Tinta Media - Sekretaris Majelis Syuro PA 212 Slamet Ma'arif menuturkan, jika mau ada perubahan harus ada kesadaran umat dan tokoh umat untuk mengubah sistem.
"Harus ada kesadaran dari umat, serta tokoh umat termasuk pemimpin umat akan hal ini. Kalau mau ada perubahan, ya harus berubah juga sistemnya," ungkapnya dalam acara Diskusi Online Media Umat: Ramai Ramai Copras Capres, Dimana Posisi umat? Senin (8/5/2023) di kanal YouTube Media Umat.
Menurutnya, Jika umat dan tokoh umat tidak memiliki kesadaran terkait kondisi ini, maka rezim yang sedang menjalankan sistem ini akan terus memainkan irama - iramanya di atas penderitaan umat yang mayoritas ini.
Ia menilai, sistem yang ada sekarang sangat tidak memberikan ruang kepada rakyatnya yang memiliki kualitas, kemampuan serta potensi untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik.
"Faktanya, nasib 250 juta lebih rakyat saat ini seolah-olah hanya ditentukan oleh sekitar 10 orang saja yaitu para kepala partai. Hal ini dibuat sedemikian rupa karena tetap saja sebagai pengambil keputusan prerogatif itu adalah para kepala partai. Sistem ini juga adalah sistem yang membuat ada pembatas antara rakyat dengan pemimpinnya, yang akan sangat berat untuk mewujudkan kesejahteraan dan kondisi ideal bagi rakyat," ujarnya.
Menurutnya, ini yang harus disadari oleh umat kalau mau berubah, harus berubah sistemnya. Kalau tidak, akan terus begini berulang-ulang jatuh ke lubang yang sama berulang kali bukan hanya dua kali, karena sistemnya yang membuat seperti ini. "Fakta yang ada kita melihat para pemimpin partai saat ini sangat kecil visi dan misi mereka agar Islam bisa tegak, tidak bisa dipungkiri," tegasnya.
Lebih lanjut, Ustadz Slamet Ma'arif menyampaikan, semangat umat ini semestinya bisa terus dijaga dan dipertahankan, umat dan tokoh - tokoh umat harus memiliki kesamaan untuk merubah keadaan ini menjadi lebih baik. Sehingga semangat bersatu ini yang harus terus ditumbuhkan.
Umat dan pemimpin umat harus bisa berpikir bagaimana merubah sistem ini dan tahun 2024 nanti merupakan salah satu jalan konstitusional untuk merubah sistem yang ada. "Kalaulah kita masih memilih partai yang ada yang menjalankan sistem yang selama ini berjalan, berarti kita tidak ingin berubah, namun jika kita tidak memilih bahkan menenggelamkan partai - partai yang ada artinya kita sedang mengubah kondisi itu secara konstitusional dan tahun 2024 adalah pintu masuk menuju itu," ujarnya.
Ia menilai memilih partai yang ada hanya akan menambah menyengsarakan rakyat. "Mereka yang membuat hukum sendiri, juga mengingkari janji dan aspirasi rakyatnya, tapi hanya mengikuti aspirasi partainya saja.
Umat harus cerdas, apapun yang dihadapkan kepada kita tetap akan dipertanggung jawabkan oleh kita dihadapan Allah SWT bukan hanya sekedar pilih memilih saja," pungkasnya.[] Pakas Abu Raghib