Tinta Media - Ramadan bulan istimewa dan hanya orang pilihan yang bisa meraihnya. Aktivitas yang dimulai sejak sahur ini memerlukan kekuatan dan kesabaran, kemudian lanjut salat Subuh, tak lupa tilawah hingga waktu syuruq dengan menjalankan salat sunah sampai menjelang waktu dhuha. Demikianlah amalan para salafush saleh, teladan bagi siapa saja yang ingin lelahnya kelak berbuah manis, yaitu surga.
Siang hari, di tengah panas dan menahan haus serta lapar, para suami mencari nafkah sebagai kewajiban yang harus dijalankan. Para istri membersamai anak-anak yang masih kecil berlatih puasa. Mereka harus kreatif untuk mengalihkan perhatian anak-anak agar tidak minta makan dan minum.
Sungguh, ini adalah aktivitas yang tidak sederhana karena mereka punya visi mulia, yaitu menjalankan firman-Nya agar keluarga terhindar dari api neraka di mulai sejak dini.
“Wahai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari azab api neraka ... (TQS at Tahrim ayat 6).
Lelah pasti, tetapi mereka paham bahwa menjalankan berbagai ketaatan di bulan Ramadan akan mendatangkan rahmat, ampunan, dan berlipatnya pahala. Mereka mengejar keutaman karena yakin dengan apa yang telah disabdakan Rasulullah saw.
"Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku." (HR. Muslim).
Sungguh menakjubkan apa yang dilakukan seorang mukmin. Mereka rela menahan nafsu semata ingih meraih pahala dan rida-Nya. Mereka tak gampang terbujuk rayu dengan dunia yang fana ini, karena kenikmatan dunia ini terbatas. Mereka hanya ingin meraskan kehidupan yang kenikmatannya tidak terbatas, yaitu surga.
Namun, tak jarang kita dapati, hari ini umat lslam tidak mengejar pahala. Jangankan mengejar, mereka justru terperosok dalam kemaksiatan yang membawa pada kesengsaraan. Tawuran antar anak muda, mencuri, membunuh, membegal, korupsi, perselingkuhan, zina, aborsi, korupsi, dan banyak lagi tindak kriminal lain masih merajalela di tengah bulan istimewa ini.
Harusnya, di bulan mulia ini mereka bertaubat menyesali perbuatan dan bersegera menuju ampunan. Akan tetapi, hal tersebut hanya berlaku pada sebagian kecil seorang muslim, karena sebagian besar mereka masih terlena dan masa bodoh dengan ketaatan.
Sedih dan memprihatinkan melihat kondisi umat lslam. Sejatinya mereka umat yang terbaik. Namun, dalam sistem kapitalisme, umat menjadi terpuruk dalam banyak hal.
Sistem yang meninggalkan agama dalam pengaturan kehidupan membuat manusia tak terkecuali umat lslam terseret maksiat tanpa mereka sadari. Mereka jauh dari syariat dengan alasan banyaknya orang lain melakukan, tanpa melihat lagi apakah yang dilakukan benar atau salah, halal ataukah haram.
Terbukti, Ramadan yang harusnya diisi dengan banyak ketaatan seperti shaum, salat Tarawih, menjaga lisan, dan perbuatan lain agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan, tetapi umat tetap dalam kondisi yang memprihatinkan. Tempat perbelanjaan atau mall lebih ramai dari masjid, majelis ilmu dihadiri jika sempat, nasihat dianggap basi, membaca Qur’an jika sempat, bahkan mereka lebih sibuk untuk menyiapkan pernak-pernik menjelang Idul Fitri. Lebih miris lagi, banyak yang tidak berpuasa tanpa alasan yang dibolehkan syariat.
Tak salah jika umat lslam lemah, enggan, dan malas dalam ketaatan, karena semua itu bisa didapat ketika ada ilmu menyertai. Tanpa ilmu, mustahil mereka bisa melihat kebenaran dan mengejarnya. Jauhnya ilmu menjadikan mereka menggangap apa yang dilakukan sudah benar, padahal justru membawa pada kemurkaan.
Pandangan hidupnya sempit karena mengejar yang sementara. Harusnya, kesibukan dan kelelahannya adalah berlari menuju akhirat, yaitu pahala. Maka, janganlah menyesal ketika kelak akan merasakan kelelahan dan penderitaan yang tak terperi dan abadi, azab jahannam.
Allahu a’lam
Oleh: Umi Hanifah
Sahabat Tinta Media