang pertama adalah tidak mungkin dalam kondisi masyarakat yang saat ini. Misalnya tidak memperlihatkan prestasi-prestasi. Yang kedua adalah tetap menjaga hubungan dengan apa dengan Uni Eropa,” jelasnya.

Dia melanjutkan Turki tetap menjaga hubungan dan tetap memperpanjang atau tetap memperjuangkan masuknya Turki di Uni Eropa. Kalau Erdogan benar-benar ingin islami, seharusnya Erdogan tidak mengurusi itu.

“Tapi Erdogan itu memperlihatkan diri bahwa kami itu sebenarnya tidak ingin menuju kepada "jalan Islamisme" atau kami tidak ingin menuju kepada jalan yang disebut sebagai orang-orang ini ottomanisme dan seterusnya itu. Tapi, kami ingin Turki itu demokratis yang akomodatif terhadap semua golongan. Itu yang Erdogan sering katakan,” lanjutnya.

Dia membeberkan bahwa manuver politik Erdogan baik dalam maupun luar negeri itu adalah sekuler, meskipun Erdogan sering dikatakan oleh kelompok-kelompok sekuler tentang Erdogan yang membawa Turki ke dalam negara yang tertutup lebih islami dan Erdogan mengatakan tidak.

Dia melanjutkan sama halnya dengan partai Islam di Indonesia yang awal-awalnya kelihatan sangat islami tapi kemudian akhirnya kelihatan seperti itu, yang tidak konsisten pada islam.

“Karena di Indonesia dalam konteks politik elektoral, kalau ingin elektoral 5 tahunan, kalau kita ingin berkuasa, kalau ingin idealis, kita tidak akan mungkin menunggu ratusan tahun baru bisa berkuasa. Nah, ini jebakan dari politik sekuler. Dan itu akan membuat akhirnya orang-orang yang bermain dalam project sekuler itu menjadi tidak sabaran dan akhirnya meninggalkan ideologi,” pungkasnya [] Setiawan Dwi
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :