Tinta Media - Euforia pemilu sudah kita rasakan, padahal pemilu dilaksanakan setahun lagi. Banyak parpol dan elit politik yang membangun opini politik, menggembar-gemborkan gagasan, bernegosiasi dan menyosialisasikan capres masing-masing. Masyarakat sangat antusias hingga ke tengah-tengah umat Islam. Mereka berharap, melalui pemilu akan ada perubahan.
Kita bisa melihat bahwa keadaan masyarakat di negeri ini tidak baik-baik saja. Beragam persoalan nampak jelas seperti:
1. Bidang Ekonomi
Negeri ini amat kaya, bahkan katanya jika menanam tongkat pun akan jadi tanaman, tetapi mempunyai utang luar negeri mencapai Rp8000 triliun.
2. Bidang Sosial
RUU tentang Perpu No. 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja disahkan DPR menjadi undang-undang. Padahal, kita tahu UU tersebut banyak pasal yang merugikan rakyat.
3. Bidang Keamanan Sosial
Masyarakat di negeri ini merasakan krisis keamanan, seperti banyaknya curanmor, begal, jambret merajarela hingga warga Papua terancam serangan kelompok teroris OPM dan telah memakan korban. Nyawa begitu murah. Masalah sedikit saja, nyawa menjadi taruhan.
Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an yang artinya:
"Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum kaum tersebut mengubah keadaan diri mereka sendiri." (QS ar-Ra'du:11).
Sudah sangat jelas dalam ayat tersebut bahwa perubahan suatu kaum tidak bisa dilakukan hanya dengan mengganti pemimpin saja, tetapi keseluruhannya diibaratkan sebagai pohon, yaitu harus dari akar hingga pucuk.
Oleh karena itu, hanya mengganti pemimpin di negeri ini bukan solusi karena tidak menjamin kodisi negeri berubah menjadi lebih baik, bahkan dari tahun ke tahun kian terpuruk. Rakyat kian menderita, kemiskinan ada di mana-mana, lapangan pekerjan sulit dicari, dan lain-lain.
Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an yang artinya:
"Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku, sungguh baginya penghidupan yang sempit." (Qs.Thaha:124).
Maksud ayat tersebut yaitu mengabaikan perintah Allah dan berpaling dari Al-Qur'an dan As-Sunah hingga melupakannya, bahkan mengambil petunjuk selain dari Al-Qur'an.
Sebagai umat Islam, harusnya kita meyakini bahwa Al-Qur'an adalah pedoman (petujuk) bagi kehidupan. Allah pun telah menunjukan bahwa akar persoalan umat hari ini adalah karena mencampakkan syariah Islam secara kaffah (menyeluruh).
Karena umat sekarang ini telah mengambil aturan selain Al-Qur'an, seperti sakularisme-demokrasi dan kapitalis, maka berbagai kerusakan (fasad) di seluruh negeri tidak akan pernah hilang dan tidak bisa diperbaiki secara total. Maka dari itu, untuk mendapatkan perubahan, caranya bukan dengan sekadar mengusung calon pemimpin muslim, tetapi harus pula menentukan sistem apa yang akan diterapkan oleh pemimpin tersebut.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an yang artinya:
"Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi kaum yang yakin?" (Qs. Al-Maidah:50)
Sistem sekuler membuat kaum muslimin memisahkan agama dari kehidupan, menyembah Allah, tetapi hukum-hukum Allah diabaikan. Sistem ini menjadikan manusia sebagai penentu halal dan haram.
Sistem demokrasi menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat, tetapi realitanya parpol yang duduk di parlemen kerap membuat UU yang tidak promasyarakat, bahkan menyengsarakan rakyat. Anggota dewan lebih takut kepada pemimpin parpol daripada rakyat. Mereka lebih melayani pemilik modal asing, aseng, dan lokal. Mantan Menteri Perekonomian Rizal Ramli mengatakan bahwa ada 25 UU yang merupakan pesanan dan disponsori asing.
Hanya dalam sistem Islamlah kepala negara (Khalifah) bisa menjalankan aturan Allah yang sudah ada dalam Al-Qur'an, yaitu syariah Islam. Baik penguasa ataupun wakil rakyat, apalagi pemilik modal (asing, aseng, lokal) tidak ada hak sedikit pun untuk mengotak-atik hukum, karena yang dipakai adalah hukum Allah yang selalau berpatokan pada dalil Al-Qur'an dan as-Sunnah.
APBN dalam negara Islam (khilafah) akan memberi keberkahan dan manfaat bagi umat karena pos pendapatan dan pengeluarannya sesuai syariah, sehingga bebas dari para mafia dan koruptor yang memakan uang rakyat.
Jadi, sangat jelas akar masalah dalam negeri ini, yaitu karena ketidaktaatan pada syariah Islam. Maka dari itu, yuk, kita bahu-membahu mencari solusi untuk negeri ini. Hanya dengan syariah Islam, bukan yang lainnya. Bahwasanya, hanya sitem Islamlah (khilafah) yang dapat menyejahterakan dan melindungi umat.
Wallahua'alam bishawab.
Oleh: Risna SP
Sahabat Tinta Media