Tinta Media - Berbagai penyakit kronis pada anak saat ini menjadi problem serius yang butuh penanganan secara tepat dan cepat. Pola hidup yang tidak sehat, adanya kesenjangan akses masyarakat terhadap konsumsi makanan bergizi, dan faktor lingkungan, menjadi penyebab langsung berbagai penyakit anak, seperti kanker, diabetes, dan stunting.
Kasus tuberkolusis anak yang sudah lama terjadi, akhir-akhir ini kembali menjadi sorotan karena berada pada posisi mengkhawatirkan. Penularannya meningkat sangat cepat. Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia setelah India. Ini adalah prestasi buruk yang tidak perlu dibanggakan, karena merupakan kenyataan pahit untuk penyakit yang mematikan.
Banyak faktor yang melatarbelakangi maraknya kasus TBC. Beberapa di antaranya yaitu lingkungan yang kurang bersih, rendahnya tingkat pemahaman masyarakat tentang sanitasi dan kesehatan sehingga mereka cenderung abai terhadap gejala yang dialami. Apalagi, penyakit ini sangat rentan menyerang anak-anak, terutama anak dengan kondisi gizi buruk, karena keadaan sosial ekonomi yang rendah.
Semua hal tersebut merupakan imbas dari penerapan sistem kapitalis yang berlaku saat ini. Dengan aturan kapitalis, kesejahteraan masyarakat tidak terjamin. Hal ini juga berimbas pada pemenuhan kesehatan oleh masyarakat. Dengan tingkat perekonomian yang rendah, tentunya masyarakat kesulitan untuk memenuhi standar kesehatan dalam hidup mereka. Apalagi, sarana dan prasarana kesehatan sangat mahal. Selain itu, sistem lapitalisme ini juga menyebabkan akses untuk meraih pendidikan yang layak bagi masyarakat sangat sulit dijangkau karena sangat mahal. Karena itu, tingkat pendidikan mereka juga sangat rendah.
Berkaitan dengan hal ini, seharusnya pemerintah melakukan edukasi tentang kesehatan, agar masyarakat mendapatkan informasi dari sumber yang tepat, yaitu para ahli. Dalam proses edukasi tersebut, negara menekankan bahwa kesehatan merupakan perkara penting dalam kehidupan seseorang.
Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang pada pagi hari dalam keadaan aman tempat tinggalnya, sehat badannya, mempunyai makanan untuk hari itu, seolah-olah dunia dan seisinya telah terkumpul baginya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Seharusnya negara menjalankan fungsinya untuk memenuhi layanan kesehatan secara merata bagi seluruh warga negara. Namun, saat ini negara terkesan abai. Kasus TBC akan terus meningkat, jika pengaturan urusan rakyat masih menerapkan kapitalisme. Dalam sistem kapitalisme ini, hidup sehat dan sejahtera menjadi barang mahal. Sekalipun negara berupaya mencegah dan mengatasi TBC, namun upaya tersebut masih sangat parsial, tidak menyentuh akar persoalan.
Hal ini berbeda dengan sistem Islam. Islam mempunya solusi bagi setiap masalah. Dalam Islam, penguasa wajib mengurus urusan rakyat dan memenuhi seluruh kebutuhannya.
Rasulullah saw. bersabda,
“Pemimpin itu laksana gembala dan ia akan dimintai pertanggungjawaban akan gembalaannya (rakyatnya).” (HR. Imam Bukhari dan Ahmad).
Dalam Islam, negara wajib memenuhi kebutuhan kesehatan rakyat secara layak. Negara juga wajib meningkatkan taraf sosial ekonomi masyarakat dengan menerapkan sistem ekonomi Islam. Dengan kehidupan yang sejahtera, tidak sulit bagi warga untuk menciptakan sanitasi dan lingkungan bersih, serta gizi yang cukup untuk keluarganya. Kemudian negara membangun sarana dan layanan kesehatan yang dapat diakses masyarakat dengan murah dan mudah.
Kesehatan adalah nikmat kedua setelah iman. Jiwa dan raga yang sehat akan meningkatkan kualitas amal ibadah kaum muslimin. Anak merupakan generasi penerus orang tuanya sebagai estafet dakwah Islam ke seluruh dunia. Oleh sebab itu, penerapan Islam secara kafah akan memberikan prioritas terhadap kesehatan generasi.
Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, menjaga dan memelihara kesehatan setiap individu warganya merupakan kewajiban penguasa, karena Allah akan meminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
Wallahualam bissawab.
Oleh: Teti Kusmiati
Sahabat Tinta Media