Tinta Media - Sobat. Apabila anak keturunan tumbuh dalam ketaatan kepada Allah dan mendakwahkan Agama-Nya, mereka semua akan bertemu di surga yang kekal sebagaimana diberitahukan Allah dalam firman-Nya :
ÙˆَٱلَّØ°ِينَ Ø¡َامَÙ†ُواْ ÙˆَٱتَّبَعَتۡÙ‡ُÙ…ۡ Ø°ُرِّÙŠَّتُÙ‡ُÙ… بِØ¥ِيمَٰÙ†ٍ Ø£َÙ„ۡØَÙ‚ۡÙ†َا بِÙ‡ِÙ…ۡ Ø°ُرِّÙŠَّتَÙ‡ُÙ…ۡ ÙˆَÙ…َآ Ø£َÙ„َتۡÙ†َٰÙ‡ُÙ… Ù…ِّÙ†ۡ عَÙ…َÙ„ِÙ‡ِÙ… Ù…ِّÙ† Ø´َÙŠۡØ¡ٖۚ ÙƒُÙ„ُّ ٱمۡرِÙŠِٕۢ بِÙ…َا Ùƒَسَبَ رَÙ‡ِينٞ
“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”
Sobat. dan kedudukan yang sama sebagai karunia Allah kepada mereka meskipun para keturunan itu ternyata belum mencapai derajat tersebut dalam amal mereka. Sehingga orang tua mereka menjadi senang, maka sempurnalah kegembiraan mereka karena dapat berkumpul semua bersama-sama. Ketika membaca ayat 21 ini Ibnu 'Abbas berkata bahwa keturunan anak cucu orang-orang beriman akan ditingkatkan oleh Allah swt derajatnya bila ternyata tingkatan mereka lebih rendah dari derajat orang tua mereka.
Kemudian Allah swt memberikan gambaran tentang situasi surga penuh kenikmatan seperti tersedianya makanan mereka di dalam surga. Setiap buah-buahan atau makanan yang mereka inginkan pasti mereka peroleh sesuai dengan selera mereka. Kemudian digambarkan bagaimana mereka hidup senang di sana. Mereka saling berebutan minum, minum tetap dalam kesopanan, berbicara tentang hal lucu, di sana mereka dilayani oleh pelayanpelayan yang sangat ramah dan cantik. Mereka juga membicarakan hal ihwal mereka di dunia dahulu sebelum mereka berada di dalam kesenangan dan kemewahan surgawi.
Diriwayatkan bahwasanya Rasulullah bersabda: Apabila seseorang memasuki surga, menanyakan kedua orang tuanya, istrinya, dan anaknya, maka dikatakan kepadanya: "Mereka belum sampai pada derajat dan amalanmu." Maka ia berkata: "Ya Tuhanku, aku telah beramal untukku dan untuk mereka". Maka (permohonannya dikabulkan Tuhan) disuruhlah mereka (orang tua, istri, anak) untuk bergabung dengan dia." (Riwayat Ibnu Mardawaih dan ath-thabrani dari Ibnu 'Abbas)
Ini merupakan karunia Allah swt terhadap anak cucu yang beriman dan berkat amal bapak-bapak mereka sebab bapak pun memperoleh karunia Allah swt dengan berkat anak cucu mereka sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw:Sesungguhnya Allah swt niscaya mengangkat derajat seorang hamba, lalu ia bertanya, "Ya Tuhanku, bagaimana aku memperoleh derajat ini?" Allah menjawab, "Kamu memperolehnya sebab doa anakmu." (Riwayat Ahmad dan al-Baihaqi dari Abu Hurairah) Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah saw bersabda, "Apabila mati seorang anak Adam, maka terputuslah amalnya kecuali tiga: amal jariah, atau ilmu yang bermanfaat atau anak yang saleh yang mendoakannya."(Riwayat Muslim dari Abu Hurairah)
Kemudian pada ayat ini Allah menjelaskan lagi bahwa pahala dari amal saleh para bapak yang saleh tidak dikurangi meskipun kedudukan anak dan isteri mereka yang beriman diangkat derajat mereka menjadi sama dengan suami/bapak mereka sebagai karunia Allah swt.
Pada akhir ayat ini Allah menegaskan bahwa setiap orang memang hanya bertanggungjawab terhadap amal dan perbuatan masing-masing. Perbuatan dosa istri atau anak tidak menjadi tanggung jawab ayah/suami, demikian pula perbuatan dosa agar tidak dibebankan pada anak atau istrinya. Hal ini perlu ditegaskan bahwa hal itu merupakan prinsip dasar.
Tetapi Allah memberi karunia banyak kepada orang tua yang beriman dan beramal saleh dengan menambah kebahagiaan orang tua untuk memenuhi keinginan orang tua berkumpul di surga bersama anak, istri dan cucu-cucunya, selama mereka beriman, meskipun derajat mereka lebih rendah, tetapi Allah mengangkat mereka menjadi sama dengan bapak yang mukmin dan saleh tadi. Apabila si anak berbahagia masuk surga dan merindukan bersama orang tuanya maka Allah melimpahkan karunia-Nya, mengangkat bapak ibunya yang beriman untuk mendapat kebahagiaan bersama anak mereka di surga.
Karunia Allah yang demikian tidak mengubah prinsip setiap orang hanya bertanggungjawab atas perbuatan masing-masing, meskipun tetap masih ada pengecualian yang lain seperti firman Allah swt:
Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya, kecuali golongan kanan. (al-Muddatstsir/74: 38-39) Setiap orang akan diminta pertanggungjawaban atas perbuatannya di hadapan Allah swt. Tanggung jawab itu tidak akan terlepas dari mereka kecuali golongan kanan yaitu orang-orang yang berbuat baik. Mereka inilah yang akan terlepas dari tanggung jawab disebabkan oleh ketaatan mereka beribadah kepada Allah swt.
Sobat. Dari Ibnu abbas Ra ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Ajarilah, Permudahlah, jangan engkau persulit, berilah kabar gembira,jangan engkau beri ancaman. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya diam. ( HR. Imam Ahmad dan HR Bukhari ).
Sobat. Berikut ini Metode Mendidik anak ala Rasulullah SAW :
1. Menampilkan Suri tauladan yang Baik. Suri tauladan yang baik memiliki dampak besar pada kepribadian anak. Sebab, mayoritas yang ditiru anak berasal dari kedua orang tuanya. Bahkan, dipastikan pengaruh paling dominan berasal dari kedua orang tuanya. Rasulullah SAW memerintahkan kedua orang tua untuk menjadi suri tauladan yang baik dalam bersikap dan berprilaku jujur dalam berhubungan dengan anak.
2. Mencari waktu yang tepat untuk memberi pengarahan. Rasulullah SAW mempersembahkan kepada kita tiga waktu mendasar dalam memberi pengarahan :
1. Waktu dalam perjalanan.
2. Waktu makan.
3. Waktu anak sakit.
3. Bersikap Adil dan menyamakan Pemberian Untuk Anak. Rasulullah SAW telah menjelaskan suatu kaidah yang agung dalam pencapaian bakti anak dan ketundukkannya kepada kedua orang tua. Yaitu bersikap adil dan menyamakan pemberian untuk Anak. Rasulullah SAW bersabda, “ Berlaku adillah terhadap anak-anak kalian dalam pemberian seperti kalian suka apabila mereka berlaku adil terhadap kalian dalam hal berbakti dan kelembutan.” Seringkali anak-anak bertengkar bahkan berkelahi. Maka agar jiwa-jiwa kecil itu menjadi suci dan jauh dari dengki,harus dilerai dan ditegakkan kebenaran seadil-adilnya. Yang benar dibenarkan, dan yang salah disalahkan.
4. Menunaikan Hak Anak. Menunaikan hak anak dan menerima kebenaran darinya dapat menumbuhkan perasaan positif dalam dirinya dan sebagai pembelajaran bahwa kehidupan itu adalah memberi dan menerima. Di antara hak anak adalah menjadi imam dan pemimpin apabila dia memiliki kemampuan dan pengetahuan yang memadai untuk itu.
Rasulullah SAW bersabda, “ Hak anak dari orang tuanya ada tiga : Diberikan nama yang baik ketika lahir, diajarkan Al-Quran ketika sudah berakal ( Tamyiz). Menikahkannya ketika sudah menemukan.” ( HR. Bukhari ).
5. Mendoakannya. Doa merupakan landasan asasi yang setiap orang tua dituntut untuk selalu konsisten menjalankannya. Bagaimanapun doa kedua orang tua selalu dikabulkan oleh Allah SWT.Larangan mendoakan keburukan untuk anak.
6. Membelikan Anak Mainan. Kriteria Mainan sesuai si anak dan bermanfaat ditinjau dari segi pendidikan : Pertama. Apakah mainan yang akan dibeli dapat memicu si anak agar dapat selalu bergerak yang dengannya jasmaninya menjadi sehat?. Kedua. Apakah termasuk mainan yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan inisiatif?. Ketiga. Apakah termasuk mainan bongkar pasang?. Keempat. Apakah mainan tersebut mendorong si anak untuk meniru tingkah laku dan cara berpikir positif orang dewasa?
7. Membantu Anak untuk Berbakti dan mengerjakan ketaatan. Dari Abu Hurairah RA , Rasulullah SAW bersabda, “ Bantulah anak-anak kalian untuk berbakti. Barangsiapa yang menghendaki, dia dapat mengeluarkan sifat durhaka dari anaknya.”
8. Tidak suka Marah dan Mencela. Kita perhatikan bahwa Rasulullah SAW tidak banyak mencela perilaku anak-anak. Anas ra menjadi pembantu Rasulullah SAW selama 10 tahun beruntun menjelaskan perilaku Rasul tersebut. Tidak boleh banyak mencela anak, sebab hal itu menyebabkan si anak memandang remeh segala celaan dan perbuatan tercela. Ketika seorang Bapak mencela anaknya, pada dasarnya dia sedang mencela dirinya sendiri. Sebab, bagaimanapun juga dialah yang telah mendidik anaknya tersebut. “Anakmu adalah anak panah dari tempat anak panahmu.” Kata Rasul
Sobat. Kesalehan kedua orang tua yang merupakan teladan baik memiliki dampak yang besar dalam jiwa anak. Oleh karena itu, dengan ketakwaan kedua orang tua kepada Allah dan mengikuti jalan-Nya, kemudian disertai dengan usaha dan saling membantu antara keduanya, si anak akan tumbuh dengan ketaatan dan tunduk kepada Allah SWT.
Inilah doa malaikat yang mendoakan orang mukmin berikut kedua orang tuanya dan anak keturunannya :
رَبَّÙ†َا ÙˆَØ£َدۡØ®ِÙ„ۡÙ‡ُÙ…ۡ جَÙ†َّٰتِ عَدۡÙ†ٍ ٱلَّتِÙŠ ÙˆَعَدتَّÙ‡ُÙ…ۡ ÙˆَÙ…َÙ† صَÙ„َØَ Ù…ِÙ†ۡ Ø¡َابَآئِÙ‡ِÙ…ۡ ÙˆَØ£َزۡÙˆَٰجِÙ‡ِÙ…ۡ ÙˆَØ°ُرِّÙŠَّٰتِÙ‡ِÙ…ۡۚ Ø¥ِÙ†َّÙƒَ Ø£َنتَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡØَÙƒِيمُ
“ YaTuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana,” (QS. Ghafir (40) : 8 )
Sobat. dijanjikan oleh Allah melalui ucapan rasul-Nya. Para malaikat juga memohon agar bersama mereka itu dimasukkan juga orang-orang saleh di antara bapak-bapak, istri-istri, dan keturunan mereka semua, supaya mereka merasa senang karena berkumpul dengan keluarga di tempat yang dapat memberi kegembiraan dan kesenangan, menimbulkan rasa riang dan suka yang amat berkesan.
Sa'id bin Jubair menjelaskan bahwa ketika seorang laki-laki masuk surga ia berkata, "Ya Tuhan! Di mana ayah, nenek, dan ibuku? Di mana anak dan cucuku? Di mana istriku?" Dijawab bahwa mereka itu tidak beramal seperti amalan yang telah dilakukannya. Ia lalu berkata, "Ya Tuhan! Saya beramal untuk diriku dan mereka." Maka mereka disamakan kedudukannya di surga dan ia lalu membaca ayat ini. Sejalan dengan ayat ini firman Allah:
Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya. (ath-thur/52: 21)
Ayat ini ditutup dengan satu ketegasan bahwa Allah itu Mahaperkasa tiada sesuatu yang dapat menghalangi kehendak-Nya, Mahabijaksana, tiada sesuatu yang dikerjakan-Nya, kecuali sesuai dengan hikmah kebijaksanaan-Nya.
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku The Power of Spirituality – Meraih Sukses tanpa batas