Konser Coldplay, Cermin Tingginya Kesenjangan dan Matinya Empati - Tinta Media

Minggu, 21 Mei 2023

Konser Coldplay, Cermin Tingginya Kesenjangan dan Matinya Empati

Tinta Media - Menikik dari meriahnya konser-konser kelas dunia yang digelar di Indonesia, rasanya kurang pas jika mengatakan rakyat Indonesia miskin. Sebab, hampir setiap konser internasional yang diselenggarakan di negara ini,  penuh sesak meski harga tiket relatif mahal. Namun, dilihat dari fakta yang sesungguhnya, memang masih banyak orang miskin di Indonesia. Bahkan, jika berdasarkan standart terbaru PBB, 40% rakyat Indonesia tergolong masyarakat miskin.

Masih hangat di ingatan kita, begitu riuhnya konser grup vocal asal Korea Selatan, Black Pink, Maret 2023 yang lalu. Meski tak murah, tiket konser dua hari berturut-turut di GBK tersebut ludes tak bersisa. Bahkan, banyak orang mengaku tidak kebagian tiket. Ironis, kalangan atas bersenang-senang di tengah berbagai persoalan dan penderitaan rakyat miskin.

Beralih dari Blackpink, mungkin kaum kapital belajar dari "kesuksesan" konser-konser sebelumnya, baru-baru ini Coldplay, sebuah band asal Inggris dijadwalkan akan menggelar konser pada bulan November 2023 nanti. Antusiasme masyarakat pun luar biasa. Sejak jauh hari banyak orang telah bersiap memeriahkan konser ini. 

Bayangkan, sejak diluncurkan pada Rabu 17 Mei 2023 lalu, tiket untuk kategori "Ultimate Experience" yang dibanderol Rp11 juta habis dipesan hanya dalam waktu 10 menit. Linimasa dipenuhi obrolan soal band legendaris asal Inggris tersebut. Banyak warganet mengaku sudah bersiap untuk 'war tiket', yaitu istilah yang digunakan untuk menggambarkan persaingan sengit mengamankan tiket konser.

Lebih mirisnya, tak sedikit masyarakat yang sebenarnya memaksakan diri menjadi bagian acara hura-hura unfaedah ini. Sekadar demi eksistensi dan pengakuan, ada yang rela berutang, bahkan utang cicilan dengan riba. Banyak karyawan yang bertekad membolos kerja dan lain sebagainya.

Inilah gambaran kelam masyarakat Indonesia. Begitu kuatnya arus sekularisme hingga banyak orang melupakan tujuan hidup yang sesungguhnya. Mereka mengikuti kebiasaan hedonisme barat tanpa memikirkan manfaat dan dampaknya. Perlahan, empati pun lenyap. Tidak ada lagi kepedulian akan problematika bangsa. Apakah sikap seperti ini bisa dikatakan sebuah kemajuan? Bisa meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat? Tentu tidak. Justru akan menyebabkan kemerosotan akhlak dan moral yang akhirnya menjerumuskan bangsa pada jurang kehancuran.

Apabila kita cermati, kondisi ini sebenarnya sesuai dengan propaganda Barat yang ingin merusak generasi muda kaum muslimin dengan 'food, fun, fashion' ( makanan, kesenangan, dan pakaian). Saat ini, sudah jelas bagaimana pengaruh Barat dalam tiga hal tersebut. Pemuda dicekoki kesenangan-kesenangan yang membuat mereka terlena dan tidak produktif. Pada akhirnya, kapitalis Baratlah yang akan mengambil keuntungan. Kebangkitan pemuda Islam pun semakin sulit diwujudkan.

Di sisi lain, sebuah fakta memprhatinkan di balik riuhnya rencana kedatangan Coldplay ini adalah lebarnya jarak antara si miskin dan si kaya. Banyak orang yang mampu membeli tiket konser sekadar untuk kesenangan, bukan kebutuhan pokok atau darurat, jelas menunjukkan tingginya kesenjangan sosial dalam masyarakat Indonesia. Ada golongan orang yang tak segan menggelontorkan uang jutaan rupiah hanya demi 'entertain', sedang sebagian lainnya kebingungan mengisi perutnya yang kelaparan.

Islam Sumber Kebahagiaan Hakiki

Apabila kita renungkan, kehidupan yang dipenuhi dengan kesenangan sesaat tidak membawa kebahagiaan hakiki bagi manusia. Betapa banyak kita menyaksikan, kehidupan orang-orang kaya yang berakhir tragis. Ada artis bunuh diri ketika berada di puncak karirnya, ada pejabat yang anak-anaknya  terjerat narkoba, hancur moralnya, terjerumus pergaulan bebas, dan perbuatan kriminal hingga harus berurusan dengan hukum, dan lain sebagainya. 

Sesungguhnya Islam telah memaparkan dengan jelas tentang tujuan hidup manusia, yaitu agar manusia tidak terombang-ambing dalam menapaki kehidupan. Tujuan hidup tersebut tidak lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah Swt, yaitu menjalani hidup ini semata hanya untuk menggapai rida Allah dengan menjalankan semua aktivitas sesuai dengan syariat Islam.

Tujuan hidup dalam Islam bukan berarti melarang manusia mendapatkan kesenangan duniawi. Allah Sang Maha Pencipta memahami seluruh fitrah dan kebutuhan manusia. Maka, diciptakanlah oleh Allah kesenangan dunia, seperti harta, wanita, anak-anak, makanan dan buah-buahan, serta nikmat lain yang tidak terhitung banyaknya. Semua itu tidak dilarang asalkan memperolehnya sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Allah Swt. Kehidupan di dunia ini ibarat jembatan untuk mencapai kehidupan akhirat yang kekal. Prinsip hidup semacam ini niscaya akan menjadikan manusia bahagia, baik di dunia maupun di akhirat.

Pengaruh budaya Barat telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia secara sistemik. Entah disadari atau tidak, kerusakan moral, sifat individualis dan materialistis ditancapkan sedemikian rupa oleh Barat melalui sistem sekularisme dan kapitalisme yang diterapkan oleh pemerintah. Maka, mustahil perbaikan bangsa dilakukan oleh individu-individu. Perbaikan hanya bisa dilakukan oleh sistem pula, yaitu melalui negara. Apabila sebuah negara menerapkan aturan Islam secara sempurna, niscaya semua persoalan bangsa ini akan terselesaikan. Wallahu a'lam bisshawab.

Oleh: Dinda Kusuma W T
Sahabat Tinta Media
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :