Tinta Media - Inilah zamannya manusia rusak di segala lapisan. Tidak pandang bulu rusak massal. Tidak rakyat tidak penguasa rusak mayoritasnya. Bahkan juga sebagian ulamanya ikutan rusak dan merusak.
Sudah jamak dan menjadi rahasia umum jika rezim selalu bawa-bawa ulama untuk mendukung kebijakannya. Bahkan sampai menggandeng ulama agar bisaenang pemilu. Tak segan segan memperkosa agama demi syahwat kekuasaan.
Tiap ada kebijakan penguasa yang sudah jelas akan menuai penolakan umat dan rakyat maka ulama dipajang di depan agar menyampaikan dukungan. Tak terkecuali kebijakan kenaikan harga BBM. Mereka tampil cantik untuk mengelabui umat. Inilah ulama su'. Jika ulama lurus melakukan amar makruf nahi mungkar. Dengan gagah mereka berkata bahwa kenaikan harga BBM sudah sesuai dengan kemaslahatan rakyat. Maslahat yang mana pak? Apakah semua harga sembako meroket itu maslahat?
Maka ulama su' sebaliknya melakukan amar Munkar nahi makruf. Sungguh celaka mereka.
Adapun sifat ulama Su' bisa dijelaskan sebagai berikut:
1. Dia menyuruh orang lain untuk melakukan kebaikan, tapi dia melupakan dirinya.
Ini membuktikan kalau ia orang yang tidak sehat akalnya, bagaimana dia menyuruh orang lain meraih kebaikan tapi dia tidak meraih kebaikan itu untuk dirinya. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? [Al-Baqarah/2:44]
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَثَلُ الْعَالِمِ الَّذِي يُعَلِّمُ النَّاسَ الْخَيْرَ وَيَنْسَى نَفْسَهُ كَمَثَلِ السِّرَاجِ يُضِيءُ لِلنَّاسِ وَيَحْرِقُ نَفْسَهُ
Perumpamaan seorang alim yang mengajarkan kebaikan kepada manusia namun ia melupakan dirinya sendiri, laksana sebuah lilin yang menerangi orang sambil membakar dirinya[HR Thabrani dalam Mu'jamul Kabir)]
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
رَأَيْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي رِجَالًا تُقْرَضُ شِفَاهُهُمْ بِمَقَارِيضَ مِنْ نَارٍ فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ قَالَ: الخُطَبَاءُ مِنْ أُمَّتِكَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَيَنْسَوْنَ أَنْفُسَهُمْ وَهُمْ يَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا يَعْقِلُونَ
Pada malam aku di isra’kan oleh Allâh, aku melihat orang-orang yang mulutnya digunting dengan gunting-gunting dari neraka, maka aku berkata, ‘Siapa mereka wahai jibril?’ Maka ia menjawab, ‘Mereka adalah para penceramah dari ummatmu yang menyuruh orang melakukan kebaikan namun mereka melupakan dirinya sendiri, mereka membaca al-Kitab, tidakkah mereka berakal?
(Bersambung insyaallah)
Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center