Tinta Media - Kasus TBC di Indonesia semakin marak dan menduduki peringkat kedua di dunia. Peningkatan drastis dari kasus TBC mencapai 200%. Hal tersebut dilaporkan kementerian kesehatan atas kenaikan jumlah kasus yang sangat signifikan (CNNIndonesia.com, 18/3/2023).
Direktur pencegahan dan pengendalian penyakit menular Kemenkes dr. Imam Pambudi menyampaikan bahwa faktor dari kenaikan kasus tersebut terjadi akibat dari banyaknya orang tua yang tidak menyadari dan tidak segera mengobati, sehingga mudah terjadi penularan pada kelompok yang rentan, terutama anak anak.
Peningkatan kasus TBC tidak hanya berpengaruh pada kesehatan individu, tetapi juga berdampak pada tatanan sosial dan ekonomi masyarakat. Hal tersebut juga diungkapkan dalam acara peringatan hari TBC sedunia yang diselenggarakan di Rumah Sakit Dustira, Cimahi (15/03/2023).
Banyaknya kasus TBC yang terus meningkat tiap tahunnya mencerminkan betapa buruknya upaya pencegahan, buruknya masalah sanitasi, rendahnya daya tahan tubuh masyarakat akibat keseimbangan gizi dan asupan masyarakat yang kurang, lemahnya sistem kesehatan dan pendidikan, serta minimnya pengetahuan.
Kemiskinan dan stunting juga dapat berpengaruh pada TBC karena tidak tersolusikan dengan baik, sarana kesehatan yang terbatas ditambah pelayanan yang mahal atau kualitas yang lebih baik dari kalangan bawah (miskin). Faktor ini sangat jelas memberikan andil dan kontribusi besar terhadap kasus TBC, sehingga rakyat semakin terpuruk dan kesulitan untuk mendapatkan layanan kesehatan yang optimal.
Meskipun pemerintah telah menggandeng ormas-ormas, LSM, dan kerja sama dengan negara lain, seperti Amerika bahkan WHO untuk mencegah dan mengatasi TBC, tetapi semua upaya tersebut tak mampu menyelesaikan masalah kesehatan, salah satunya TBC.
Inilah bukti buruk dan lemahnya penerapan sistem sekuler kapitalisme yang menjadikan asas pengaturan kesehatan sebagai objek bisnis, kemudian berbagai kebutuhan dan pelayanan masyarakat dikapitalisasi tanpa mempedulikan kondisi rakyat, sehingga masalah kesehatan bahkan kemiskinan tersistem.
Akibat sekuler kapitalis, masyarakat semakin kesulitan menerapkan pola dan gaya hidup sehat. Masyarakat sulit mengakses lingkungan dan sanitasi bersih, gizi baik, pemenuhan kebutuhan dasar, kesadaran literasi, pengetahuan, serta edukasi. Semuanya tidak akan tercapai selama menggunakan sistem kapitalisme.
Hal ini sangat berbeda dengan sistem Islam. Islam dapat meriayah dan memberi solusi dalam berbagai masalah, termasuk dalam penanganan kesehatan. Sebagaimana sabda Rasulullah,
"Imam (Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia adalah (laksana) penggembala. Dan hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap (urusan) rakyatnya." (HR Al Bukhori).
Islam mampu memenuhi kebutuhan dasar rakyat, seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan secara kayak. Layanan pendidikan dan kesehatan akan diberikan secara gratis. Negara pun memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat kemudian mengelola SDA dan memberikan hasil pengelolahannya kepada masyarakat.
Sudah pasti Islam begitu sempurna dalam menyelesaikan seluruh problematika kehidupan, termasuk mengentaskan kemiskinan. Semua konsep ini tentunya dapat terwujud dalam naungan khilafah yang menerapkan sistem Islam secara kaffah. Dengan penerapan sistem politik dan ekonomi Islam, negara menjamin dengan menyediakan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan berkualitas kepada masyarakat.
Wallahu a'lam bisshawwab.
Oleh: Avin
Muslimah Jember