Fir'aun dikenal karena perannya dalam kisah Nabi Musa AS. Menurut Al-Qur'an, Fir'aun memerintahkan orang-orang Mesir untuk membunuh bayi-bayi laki-laki kaum Bani Israel karena takut kehilangan kekuasaannya. Membunuh semua orang yang menentangnya dan memenjarakan siapapun yang dianggap musuhnya. Kegilaan kekuasaan fir’aun telah menjadikan dirinya sebagai pemimpin diktator yang kejam.
Dalam aspek strategi politik, kekuasaan fir'aun bisa dibaca sebagai sebuah kekuasaan yang diktator, kejam, ateistik dan sangat ambisius, seolah kekuasaan itu akan ada di tangannya selamanya. Psikologi politik fir’aun dikenal sebagai penguasa Mesir Kuno yang memiliki kekuasaan mutlak atas rakyatnya. Kekuasaannya berbasis pada sistem kerajaan yang otoriter dan terpusat di tangan dirinya sebagai penguasa. Dalam politik Fir'aun, semua keputusan diambil oleh Fir'aun sendiri dan dia dianggap sebagai sumber keputusan tertinggi dalam negara.Fir'aun menganggap dirinya sebagai tuhan dan menolak untuk mengakui keberadaan Allah SWT.
Selain itu, Fir'aun juga memiliki kebijakan yang menguntungkan dirinya dan keluarganya. Dia membangun banyak proyek besar seperti kuil, monumen, dan bendungan, namun pada saat yang sama, memaksa rakyatnya untuk bekerja sebagai budak untuk membangun proyek-proyek tersebut dengan tujuan untuk berbangga-bangga dan memperkaya anggota keluarganya.
Kisah fir'aun sebagai pembacaan atas strategi politiknya disebutkan di beberapa ayat dalam Al-Qur'an : Dan Fir'aun berkata, "Hai para pembesar, aku tidak mengetahui ada tuhan selain aku. Oleh karena itu, wahai Haman, bakarlah tanah liat dan bangunlah sebuah menara untukku agar aku dapat melihat Tuhan Musa. Dan sesungguhnya aku yakin bahwa Musa adalah pendusta." (QS Al-Qasas: 38)
"Wahai kaumku, apakah aku tidak memiliki kekuasaan atas Mesir dan sungai-sungai yang mengalir di bawahku? Apakah kalian tidak bisa memahaminya?" (QS Az-Zukhruf: 51). Fir'aun menganggap dirinya sebagai tuhan dan menolak untuk mengakui keberadaan Allah SWT. Dia berkata kepada rakyatnya, "Aku adalah tuhanmu yang paling tinggi" (QS An-Nazi'at: 24). Sifat sombong ini membuat Fir'aun tidak mau mendengarkan nasihat orang lain dan merasa bahwa dia selalu benar.
Fir'aun menolak untuk tunduk kepada Allah SWT dan mengakui keberadaan-Nya. Dia berusaha untuk menentang Musa AS dan menganggap dirinya lebih kuat dari Musa AS dan Allah SWT. Fir'aun mengatakan kepada rakyatnya, "Aku tidak mengetahui ada tuhan selain aku" (QS Al-Qasas: 38).
Meskipun Fir'aun seorang penguasa yang kuat dan sombong, dia juga penakut. Dia takut kehilangan kekuasaannya dan merasa terancam oleh kehadiran Musa AS. Fir'aun merasa bahwa Musa AS merupakan ancaman bagi kekuasaannya dan merasa perlu untuk menindas rakyatnya.
Dengan sifat-sifatnya yang kejam, sombong, dan tidak tunduk kepada Allah SWT, Fir'aun dianggap sebagai contoh yang buruk bagi manusia. Fir'aun diingatkan dalam Al-Qur'an sebagai contoh buruk bagi manusia agar kita tidak mengikuti jejaknya dan selalu tunduk kepada Allah SWT
Tumbangnya Fir'aun dan kekalahan pasukannya diakibatkan oleh beberapa faktor berikut : pertama, Kesombongan dan ketidak-taatan Fir'aun terhadap Allah SWT. Fir'aun memandang dirinya sebagai tuhan yang paling tinggi dan tidak mau tunduk kepada Allah SWT. Fir'aun memerintahkan orang-orangnya untuk menyembahnya dan tidak mengakui keberadaan Allah SWT. Karena itu, Allah SWT mengirimkan bencana dan mukjizat kepada Fir'aun dan umatnya sebagai tanda kekuasaan-Nya.
Kedua, Penindasan Fir'aun terhadap Bani Israel. Fir'aun memperbudak dan menindas Bani Israel selama berabad-abad. Dia memaksa Bani Israel untuk bekerja sebagai budak dalam proyek-proyek besar yang dibangunnya. Fir'aun juga memerintahkan untuk membunuh bayi-bayi laki-laki Bani Israel. Karena penindasan tersebut, Allah SWT mengirimkan Musa AS untuk membebaskan Bani Israel dari perbudakan Fir'aun.
Ketiga, Kepercayaan Fir'aun pada kekuasaan mutlaknya. Fir'aun tidak mau mendengarkan dan mengikuti saran dari siapa pun, bahkan dari para pembesar dan penasihatnya. Dia menganggap dirinya sebagai sumber keputusan tertinggi dalam negara. Karena itu, ketika Allah SWT mengirimkan bencana dan mukjizat kepada Fir'aun, dia tetap bersikeras dalam kesombongannya dan menolak untuk tunduk kepada Allah SWT.
Keempat, keajaiban yang ditunjukkan oleh Musa AS. Musa AS diberikan mukjizat oleh Allah SWT untuk membuktikan kebenaran ajaran-Nya. Mukjizat tersebut, antara lain, adalah tongkat yang bisa berubah menjadi ular, dan air sungai yang bisa berubah menjadi darah. Keajaiban tersebut membuat Fir'aun dan umatnya terkejut dan takut, namun karena kesombongan dan ketidak-taatan Fir'aun, dia tetap menolak untuk tunduk kepada Allah SWT.
Semoga dunia hari ini tidak dikuasai oleh anak keturunan fir’aun, karena akan melahirkan malapetaka politik, budaya, ekonomi, agama dan kemanusiaan. Semoga lahir kembali Musa-Musa yang akan memimpin dunia ini dengan landasan kitabullah dan sunnah Rasulullah Muhammad SAW.
Oleh: Dr. Ahmad Sastra
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa
(AhmadSastra,Kota Hujan, 22/03/23 : 10.42 WIB)