Wujud Memuliakan Ilmu dengan Memperbagus Tulisan di Buku - Tinta Media

Selasa, 07 Maret 2023

Wujud Memuliakan Ilmu dengan Memperbagus Tulisan di Buku

Tinta Media - Pengasuh Kajian Mutiara Ummat, Ustazah L. Nur Salamah menjelaskan bahwa salah satu wujud memuliakan ilmu adalah dengan memperbagus tulisan di buku. 

"Diantara wujud memuliakan ilmu adalah dengan memperbagus tulisan di buku," jelasnya sebagai pembuka kajian MuTu Kitab Adab Ta'limu Al-Muta'alim Thoriqotu Ta'alum, Selasa (28/2/2023) di Batam.

Menurutnya, ketika guru menjelaskan suatu pelajaran, murid hendaknya mencatat dengan tulisan yang bagus dan rapi. "Namun, ketika penjelasan guru terkesan cepat maka alangkah baiknya kita mengulang atau memurojaah pelajaran tersebut dengan menyalin pelajaran tersebut dengan tulisan yang rapi," ujarnya. 

Selanjutnya, ia menegaskan tidak dibenarkan menulis dengan huruf yang kecil-kecil dan berdempetan. 

"Kemudian janganlah mencatat sebuah pelajaran dengan huruf yang kecil-kecil, dan meninggalkan untuk membuat catatan kaki kecuali dalam keadaan darurat. Maksudnya jangan menulis kecil-kecil dan tidak terbaca, dalam bentuk yang berdempetan atau di sela-sela huruf asli dalam sebuah kitab kecuali dalam keadaan darurat. Maka disarankan untuk menyediakan buku tulis yang dikhususkan untuk membuat catatan, sehingga kita atau pembaca nantinya tidak merasa bingung ketika membaca tulisan kita," tuturnya.

Setelah itu ia menjelaskan tentang kisah Abu Hanifah yang melihat seorang penulis, yang menulis dengan huruf yang kecil-kecil. 

"Abu Hanifah (Imam Hanafi) radiallahuanhu, pernah melihat seorang penulis yang menulis dengan tulisan yang hurufnya kecil-kecil di dalam bukunya, kemudian ia berkata, "Janganlah kamu menulis dengan tulisan yang kecil-kecil. Jika engkau berumur panjang, engkau akan menyesal, dan jika engkau mati akan di caci maki." Maksud dari Abu Hanifah, ketika Allah memberikan umur yang panjang, jangan sampai ketika kita tua nanti menyesali tulisan kita, karena lazimnya ketika sudah tua mata sudah rabun dan kita tidak dapat memberi petunjuk bagi anak-anak kita terhadap kitab atau buku yang kita tulis," bebernya.

Maksudnya dicaci-maki, imbuhnya, ketika kita sudah mati, tulisan kita dibaca orang lain, dan tidak jelas atau berantakan maka kita akan dicaci-maki oleh orang yang membaca tulisan tersebut.

Terakhir ia menegaskan, seyogianya kita harus memperbagus tulisan kita agar tidak ada penyesalan di kemudian hari. 

"Maksudnya, jika kamu sudah tua dan cahaya pandangan mata sudah lemah alias rabun, maka kamu akan menyesali hal itu. Jangan sampai kita menyesali tulisan kita yang tidak bagus karena tidak bisa baca. Kita akan sadar dan menyesalinya, ketika ingin menyampaikan ilmu kembali atau pun ketika sudah tua nanti," pungkasnya.[] Reni Adelina/Nai
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :