Tinta Media - Terkait gelaran konser group musik Coldplay di Jakarta, Pengamat Sosial Politik Ustaz Iwan Januar menegaskan bahwa dampaknya di masyarakat harus dilihat secara detail.
"Dampak yang muncul di masyarakat kita harus detail melihat," ungkapnya dalam Live Fokus: Coldplay dan Fenomena Hedonisme, Ahad (21/5/2023), di kanal Youtube UIY Official Channel.
Pertama, dari sisi performancenya. Ia mengatakan performace itu bisa penampilan, baik itu di video klip atau pun juga di konser musik. Unsur-unsur panggung saat konser, mereka kadang melakukan atraksi-atraksi atau kostum-kostum mereka pakai untuk menciptakan fenomena kehebohan seringkali di luar nalar.
"Misalnya dulu tahun 70an sampai atraksi minum darah binatang di atas panggung, makan kelelawar, telanjang di atas panggung itu tidak wajar," ujarnya.
Kedua, dari sisi konten musik. Ia menjelaskan lirik yang diciptakan itu tidak sedikit memang yang mengandung muatan-muatan moral atau peradaban. Di beberapa negara misalnya ada yang terang-terangan mereka mengatakan anti Kris anti agama Kristen.
"Ada juga grup musik yang menciptakan lagu-lagu yang mengajak pendengarnya untuk bunuh diri, melakukan pemujaan setan, nah memang liriknya mengajak kepada pemujaan syetan," imbuhnya.
Selain juga ada grup-grup musik yang menciptakan lagu-lagu kritik sosial, kritik politik. Ia mengartikan tidak ada lagu ataupun musik yang bebas nilai. Ia menegaskan pasti ada nilai yang diusung di setiap musik, baik dari sisi lagunya, permoference atau dari musisinya.
“Faktanya banyak orang ketika mendengarkan lagu itu karena ada potensi perasaan tertentu. Misalnya ketika orang putus cinta dia akan mencari lagu-lagu itu yang membuat mereka kemudian semakin larut," katanya.
Bahkan, menurut Iwan ada beberapa grup musik seperti di Amerika sempat dituntut pengadilan, jaksa menuntut bahwa lagu-lagu mereka mendorong pendengarnya untuk melakukan tindakan bunuh diri.
"Tetapi ada juga musik yang mendorong revolusi, misalnya runtuhnya Uni Soviet itu ada musik barat yang populer berjudul Penoce atau lagu The Beatles dari. Adalagi lagu imagine, seandainya dunia tanpa agama jadi nggak ada agama nggak ada kepemilikan, John Lennon. Pencipta lagu itu membuat lagu itu setelah dia membaca buku-buku karena poin pentingnya,” ungkapnya.
Antusias
Dia mengatakan, antusias orang Indonesia untuk nonton konser Coldplay itu memang ada dua.
Pertama, memang yang mereka sebagai fanbase, yaitu para pendukung fanatik seperti grup musik Coldplay.
Kedua, warga atau masyarakat yang memang senang dengan pentas-pentas musik seperti itu. "Jadi bukan karena mereka itu fanbase atau penggemar asli dari grup Coldplay," imbuhnya.
Iwa mengatakan jenis kedua itu yang sangat luas di Indonesia. Sehingga kalau misalnya grup musik apapun itu dan memang sudah mendunia mereka akan datang. Mereka akan benar-benar datang seperti tapi tentu yang paling luar biasa itu adalah fanatiknya.
"Jadi fanbasenya mereka lebih luar biasa dalam antusiasmenya kemudian juga pengorbanannya sampai jual perabotan rumah segala macam. Kemudian di tiket nonton konser grup musik yang mereka kagumi termasuk seperti Coldplay, begitu tertariknya," pungkasnya. [] Rohadianto