Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) menyatakan bahwa gagasan solusi dua negara (two state solution) di Palestina memunculkan dua persoalan.
“Solusi dua negara berarti mengakui eksistensi Penjajah Yahudi Israel dan Negara Palestina yang pada akhirnya memunculkan dua persoalan,” ujarnya dalam program Fokus to The Point: Solusi Berdamai dengan Penjajah Yahudi, Kenapa Wajib ditolak? Di kanal YouTube UIY Official, Sabtu (15/4/2023).
Pertama, jika mengakui eksistensi penjajah Israel berarti telah mengakui seluruh kekejaman dan seluruh penguasaan wilayah Palestina oleh Israel. “Seperti kita punya rumah yang dirampok, kemudian kita berdamai dan membiarkan perampok itu di rumah kita, itu berarti kita telah mengakui adanya perampokan dan membiarkan perampoknya masih melakukan kekejaman di rumah kita,” jelasnya.
Kedua, Palestina tidak betul-betul menjadi sebuah negara, hanya dijadikan negara invalid (yang tidak berlaku). “Ketika Palestina tidak boleh punya angkatan bersenjata dan segala perlengkapannya termasuk tidak boleh punya pesawat tempur, kemudian apakah itu layak disebut sebagai sebuah negara?” tanyanya.
Ia mengungkapkan, bahwa di Palestina cuma ada helikopter untuk mengangkut perdana menteri untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
“Bahkan kalau kita datang ke Masjidil Aqsha mesti pakai visanya Israel, bukan visanya Palestina. Apakah itu yang disebut sebuah negara,” ungkapnya.
Ia menambahkan, secara retorik “two state solution” (solusi dua negara) nampak indah, tapi bahwa Israel sebenarnya yang sedang di negarakan atau seolah-olah dijadikan sebagai negara.
“Padahal sebenarnya dia bukanlah sebuah negara yang sah, karena pembatas-pembatas wilayahnya pun adalah buatan zionis Israel sepihak dan para pendukungnya,” tutupnya. [] Muhar