Tinta Media - Penderitaan Dunia Islam hari ini, dinilai oleh Direktur Geopolitikal Institute Adi Victoria, adalah buah dari paham nasionalisme.
“Ini kan buah dari paham nasionalisme. Kemudian menganggap penderitaan Dunia Islam hari ini, yang menimpa saudara kita yang di Palestina, kemudian yang di Myanmar, Xinjiang China, sebagai bukan masalah kita, bukan masalah negeri muslim yang lain,” tuturnya dalam program Kabar Petang: Ramadhan Bulan Jihad dan Perjuangan di kanal YouTube Khilafah News, Jumat (31/3/2023).
Adi menjelaskan bahwa ini adalah akibat sekat-sekat nasionalisme atau negara bangsa yang terjadi pasca runtuhnya Khilafah. “Khilafah itu diruntuhkan 3 Maret 1924, yang mulai itu kemudian muncullah negeri-negeri muslim yang di kotak-kotakan dengan sekat Nasionalisme atau negara bangsa, imbasnya kemudian menganggap bahwa persoalan negeri muslim yang lain Itu bukan bagian daripada urusan kaum muslimin yang lain.” jelasnya.
Adi menjelaskan lebih lanjut bahwa kondisi ini berbeda dulu ketika umat Islam hidup dalam satu kepemimpinan. Ketika umat Islam memiliki seorang Imam atau seorang Khalifah, maka Imam/Khilafah itu akan meriayah atau mengurusi, menjaga dan melindungi umat Islam.
Ia membacakan sabda Rasulullah SAW yang artinya, ‘Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya’.
Adi mengutip perkataan Al-Hujjatul Islam Imam Ghazali bahwa agama dan kekuasaan adalah ibarat dua saudara kembar. Agama itu pondasi/asas dan kekuasaan itu penjaganya. Sesuatu tanpa ada asas, dia akan rubuh dan sesuatu tanpa ada penjaga maka dia akan hilang.
“Maka yang harus dilakukan adalah kemudian berusaha mewujudkan kembali adanya seorang Imam, adanya seorang pemimpin yang kemudian bisa menjaga melindungi umat Islam,” pungkasnya.[] PAW
