Sound System Berisik, Berbahaya! - Tinta Media

Minggu, 12 Maret 2023

Sound System Berisik, Berbahaya!

Tinta Media - Komunitas Horeg dan adu bising speaker sedang menjadi trending topic, khususnya di daerah Jawa Timur. Fenomena ini menjadi perhatian setelah tersebarnya video atap rumah warga yang runtuh karena getaran suara sound system tetangganya yang viral di media sosial. 
.
Suara berisik yang saling bersahutan bersaing mengalahkan suara adzan yang katanya tidak boleh mengganggu. Persaingan pengeras suara ini menunjukkan bahwa nilai yang berlaku di masyarakat sudah berada di ujung tanduk dan mulai berganti menjadi nilai sekuler yang liar tanpa memedulikan orang lain. 
Suara sound yang Uajjur bagi kalangan anak muda di Jawa itu dilengkapi bass yang menggelegar dan menggoncang. Getaran dari dari sound system besar ini terbukti dapat merusak bangunan. Sebagaimana rumah yang sudah menjadi korban di daerah Jember yang Plafon-nya ambruk dan kaca rumahnya pecah. 
Para penikmat suara sumbang ini bukan seperti komunitas audiophile yang mencari kejernihan atau clarity dari suara. Mereka mencari dentuman bass yang memecah kesunyian tanpa memperdulikan kejernihan suara. Mereka bahkan rela berkumpul hingga tengah malam untuk mengadu kemampuan para penyetel sound system sambil merasakan sensasi guncangan audio. 
Pertarungan Horeg atau Adu bising itu biasa dilakukan setelah azan isya. Sikap yang seakan menghargai ibadah ini justru mengganggu khusyuk-nya aktifitas shalat di masjid dan musholla terdekat. Suara musik jedag-jedug yang menghancurkan konsentrasi dan menghipnotis itu seakan mengolok-olok kegiatan ibadah dan meremehkan pentingnya khidmat dalam beribadah. 
Sebagai bagian dari kaum muslimin, seharusnya kita saling mengingatkan dan menyampaikan bahwa seorang muslim harus memuliakan tetangganya. Aksi adu bising ini tentu jauh dari sikap memuliakan tetangga dan tamu. 
Sebagaimana disebutkan dalam hadits
 وَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِااللّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ  فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ،
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya (Riwayat bukhari dan muslim) di Kitab Arbain Nawawi hadits ke-15. Adab yang baik ini tentu tidak akan muncul dengan sikap egois menyetel musik dengan suara keras sehingga menghancurkan rumah tetangganya.
Lalu bagaimana dengan sound system berisi shalawat dan takbiran bercampur remix musik koplo yang biasa digunakan beberapa tahun terakhir ini? Tentu hal ini juga dipengaruhi oleh meleburnya nilai-nilai sekuler yang semakin mengkhawatirkan. 
Mencampuradukkan antara shalawat dan musik biduan tentu tidak jauh berbeda dengan mencampur adukkan yang benar dengan yang batil. Padahal Allah dengan jelas melarang dalam surat al-baqoroh ayat 42
 وَلَا تَلْبِسُوا۟ ٱلْحَقَّ بِٱلْبَٰطِلِ وَتَكْتُمُوا۟ ٱلْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan janganlah kalian mencampurkan yang haq dan yang batil, kalian menutupi kebenaran sedangkan kalian mengetahuinya.”
Masyarakat akan menganggap hal kecil ini sebagai suatu hal yang wajar dan kehilangan kemampuan untuk membedakan mana yang harus diikuti dan mana yang harus dihindari. 
Terlebih lagi musik hasil pencampuran shalawat dan dj remix itu dikumandangkan untuk mengundang para pendengarnya melakukan moshing sambil bercampur baur antara laki-laki dan perempuan baik yang masih muda belia sampai yang tua renta. 
Seharusnya, penggunaan teknologi canggih seperti sound system yang mampu menjangkau radius 7 kilometer itu dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lain seperti pidato pemimpin negara maupun sebagai alat pendukung untuk memperingati kapal asing di wilayah zona ekonomi laut negara. 
Adapun untuk kebutuhan hiburan, masyarakat harus lebih memperhatikan penggunaan sound system besar dan menggelegar itu. Dapat dikatakan bahwa penggunaannya  termasuk kedalam kategori overbudget dan mengundang bahaya baik secara fisik manusia maupun nilai diiniyyah di masyarakat. 
Rasul sendiri tidak melarang kaum muslimin menabuhkan alat musik ketika menghadiri acara pernikahan namun tetap memberikan batasan terkait penggunaan nya. Sebagaimana  Hadits Ar Rubayyi’ bintu Mu’awwidz Radhiallahu’anha:


جَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَخَلَ حِينَ بُنِيَ عَلَيَّ، فَجَلَسَ عَلَى فِرَاشِي كَمَجْلِسِكَ مِنِّي، فَجَعَلَتْ جُوَيْرِيَاتٌ لَنَا، يَضْرِبْنَ بِالدُّفِّ وَيَنْدُبْنَ مَنْ قُتِلَ مِنْ آبَائِي يَوْمَ بَدْرٍ

“Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam datang ketika acara pernikahanku. Maka beliau duduk di atas tempat tidurku seperti duduknya engkau (Khalid bin Dzakwaan) dariku. Datanglah beberapa anak perempuan yang memainkan duff sambil menyebut kebaikan-kebaikan orang-orang yang terbunuh dari nenek-moyangku pada waktu Perang Badr”(HR. Bukhari 5147).
.
Tentu kita tidak perlu menggunakan spesifikasi speaker untuk menabuh genderang perang ketika kita sedang menyambut hari raya ataupun menghadiri acara pernikahan. 
Sikap dari pihak berwajib yang sekarang ini tentu tidak bisa diharapkan karena mereka menjunjung tinggi sistem yang sekuler dan kapitalis. Mereka akan mengikuti pemegang kepentingan dengan modal paling banyak. Mereka bahkan tidak ragu mengatakan untuk mengecilkan speaker masjid tapi sekarang malah ikut-ikutan berjoget ria dengan music koplo yang menggelegar.
Tidak heran apabila orang-orang semacam ini menjadi sound system yang mengumandangkan ide ide sekuler dan menjadikannya bagian dari kehidupan masyarakat serta menghalangi kita dari pertolongan Allah.  
Fenomena budaya sekuler ini tidak akan berhenti tanpa adanya tindakan dari masyarakat yang sadar tentang kebobrokan pemikiran dan berusaha mengubahnya. Sudah menjadi tugas kita untuk mengajak mereka meninggalkan semua keburukan dan bahaya dari sistem yang liberal ini. Wallahu a’lam bishawwab.

Oleh: Luthfi Karim Amrullah
Ponpes Al Ihsan Baron Bogor
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :