Tinta Media - Menanggapi kekhawatiran masyarakat akan terjadinya abuse of power atau penyalahgunaan wewenang Presiden dalam Pemilu 2024, Kyai Abu Zaid dari Tabbayun Center menyatakan, netralitas presiden bukan perkara mendasar dalam menyelesaikan problem di Indonesia.
“Jadi, bukan sekedar masalah pemimpin atau presidennya diganti, atau sikap netral dari lembaga pelaksana pemilu, atau sikap netral presiden. Itu semua bukan perkara mendasar yang bisa menyelesaikan problem yang dialami negeri ini,” tuturnya dalam Kabar Petang: Perubahan Hakiki Hanya dengan Islam, Sabtu (14/5/2023) di kanal YouTube Khilafah News.
Kyai Abu Zaid menjelaskan, masalah kepemimpinan saat ini memang menjadi problem utama. Tapi sebenarnya, itu adalah dampak dari cara pandang atau pandangan hidup yang dipahami oleh rakyat Indonesia.
“Kalau kembali pada Islam, karena kita seorang muslim, karut marut yang terjadi di negeri ini baik ekonomi, politik, sosial dan budaya, bukan sekedar masalah kepemimpinan. Tapi, harus dikembalikan kepada satu kondisi di mana Allah subhanahu wa ta'ala tidak meridhoi kita,” terang Kyai Abu Zaid.
Oleh karena itu, menurutnya, rakyat Indonesia harus kembali kepada Al-Qur’an. Kyai Abu Zaid kemudian membacakan ayat Al-Qur’an surat Al A’raf ayat 96 yang artinya, ‘Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan’.
“Jadi, dalam ayat ini Allah memberikan rumus kehidupan, kalau beriman dan bertakwa, artinya beriman, meyakini apa yang harus kita imani, kemudian melaksanakan syariat Islam secara kaafah, maka yang turun dari langit barokah, yang keluar dari bumi barokah. Tidak akan terjadi karut marut seperti ini,” tegasnya.
Namun sebaliknya, jika mendustakan ayat-ayat Allah Swt., membenarkan perkara salah, menghalalkan yang haram, mengharamkan yang halal, tidak menerapkan syariat Islam secara kaafah, bahkan menolak, menfitnah syariat Islam, maka akan disiksa oleh Allah sesuai apa yang telah dikerjakan.
“Dalam Surat Ar-Rum ayat 41 juga begitu rumusannya, ‘Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia’. Kemudian Allah menegaskan bahwa, ‘Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (dampak) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar’. Jadi, rumusannya seperti itu,” beber Kyai Abu Zaid.
Sayangnya, realitas kehidupan justru menunjukkan, umat Islam memilih-milih dalam melaksanakan syariat Islam, dalam masalah aqidah terjadi banyak penyimpangan, hingga berbagai kemaksiatan sudah sedemikian rupa.
“Kalau kita lihat, dosa apa lagi, maksiat jenis apa lagi yang belum dilakukan di negeri ini. Semua sudah dilakukan,” imbuhnya.
Menurutnya, karut marut di negeri ini merupakan peringatan keras dari Allah Swt. Problem utamanya adalah karena tidak taat kepada Allah Swt. Adapun solusi atas segala permasalahan di negeri ini, tidak lain adalah dengan jalan kembali kepada Allah dan Rasulullah.
“Kembali kepada Islam, kembali kepada Al-Qur’an, kembali kepada As-Sunnah. Ini adalah perkara utama dan paling mendasar yang tidak bisa ditawar-tawar,” pungkasnya. [] Ikhty