Tinta Media - Anggota Ikatan Alumni Program Habibie, Prof Dr Fahmi Amhar menjelaskan tolak ukur sebuah ketakwaan dapat dilihat dari empat aspek.
"Ketakwaan itu bisa diukur dalam empat aspek yaitu tawadhu, qona'ah, wara', dan yakin," tuturnya saat menjadi pembicara Tarhib Ramadan 1444 H: Meraih Takwa di Segala Matra, Ahad (19/3/2023) di Batam.
Pertama, takwa itu harus dibuktikan dengan sikap tawadhu. Takwa itu tidak hanya cukup pada percaya saja, tapi juga dibuktikan dengan sikap tawadhu.
"Orang yang tawadhu, akan lebih berhati-hati terhadap pencitraan. Karena pencitraan, akan mengantarkan manusia pada perbuatan yang sia-sia, baik ia individu maupun sebagai penguasa," ujarnya.
Ia menegaskan bahwa sikap tawadhu itu harus terus meningkatkan amal perbuatannya agar mencapai derajat yang tinggi dan mulia.
"Untuk meraih tawadhu, setiap amalannya harus mampu ditingkatkan sehingga akan melejit kualitasnya. Tawadhu juga sebagai dasar pemersatu, sehingga setiap orang tidak akan membanggakan materi atau kedudukan, dapat melatih kesabaran, menjadi dasar kepribadian seorang pemimpin, sehingga ia menjadi insan yang takwa," bebernya.
Kedua, orang yang bertakwa harus qana'ah atau merasa cukup. "Qana'ah di saat mengkonsumsi menu berbuka, qana'ah menjadikan Al-Qur'an sebagai sumber hukum tertinggi bagi umat islam, serta apapun yang ditetapkan Allah Ta'ala pada dirinya, ia akan menerima dan merasa cukup terhadap pilihan hidupnya," ungkapnya.
Ketiga, orang yang bertakwa harus memiliki sifat wara' (berhati-hati). "Orang yang bertakwa juga harus memiliki sifat waro atau berhati-hati dalam ibadah, dalam bersikap dan dalam mengambil keputusan," terangnya.
Standar wara', menurutnya, adalah hukum syariat, butuh pembuktian dengan cara yang benar atau kausalitasnya, meliputi aspek ruhiyah dan sakhsiah, harus dalam kesatuan jama'ah untuk saling menguatkan. Oleh karenanya perlunya daulah untuk menjaga urusan agama. Adapun kehati-hatian itu dilakukan secara global.
Keempat, bahwa ketakwaan itu harus ada keyakinan secara totalitas. "Ketakwaan itu harus ada keyakinan secara totalitas yang didasarkan pada dalil syara' sebagai landasan," katanya.
Orang yang bertakwa, tuturnya, emosionalnya tetap terjaga dan tunduk pada syari'at, diiringi dengan kecerdasan intelektual, berupaya ikut menguatkan finansial dan rela mengeluarkan harta, dan istikomah dalam lingkup sosial dan jangka waktu yang panjang.
Ia menegaskan bahwa keempat aspek itu harus dimiliki oleh mereka yang menjadi penguasa agar meraih gelar takwa. "Keempat aspek itu harus dimiliki oleh seorang penguasa agar mencapai derajat takwa di segala matra," tegasnya.
Di dalam Al-Qur'an, katanya, banyak sekali muncul kata takwa. "Misalnya pada surat al Baqarah ayat 1, yang bermakna percaya kepada yang gaib, meliputi percaya Allah Ta'ala, percaya kepada malaikat, kepada Nabi dan Rasul, percaya pada hari kebangkitan, dan qada dan qadar," pungkasnya.[] Neni