Tinta Media - Pengasuh Kajian Mutiara Ummat, Ustadzah L. Nur Salamah, S.Pd. menceritakan kisah Imam Bukhori yang paling unggul diantara Imam-imam hadits.
"Dan adapun, diceritakan bahwasanya Muhammad bin Ismail Al Bukhara (Imam Bukhari), semoga Allah merahmati beliau. Bahwa pertama kali yang beliau pelajari adalah bab tentang fiqih salat kepada gurunya yang bernama Muhammad bin Hasan. Maka berkatalah Muhammad bin Hasan kepada Imam Bukhari. Pergilah dan belajarlah ilmu hadits. Karena beliau melihat (Muhammad bin Hasan) bahwa ilmu tersebut lebih cocok dengan tabiatnya Imam Bukhari. Maka beliau (Imam Bukhari) menuntut ilmu hadits, maka jadilah beliau di dalam ilmu hadits paling unggul diantara semua imam-imam hadits," tuturnya pada saat menyampaikan kajian Mutiara Ummat, Selasa (4/4/2023).
Kisah tersebut, kata Ustadzah Nur, memberikan pelajaran bahwa sekaliber Imam Bukhari saja dalam memilih atau menuntut ilmu, berdasarkan arahan dari sang guru. Karena gurunya lebih memahami tabiat Imam Bukhari. Ilmu hadist adalah salah satu ilmu yang paling cocok untuk Imam Bukhari. Alhasil, beliau menjadi seorang ahli hadits, bahkan paling unggul diantara Imam-imam hadits.
Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa pada zaman dahulu itu para penuntut ilmu terbiasa dipilihkan oleh gurunya. Apa yang seharusnya dipelajari terlebih dahulu dan ilmu apa yang sesuai dengan tabiat penuntut ilmu atau murid.
"Pada zaman dahulu, para penuntut ilmu itu terbiasa dipilihkan oleh gurunya. Kitab apa yang pertama dan utama untuk dikaji. Ilmu apa yang cocok untuk dipelajari. Gambarannya seperti yang dicontohkan oleh Syaikh Taqiyuddin An-Nabani. Untuk pemula, kitab pertama yang dikaji adalah _Nidzomul Islam_ bab _Thoriqul Iman_ dan begitu seterusnya. Karena pertama bagi seorang muslim adalah ilmu tauhid atau ketuhanan, sampai keimanannya tertancap kuat, tidak mudah tergoyahkan. Setelah dirasa cukup kuat baru beranjak pada pelajaran atau kitab yang lain," bebernya.
Namun, imbuhnya, kondisi saat ini jarang bahkan hampir tidak dijumpai fenomena yang demikian. Para penuntut ilmu memilih ilmu sekehendak hatinya, sesuai keinginannya, dan tak jarang hanya berorientasi materi duniawi semata. Hal tersebut tidak terlepas dari sebuah sistem sekuler yang diadopsi dalam kehidupan saat ini.
Terakhir, sebelum kajian ditutup, ia menegaskan bahwa apabila seorang murid atau penuntut ilmu memilih ilmu sekehendak hatinya niscaya tidak akan mencapai pada tujuan dalam menuntut ilmu.
"Dan sekarang, mereka memilih jenis ilmu, menurut kemauannya sendiri, maka tidak menghasilkan tujuan mereka dari menuntut ilmu dan dari kefaqihan terhadap agama," pungkasnya. *[]Bey*