Tinta Media - Seringkali kita merasa terganggu bahkan stress karena sikap orang lain kepada kita. Bisa jadi orang lain itu adalah teman kerja, teman kuliah bahkan teman ngaji. Bisa juga orang lain itu adalah istri, anak atau orang tua sekalipun.
Pada saat orang lain bersikap tidak sesuai harapan maka biasanya kita menjadi tidak suka, marah bahkan ujungnya stress. Sikap orang lain itu bisa jadi dalam bentuk perkataan yang buruk. Bisa juga perbuatan yang tidak menyenangkan. Yakni yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang teman kerja, teman kuliah lebih lebih tenang ngaji. Misalnya teman kerja kita telah berburuk sangka kepada kita. Dengan komentar buruk terhadap kondisi kita. Kemudian kita marah dan stress karenanya.
Lalu bagaimana kita seharusnya bersikap terhadap hal ini? Ada beberapa poin penting sebagai berikut:
1. Setiap orang pasti dihisab atas perbuatan masing masing. Kita tak dihisab atas perbuatan orang lain. Bahkan jika itupun keluarga sendiri. Oleh karena itu sikap buruk orang lain kepada kita akan ditanggung oleh orang tersebut. Jika demikian mengapa kita mesti terganggu? Biarlah toh dia pasti akan bertanggung jawab.
2. Kita hanya bisa mengontrol hati, lisan dan perbuatan kita sendiri. Kita tak bisa memaksa siapapun untuk berkata dan berbuat sesuai keinginan kita. Jadi biar saja orang lain mau ngomong apa.
3. Kita hanya wajib memberi nasehat kepada orang lain yang berbuat salah kepada kita. Kalo teman kuliah, teman ngaji, teman kerja maka sebatas nasehat sudah cukup. Namun jika keluarga, anak istri, orang tua maka selain nasehat juga bisa kita memperlakukan mereka sebatas hukum Syara'. Misalnya kalo istri sudah tidak mau taat kepada suami sehingga interaksinya menjadi ladang dosa maka cerai bisa menjadi solusi.
4. Bahagia itu adalah tercapainya ridho Allah. Nah, selama kita beriman dan taat maka apapun yang dikatakan atau dilakukan orang lain tak ada perngaruhnya terhadap kebahagiaan kita bukan?
Selama di hari kita hanya Allah maka kita bahagia apapun kondisi dunia ini.
5. Jangan biarkan hati kita menjadi kotor dan gelap karena buruk sangka kepada orang lain. Buruk sangka ibarat kotoran bahkan racun yang menggerogoti hati kita sehingga menjadi hari yang gelisah dan takut atas perbuatan oranglain.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujuraat [49]: 12)
6. Salah satu bentuk ketaatan itu adalah melakukan dakwah untuk merubah masyarakat Jahiliyah kepada masyarakat Islam. Yakni dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam bingkai khilafah. Nah, kita harus berusaha fokus pada aktifitas utama ini maka urusan orang orang yang suka mencela tak ada lagi nilainya sedikitpun dalam pandangan kita.
Demikian kurang lebih beberapa poin yang perlu kita perhatikan. Maka janganlah kita biarkan orang lain merusak hidup kalita karena keburukan mereka. Kita harus tetap berusaha untuk bahagia yakni dengan tetap beriman dan taat kepada Allah. Itulah fokus kita. Bahagia yuk![]
Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center