Tinta Media - Direktur Eksekutif Center for Uyghur Studies, Dr. Abdulhakim Idris mengungkap dua tujuan rezim Komunis Cina melakukan genosida dan penindasan terhadap Muslim Uighur.
"Setelah memperhatikan praktik genosida dan penindasan ini, kita patut bertanya 'mengapa?' Ada dua jawaban; pertama, tujuan utama adalah 'sinifikasi' Turkistan Timur dan kedua adalah kepentingan ekonomi dan diplomatik," tuturnya dalam acara Seminar Internasional di Univeritas Muslim Nusantara Al Washliyah Medan, Rabu (12/4/2023).
Berkaitan dengan tujuan pertama, dilihat dari kebijakan rezim Komunis Cina yang secara sistematis menghancurkan identitas agama dan budaya Muslim Uighur sejak 1949. "Hal ini dilakukan dengan cara menutup seluruh sekolah Islam dan menghapus kurikulum agama di sekolah pemerintah," paparnya.
Meski demikian, menurutnya, penduduk Turkistan Timur menyadari cara terbaik untuk menjaga identitasnya dengan melakukan pendidikan agama di rumah-rumah mereka. "Al-Qur'an dan Hadis dipelajari secara sembunyi-sembunyi di rumah-rumah warga," lanjutnya.
Namun ia melanjutkan, usaha-usaha untuk melestarikan identitas keIslaman ini merupakan ancaman bagi rezim Komunis Cina. Inilah yang menjadi alasan, sejak 2014, rezim Komunis Cina mengirimkan orang Cina Han untuk tinggal bersama keluarga Muslim Uyghur. "Mereka berdalih bahwa kebijakan ini ditujukan agar Cina Han berbaur dengan Muslim Uighur. Namun, tujuan sebenarnya adalah untuk memata-matai kehidupan warga Uighur, sehingga usaha untuk mengajarkan agama Islam di rumah-rumah sulit untuk dilakukan," bebernya.
Adapun tujuan kedua, wilayah Turkistan Timur memang merupakan wilayah yang kaya. "Ada kandungan gas alam, minyak, uranium, emas, dan kandungan mineral lainnya," ungkapnya.
Selain itu, wilayah Turkistan Timur merupakan lokasi transit yang penting dalam program Belt and Road Initiative (BRI). "Wilayah ini akan membuat Cina menjadi kekuatan ekonomi terbesar di dunia," tandasnya.
Oleh karena itu, rezim Komunis Cina berambisi menguasai penuh wilayah Turkistan Timur. "Mereka menganggap penduduk Muslim Uighur dan identitas keIslaman di wilayah ini merupakan ancaman karena akan membahayakan kepentingan ekonomi dan diplomatik mereka," pungkasnya. [] Lussy Deshanti Wulandari