Stunting, Masalah Genting yang Tak Kunjung Teratasi - Tinta Media

Minggu, 19 Maret 2023

Stunting, Masalah Genting yang Tak Kunjung Teratasi

Tinta Media - Kementerian Kesehatan mengemukakan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada Rapat Kerja Nasional BKKBN, Rabu (25/1) dimana prevalensi stunting di Indonesia masih di angka 20% yaitu 24,4% di tahun 2022. Berbagai ide dilontarkan di negeri ini untuk atasi stunting.
Salah satu upaya yang lagi trending ialah Pemerintah mencanangkan untuk anak-anak gemar mengkonsumsi ikan dikarenakan protein dari mengkonsumsi ikan itu paling baik. “Ikan memiliki kandungan protein hewani yang sangat tinggi yang sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan otak anak,” kata Muhadjir dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (12/3/2023)

Tidak hanya terdapat di Ibu Kota, pemerintah daerah pun mulai mencanangkan mengkonsumsi ikan pada anak “Protein dari mengkonsumsi ikan yang paling baik. Kita perhatikan gizi mereka, mulai dari asupan yang diberikan. Terutama ikan” kata Marlin dalam  keterangan yang diterima di Batam, Kamis (9/3/2023).

Lalu apa sih stunting ? Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya.

Beberapa indikator dapat terjadi stunting yang pertama bisa dilihat dari status gizi ibu hamil. Menurut jurnal Media Gizi Pangan tahun 2018 (DOI: 10.32382/mgp.v25i1.55) terdapat hubungan antara status gizi ibu saat hamil (LILA) dengan kejadian stunting balita 06-36 bulan di Puskesmas Bontoa. Menurut jurnal Kesehatan tahun 2020 bahwa ekonomi atau gaji di bawah UMR mempengaruhi kejadian stunting di desa Kuala Tambang Kampar. 
Jadi, apakah dengan hanya makan ikan kebutuhan gizi anak akan terpenuhi? tentu saja tidak. Karena terjadinya stunting dimulai sejak hamil bahkan saat ibu sebelum hamil. Dan faktor ekonomi selalu menjadi highlight di setiap permasalahan di negeri ini, termasuk urusan stunting. 

Akar Masalah Stunting

Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas masyarakat Indonesia. Bukan hanya mengganggu pertumbuhan fisik, anak-anak juga mengalami gangguan perkembangan otak yang akan memengaruhi kemampuan dan prestasi mereka. Selain itu, anak yang menderita stunting akan memiliki riwayat kesehatan buruk karena daya tahan tubuh yang juga buruk. Stunting juga bisa menurun ke generasi berikutnya bila tidak ditangani dengan serius. Maka perlu mencari akar penyebab bisa terjadi stunting. Penyebab utama stunting adalah kurangnya asupan gizi pada ibu yang hamil atau sebelum kehamilan. Oleh karenanya perlu kita pahami Mengapa mereka kurang dalam asupan gizi? Dalam hal ini ada dua hal penting yang berkaitan dengan penyebab stunting.

Pertama, masalah ekonomi.Mengapa faktor ekonomi menjadi masalah stunting ?, Sistem ekonomi sekarang membuat terjadinya kesenjangan ekonomi yang begitu nyata. Pemerataan ekonomi yang tidak terwujud. Bisa dilihat fakta, di tengah masyarakat, bagaimana masih banyak masyarakatyang  kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, jangankan makan makanan bergizi, untuk makan Pengisi perut saja mereka masih susah. Dalam penerapan ekonomi  kapitalisme emang meniscayakan yang miskin makin miskin sedangkan yang kaya makin kaya. Bagaimana tidak, dari sisi lapangan pekerjaan sangat sulit, kalaupun ada, upahnya pun tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup akibat harga kebutuhan pokok dan lainnya semisal bbm, tarif listrik dan pajak makin mencekik.

Semua itu menjadikan masyarakat menghadapi kehidupan yang sulit, termasuk para ibu-ibu hamil juga kesulitan memenuhi kebutuhan gizi nya. Kondisi perekonomian keluarga menjadikan banyak ibu-ibu terpaksa harus terus berhemat hingga mengabaikan masalah pemenuhan gizi, belum lagi biaya periksa kehamilan dan melahirkan juga tidak murah. Kalaupun ada yang gratis, tidak menjamin mendapatkan pelayanan terbaik. Hal tersebut terbukti dengan jurnal inovasi dan terapan pengabdian masyarakat tahun 2021 40 % ibu mengalami kekurangan gizi dikarenakan pendapatan keluarga <1 juta per bulan.

Belum lagi masalah kenaikan harga pangan dikarenakan kelangkaan terhadap barang. Kelangkaaan sendiri diakibatkan banyaknya ada individu maupun kelompok yang melakukan penimbunan. Sehingga harga di pasaran menjadi naik.  Negara yang seharusnya berkewajiban mengurus urusan kebutuhan pokok rakyatnya, nyatanya hanya sebagai regulator bagi kapitalis, akibatnya terjadi kemiskinan secara tersistem. Begitulah system ekonomi kepitalis bekerja. Sistem ekonomi yang tegak diatas asas manfaat, lebih mementingkan kepentingan kapitalis dibanding rakyatnya. 

Islam Menyelesaikan Masalah Stunting 

Dalam sistem Islam negara wajib menyediakan lapangan pekerjaan untuk rakyat islam, apabila individu masih kurang mampu maka disediakannya Baitul mal (digunakan untuk tempat penyimpanan berbagai pemasukan negara sekaligus sebagai tempat pengeluarannya.), menetapkan kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan keamaan yang pasti di jamin oleh negara. Dalam harga pangan pun Khilafah menjaga kestabilannya. Dan tidak akan membuat kebijakan yang justru akan berdampak pada kenaikan harga dalam negeri.  

Pada zaman Kekhilafahan Umar bin Khattab terdapat kisah yang mengharukan bahwa saat itu Amirul Mukminin sedang berkeliling terlihatnya di sebuah rumah dengan kompor yang menyala ditengah keheningan malam, setelah itu Amirul mukminin pergi ke pondok itu untuk mengetahui apa yang sebenarnya. Beliau melihat seorang ibu sedang memasak batu untuk anaknya yang kelaparan. Umar bin Khattab kemudian segera ke Baitul Mal dan mengambil bahan makanan yang diperlukan ibu dan anak-anaknya. Sang khalifah membawa dan memberikan sendiri bahan makanan pada keluarga tanpa bantuan Aslam. Setelah itu ummar meminta maaf karena telah membiarkan seorang ibu dan anaknya kelaparan di wilayah kekuasaannya. Karena ini tentang pertanggungjawaban  di akhirat kelak.

Di era kepemimpinan  Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz, Khalifah dari Dinasti Umayyah, tidak ada kemiskinan dan asnaf yang layak dizakati dari Yaman sampai Maroko bahkan hidup srigala dan domba berdampingan.
Islam dengan berbagai mekanisme yang peduli terhadap ummat. Negara menjadikan wanita sebagai Rahim peradaban yang dimana akan melahirkan calon pemimpin ummat  sehingga negara menyediakan berbagai macam kebijakan untuk mencetak generasi berkualitas termasuk mencegah terjadinya stunting.

Oleh : Kikky Novianti, A.Md.Keb.
Aktivis Muslimah Semarang 
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :