Tinta Media - Bupati Bandung Dadang Supriatna mengimbau kepada Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kabupaten Bandung untuk tidak menggunakan mobil dinas pada saat mudik lebaran 2023. Beliau menyarankan agar saat mudik lebaran untuk menggunakan mobil pribadi. Pasalnya, mudik lebaran itu sudah menjadi tradisi masyarakat, termasuk ASN.
Dadang mengatakan bahwa mobil dinas, khusus untuk urusan dinas saja, sedangkan untuk urusan pribadi disarankan memanfaatkan mobil pribadi. Dadang juga menyinggung masalah banyaknya ASN yang tidak hadir saat apel pagi selama bulan Ramadan. (BANDUNG, iNewsBandungRaya.id. 4/4/2023)
Mudik lebaran memang sudah menjadi tradisi masyarakat. Momen lebaran identik dengan mudik untuk berkunjung ke rumah orang tua dan kampung halaman untuk merayakan Hari raya bersama sanak saudara.
Hampir setiap tahun ada peringatan bagi ASN untuk tidak menggunakan fasilitas kantor (mobil dinas) untuk keperluan mudik lebaran. Pada dasarnya, fasilitas pemerintah/negara adalah dalam rangka untuk menunjang kinerja ASN dalam menjalankan tugas. Namun faktanya, masih ada saja oknum yang menyalahgunakan fasilitas tersebut untuk keperluan pribadi. Tidak hanya dalam hal mobil dinas, tetapi pada fasilitas kantor yang lain seperti komputer, mesin fotocopy dan lain-lain. Namun, yang lebih menonjol dan sering terlihat faktanya adalah mobil dinas yang dipakai untuk keperluan pribadi.
Ini adalah bentuk kejahatan karena menyalahi aturan. Ini juga bisa menjadi bibit korupsi dalam hal memanfaatkan fasilitas kantor hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Padahal, semua fasilitas yang disediakan oleh pemerintah/negara adalah bukan milik pribadi. Semua itu adalah milik pemerintah dan dibeli pakai uang rakyat. Tidak adil rasanya jika ada segelintir orang yang dengan seenaknya menggunakan fasilitas mobil dinas untuk mudik lebaran.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Sistem kapitalismelah akarnya. Sistem ini sudah mendarah daging dalam benak masyarakat. Pada saat menjadi pelayan masyarakat (ASN), merek tidak paham akan amanahnya. Jauhnya pemahaman Islam membuat ASN hanya mengikuti hawa nafsu saja. Asas manfaat dalam sistem kapitalisme memang sangat merusak dan membuat orang tidak peduli halal haram, mana Haq mana bathil, yang penting menguntungkan dan itu dianggap hal biasa, walaupun sudah ada undang-undang yang mengaturnya.
Faktanya, belum ada kesadaran dari para ASN itu sendiri sehingga masih ada saja yang menggunakan fasilitas mobil dinas untuk keperluan pribadi, apalagi jika negara abai, dan tidak menindak tegas oknum yang melakukan penyalahgunaan tersebut.
Penyalahgunaan fasilitas kantor akan memunculkan konflik kepentingan, sangat rentan menjadi penyebab terjadinya tindak korupsi yang lebih besar lagi. Bukan tidak mungkin, ini akan merembet pada masalah keuangan dan korupsi pelayanan lainya. Padahal, itu sudah jelas melanggar aturan karena mengambil hak orang lain. Itulah buah sistem kapitalisme sekuler yang ada hari ini.
Bagaimana dalam sistem Islam?
Kepemimpinan dalam Islam adalah kepemimpinan yang dilandasi dengan akidah yang kuat. Rakyat selalu takut ketika melakukan perbuatan yang melanggar syariat. Aparatur negaranya selalu menjaga amanah dengan baik karena kesadaran akan hubungannya dengan Allah Swt. dan takut akan pertanggungjawabannya kelak di akhirat.
Ada kisah yang menarik yang patut menjadi teladan bagi kaum muslimin, yaitu kisah Khalifah Umar bin Abdul Aziz dalam gaya pemerintahannya. Beliau mempunyai sikap Zuhud dan Amanah dalam memimpin rakyat. Sebagai seorang Khalifah, Umar bin Abdul Aziz Sangat takut dan khawatir jika bersentuhan dengan fasilitas milik umum.
Pada suatu ketika, sang Khalifah sedang melakukan tugasnya sampai larut malam, kemudian anaknya mengetuk pintu untuk diijinkan masuk ruangan, ketika sudah didalam ruangan, sang Khalifah bertanya akan maksud dan tujuan anaknya,
“Ada apa putraku datang ke sini?” tanya Umar, “Apa untuk urusan keluarga kita atau negara?”
"Urusan keluarga, Ayah,” jawab sang anak.
Kontan saja Umar bin Abdul Aziz meniup lampu penerang di atas mejanya, sehingga seisi ruangan gelap gulita. Sang anak pun bertanya kepada Ayahnya,
“Mengapa Ayah melakukan ini?”
Sang Ayah pun menjawab, “Anakku, lampu itu ayah pakai untuk bekerja sebagai pejabat negara. Minta untuk menghidupkan lampu itu dibeli dengan uang negara, sedangkan engkau datang ke sini akan membahas urusan keluarga kita."
Itulah gambaran sosok pejabat negara dalam sistem Islam. Dengan sikap dan perilaku yang patut dijadikan teladan bagi pejabat pada saat ini, itulah cara untuk menutup celah terjadinya tindak korupsi, sikap kehati-hatian dan rasa khawatirnya jika harus bersentuhan dengan hak milik umum. Akidah yang kokoh akan membuahkan perilaku yang terpuji, bisa dijadikan teladan bagi masyarakat luas.
Adapun hukuman yang tegas serta tidak pilih kasih adalah sebuah jalan yang ditempuh untuk membuat jera dan meminimalisir terjadinya tindakan yang melanggar syariat. Pejabatlah yang harus memberi contoh untuk bawahannya sehingga akan menghasilkan masyarakat yang islami, sadar akan hak dirinya dan hak orang lain, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Corak pemimpin dan pejabat ini hanya ada dalam sebuah negara khilafah yang menerapkan syariat Islam secara kaffah. Hal itu mustahil lahir dalam sistem demokrasi kapitalis seperti sekarang ini. Karena itu, saatnya berjuang bersama memahamkan masyarakat akan pentingnya suatu sistem Islam yang Allah ridai.
Wallahu a'lam bishawab.
Oleh: Dartem
Sahabat Tinta Media