Tinta Media - Brutal dan arogan. Statemen kotor semestinya tidak keluar dari mulut peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang Hasanudin (APH). Ujaran kebencian yang disertai amarah itu tumpah di media sosial. Kata-kata ancaman berupa teror akan membunuh satu per satu anggota Muhammadiyah itu, sepatutnya tidak keluar dari mulut seorang yang di mata publik bisa disebut "intelek".
APH dalam akun medsosnya menyebut: “Perlu saya halalkan gak nih darahnya semua Muhammadiyah? Apalagi Muhammadiyah yang disusupi Hizbut Tahrir melalui agenda kalender islam global dari Gema Pembebasan? Banyak bacot emang!!! Sini saya bunuh kalian satu-satu. Silahkan laporkan komen saya dengan ancaman pasal pembunuhan! Saya siap dipenjara. Saya capek lihat pergaduhan kalian.”
Kenapa APH begitu lancang melayangkan ancaman tersebut? Setidaknya ada empat hal, alasan APH berani berbuat demikian.
Pertama, diduga kuat ada dukungan dari 'big boss'. Seorang APH tak akan berani mengeluarkan kata-kata ancaman jika tidak ada dukungan dari 'big boss' yakni orang yang memiliki kekuasaan di belakangnya.
Jika tak ada beking, mustahil keluar kata-kata: Silahkan laporkan komen saya dengan ancaman pasal pembunuhan! Saya siap dipenjara.
Kedua, patut diduga APH stres. Kalau orang normal, tidak akan mungkin berani mengancam akan membunuh satu per satu warga Muhammadiyah. Apakah APH tidak tahu bahwa Muhammadiyah ini ormas terbesar kedua di negeri ini?
Apakah APH tidak tahu jumlah pengikut Muhammadiyah itu per 2019 mencapai 60 juta? Apakah APH juga tidak tahu ada jutaan Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam) yang siap mati demi membela kewibawaan Muhammadiyah? Kalau APH tidak stres, lantas apa?
Ketiga, ada aroma islamofobia. Aroma islamofobia itu nampak dari statemennya: Perlu saya halalkan gak nih darahnya semua Muhammadiyah? Apalagi Muhammadiyah yang disusupi Hizbut Tahrir melalui agenda kalender islam global dari Gema Pembebasan?
Salah apa Muhammadiyah, HTI, dan Gema Pembebasan hingga APH begitu membenci mereka? Apakah ada kader Muhammadiyah, HTI, dan Gema Pembebasan yang menggarong kekayaan alam negeri ini? Atau adakah kader Muhammadiyah, HTI, dan Gema Pembebasan yang menggerogoti Rp800T dana APBN yang diperoleh dari hasil merampok rakyat lewat pajak?
Faktanya baik Muhammadiyah, HTI, ataupun Gema Pembebasan tak pernah merugikan negeri ini. Lantas mengapa APH begitu membenci mereka?
Sebelumnya, meski beda pendapat dalam penentuan hari raya dengan pemerintah, tapi tak pernah menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat. Justru, statemen dari APH inilah yang malah menimbulkan kegaduhan. Perbedaan ini sangat wajar karena Ketiadaan satu pemimpin umum bagi umat Islam. Hanya Khalifah yang akan mengakhiri penentuan perbedaan hari raya ini.
Keempat, ini yang harus diwaspadai oleh umat yakni adanya hidden agenda. Benturan perbedaan penentuan hari raya yang sebelumnya tidak pernah terjadi, saat ini coba dimunculkan. Sebelumnya, sering terjadi perbedaan penentuan hari raya, tapi tidak pernah terjadi benturan, bahkan sampai mengancam membunuh warga yang berbeda hari raya.
Patut diduga ada hidden agenda di balik peristiwa ini. Apakah ini skenario awal untuk mengopinikan agar masyarakat distrust kepada ormas Islam yang berbeda dengan rezim, hingga puncaknya pada pembubaran ormas, sebagaimana yang terjadi pada HTI, FPI, dan Khilafatul Muslimin? Ataukah mungkin, ada harapan dari APH, agar mendapatkan secuil kue kekuasaan sebagaimana yang didapatkan oleh ketua ormas yang suka membubarkan pengajian dan profesor yang tidak mengeluarkan izin perpanjangan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) FPI?
Oleh: Achmad Mu’it
Jurnalis