Tinta Media - Sobat, seringkali dalam hidup kita "terpaksa" Berkongsi dengan orang-orang yang bahkan kita tak kenal sama sekali. Atau orang yang kita kenal keburukannnya. Namun kita harus terima kenyataan. Bahwa tanpa hadirnya dia saat itu maka kita pun tak bisa memenuhi hajat kita.
Misalnya, kita naik pesawat terbang dalam satu safar yang barokah, insyaallah. Dan ternyata kita harus satu pesawat dengan orang-orang yang sudah dikenal luas sebagai penguasa zholim, atau orang fasik, orang zholim, pendusta, bahkan mungkin buzzer yang kerjanya menghancurkan masyarakat. Yang keburukan mereka sudah terbuka seolah sudah hampir pasti.
Bersama orang-orang seperti itu tentu bukan pilihan kita. Andai boleh memilih tentu kita tak mau bersama mereka meski beberapa saat. Kuatir keburukan mereka akan berpengaruh kepada kita. Namun jika kita saat itu tak mau bersama mereka dalam satu pesawat maka kita harus gagal terbang dan hajat kita tak tercapai. Atau kewajiban kita tak tertunaikan. Karena kemaslahatan yang mengikat lah kita harus mau bersama mereka. Sehingga kita harus mengabaikan berbagai perbedaan kita dengan mereka.
Dalam kondisi, aturan main dan maslahat berbeda kita sering harus bersama dengan orang orang yang mungkin ada hal hal tertentu yang kita tak suka. Namun karena ikatan maslahat bersama dengan aturan main yang disepakati dan tujuan yang sama maka kita harus bertahan.
Dalam berjuang kurleb juga begitu. Meski dengan tujuan, maslahat, aturan main dan kondisi yang berbeda. Karena satu aqidah, satu tujuan mengembalikan kehidupan Islam dengan metode berjuang yang sama maka kita harus mampu bersama sama mengesampingkan berbagai perbedaan yang bersifat personal. Sehingga tetap mampu bersama sama bersinergi menggapai tujuan perjuangan.
Dalam rumah tangga juga hampir sama. Tentu saja dengan tujuan, aturan main, standar dan kondisi yang berbeda. Suami istri harus rela mengesampingkan atau mentolerir berbagai perbedaan dan selera pribadi agar bisa tetap bersama dalam menggapai maslahat bersama yakni membangun keluarga sakinah.
Disinilah kita harus mampu memilah dan memilih pada posisi mana kita berada. Dalam komunitas atau ikatan seperti apa kondisi kita. Standar dan aturan main serta maslahat apa yang mesti kita raih bersama mereka. Sehingga kita bisa tetap bersama meraih maslahat tanpa kita mendapatkan mudhorot yang mungkin bisa saja terjadi.
Jadi, tetap semangat dan terus maju ya Sobat. Wallaahu a'lam. []
Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center