Generasi Sadis dalam Sistem Sekuler Kapitalis - Tinta Media

Minggu, 09 April 2023

Generasi Sadis dalam Sistem Sekuler Kapitalis

Tinta Media - Tindak kekerasan yang dilakukan oleh generasi muda bak sinetron yang terus bersambung dan tidak diketahui kapan episode terakhir terjadi. Bukannya berhenti, tindakan kekerasan tersebut justru dilakukan dengan cara yang kian sadis dan tak manusiawi.

Seperti yang dilakukan oleh ketiga remaja SMP berusia 14th di Sukabumi, Jawa Barat. Mereka ditangkap polisi karena diduga melakukan pembacokan kepada remaja sebaya mereka hingga tewas. Tak hanya itu, tindakan keji tersebut bahkan mereka tayangkan secara langsung melalui media sosial Instagram.  (News.detik.com, 24/3/23)

Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh remaja tersebut sungguh sadis dan di luar nalar. Remaja usia SMP yang seharusnya memegang pensil justru memegang senjata tajam. Remaja yang seharusnya bercengkerama dengan teman seusianya, faktanya justru menjadi pembunuh. Remaja yang seharusnya masih merasa takut melakukan kesalahan ketika dilihat orang lain, justru melakukan tindak kejahatan dalam siaran langsung Instagram yang dapat disaksikan oleh masyarakat luas secara langsung. Di mana hati nurani mereka? Tak adakah rasa takut berbuat salah dan dosa?

Kasus tersebut hanya satu dari deretan kekerasan yang dilakukan oleh para remaja. Tawuran dan penganiayaan, bahkan pembunuhan menjadi aktivitas yang tidak asing lagi bagi mereka. Tindakan kekerasan seolah menjadi jati diri para remaja yang melakukannya demi eksistensi. Jumlah kekerasan dilakukan oleh generasi muda semakin hari semakin banyak, bukannya berkurang, justru beragam pula caranya. 

Beginilah potret buram generasi muda saat ini yang hidup di bawah naungan sekuler kapitalis, paradigma masyarakat yang memisahkan agama dari kehidupan. Setiap aktivitas mereka hanya berorientasi pada kepuasan materi. Pandangan hidup seperti ini telah merusak tatanan masyarakat yang seharusnya saling menghormati dan menjunjung tinggi nilai agama. Kini, akibat sekuler kapitalis, generasi muda bahkan berani berbuat kejahatan dengan begitu sadis. Hal ini karena keimanan individu para pemuda tak mampu diwujudkan. 

Tak hanya itu, masyarakat juga semakin tidak peduli dan tak acuh dengan kondisi generasi muda yang rusak. Bahkan, masyarakat justru menunjukkan perilaku yang juga semakin mudah melakukan tindak kekerasan yang sama. Kasus pembunuhan suami terhadap istri akibat perselingkuhan banyak ditemui. Kasus pembunuhan dengan mutilasi juga sering menjadi headline media. Begitu juga dengan berbagai pembunuhan dengan beragam motif, baik urusan asmara, utang-piutang, maupun perampokan. Semua pembunuhan tersebut dilakukan dengan cara-cara sadis. Sungguh, masyarakat pun sedang dalam kondisi mengerikan. Inilah bukti, bahwa sistem sekuler kapitalis telah melahirkan manusia-manusia yang keji tak berperikemanusiaan. 

Konsep sekuler kapitalis yang berupaya memperbaiki generasi dengan melakukan berbagai perubahan dalam sistem pendidikan faktanya tak mampu menghentikan kondisi rusaknya generasi. Pun juga masyarakat yang disibukkan dengan kerja dan kerja demi memenuhi keinginan hidup, justru mengalami tekanan dan semakin jauh dari pemahaman agama. Masyarakat menjadi apatis dan individualis, hingga abai pada kemaksiatan dan kejahatan di sekitar.

Ditambah lagi penerapan hukum bagi remaja yang dianggap masih di bawah umur tidak mendapatkan hukuman yang sama dengan pelaku kejahatan dewasa. Hal ini semakin memberikan pemikiran pada generasi bahwa kejahatan mereka akan mendapatkan toleransi. Jika kepada Tuhan sudah tak takut berbuat dosa, pada hukum negara pun meremehkan, apalagi yang bisa diharapkan dari generasi semacam ini? 

Hal ini jelas berbeda dengan gambaran kondisi pemuda di masa penerapan Islam secara kaffah, yakni masa kekhilafahan. Sebab, kekhilafahan menerapkan sistem aturan dari Allah, yakni Islam secara sempurna. Sistem pendidikan, ekonomi, sosial, politik, pergaulan, dll semua berasaskan akidah Islam. 

Untuk membentuk generasi beriman dan berkepribadian tangguh dibutuhkan sistem pendidikan Islam yang dapat menyelesaikan persoalan generasi dalam mengembalikan jati diri mereka sebagai muslim sejati. Kemudian tatanan masyarakat juga memahami dan menerapkan amar makruf nahi mungkar, sehingga tak akan acuh ketika ada kemaksiatan.

Tak kalah penting dan yang utama adalah peran negara sebagai pelindung generasi dilaksanakan dengan optimal atas landasan iman, bukan keuntungan. Tak ayal, setiap yang akan melemahkan generasi pasti akan dibasmi tanpa meninggalkan celah sedikit pun. Seperti konten dalam internet yang melanggar syari'at, akan ditutup meskipun menguntungkan secara finansial, jika dianggap akan merusak generasi. Hukum pun diterapkan sesuai aturan syariat. Batas seseorang diberikan beban hukum adalah ketika sudah baligh, bukan pada usia tertentu. Ketika sudah masuk usia baligh, maka sanksi dan hukuman yang diberikan sama, yakni bersifat tegas, adil, dan memberikan efek jera.

Semua pihak bersinergi untuk menjaga akidah dan menyelamatkan generasi dari pengaruh buruk budaya asing. Semua bekerja atas dasar iman, sehingga keimanan individu terbentuk, kontrol masyarakat terwujud, dan peran negara optimal sebagai perisai rakyat. Begitulah, sebab Islam memiliki seperangkat aturan sempurna yang mengatur dan menyelesaikan berbagai problematika manusia. Wallahu a'lam!

Oleh: Wida Nusaibah
Pemerhati Masalah Remaja

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :