Tinta Media - “Nikmat Akhirat itu adalah seperti samudra dan seisinya," tutur Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismaeil Yusanto (UIY) dalam acara Teman Berbuka: Nikmat
Akhirat Tak Tertandingi, Kamis (6/4/2023) di kanal Youtube Khilafah Channel Reborn.
“Sungguh sangat merugi orang yang mengorbankan yang banyak dan abadi. Karena nikmat di akhirat itu abadi selama-lamanya, jika dibandingkan nikmat dunia yang sangat sedikit itupun sementara,” ungkapnya.
UIY mengatakan, Baginda Rasulullah SAW memberikan perbandingan yang luar biasa tentang apa yang dinikmati di dunia ini dengan apa yang bakal dirasakan di akhirat. "Kata beliau Baginda Rasulullah SAW, tidaklah nikmat di dunia ini, dibanding dengan nikmat akhirat kelak, kecuali seperti seorang yang mencelupkan ujung jari tangannya itu ke tengah lautan lalu perhatikan apa yang bersisa pada ujung jari itu,” tuturnya.
“Konon orang yang paling kaya di muka bumi ini punya harta lebih dari 3890 triliun rupiah yaitu Elon Musk. Andai kita ini punya kekayaan sebanyak itu, maka tetap saja dia tidak pernah lebih dari air yang menetes dari ujung jari itu. Faktanya kita tidak punya uang atau harta sebanyak itu. Artinya semua yang kita miliki itu jauh lebih sedikit daripada air yang menetes dari ujung jari,” imbuhnya.
Menurutnya, senikmat apapun yang bisa dirasakan selama hidup di muka bumi, itu tidak akan kekal selama-lamanya. Nikmat itu akan dibatasi oleh umur, yang punya kuasa dibatasi dengan kekuasaannya, yang sehat akan dibatasi dengan sakitnya, yang memiliki kekayaan luar biasa pun juga akan dibatasi oleh hidupnya.
"Semua akan berakhir dengan kematian. Tidak pernah ada orang yang berkuasa terus-menerus, tidak akan pernah ada orang yang hidup terus-menerus, tidak ada kenikmatan abadi di dunia ini, pun juga tidak ada kesengsaraan atau penderitaan yang abadi. Bagaimana caranya atau apa yang bisa memastikan kita akan menikmati kenikmatan yang luar biasa di akhirat kekal abadi, itu hanya satu yaitu iman dan taqwa kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala,” tegasnya.
Lebih lanjut, UIY mengatakan bahwa semestinya semua yang dinikmati itu tidak boleh keluar dari iman dan taqwa, apalagi mengorbankan iman dan taqwa. "Seperti yang kita lihat yang menjadi kecenderungan sebagian atau bahkan mungkin sebagian besar penduduk dunia ini hari, yang mengorbankan iman dan takwanya untuk meraih kekayaan, tidak lagi mengindahkan halal dan haram, dia mengorbankan iman dan takwanya untuk meraih kekuasaan dengan kezaliman, dengan penindasan, dengan penipuan, dan mengorban iman dan taqwanya untuk mendapatkan gadis pujaannya, dia mengorbankan iman dan taqwa untuk meraih kedudukannya dan sebagainya dan sebagainya,” ujarnya.
Padahal semestinya, kata UIY, itu semua didapat untuk meraih dan untuk mewujudkan iman dan takwa. Kekayaan untuk iman dan taqwa, ilmu pengetahuan dan kedudukan untuk keimanan dan taqwa.
"Bukan sebaliknya. Karena sekali lagi bahwa sebanyak apapun yang kita bisa raih dengan mengorbankan iman dan taqwa di dunia ini, hanya sedikit sekali dan itu tidaklah abadi. Sementara yang kita korbankan dari iman dan taqwa itu sesungguhnya adalah sesuatu yang sangat besar sangat banyak tak terkirakan banyaknya dan itu kekal abadi,” tuturnya.
"Karena itulah penting bagi kita untuk selalu menggunakan kacamata akhirat untuk memandang ini semua sedemikian sehingga kita tidak mudah terpikat dengan apa yang ada di muka bumi ini. Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Allah, jikalau kau menggunakan kacamata akhirat maka sungguh tak ada satupun nikmat dunia yang layak dipertukarkan dengan nikmat akhirat yang dijanjikan oleh Allah subhanahu wa ta'ala,” pesannya.
UIY mengingatkan bahwa puasa itu untuk selalu menjaga iman dan takwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. "Agar kita selamat dalam hidup di dunia hingga akhirat nanti,” pungkasnya. [] Abi Bahrain