Tinta Media - Angka pengangguran Kabupaten Bandung saat ini terbilang sangat tinggi, hingga jumlahnya mencapai 6,98 persen dari angkatan kerja. Kalau dijumlahkan mencapai 120.000 orang. Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung Rukmana membenarkan hal tersebut. Namun, jika dibandingkan dengan beberapa tahun silam, angka pengangguran di Kabupaten Bandung saat ini mengalami penurunan.
Rukmana mengatakan, pada 2020 lalu, angka pengangguran mencapai 8,32 persen. Yang menjadi penyebab tingginya angka pengangguran di Kabupaten Bandung adalah adanya wabah pandemi Covid-19. Dengan adanya wabah, ekonomi masyarakat kian terpuruk. Korban PHK melonjak secara drastis disebabkan banyak perusahaan gulung tikar. Para pelaku UMKM turut bangkrut.
Untuk kembali memulihkan perekonomian masyarakat, saat ini pemerintah terus mengupayakan untuk menekan angka pengangguran. Salah satunya dengan menggelar program Job Fair. Upaya ini telah dilakukan beberapa tahun silam dalam program bursa kerja di beberapa kecamatan di Kabupaten Bandung. Untuk awal tahun ini, pemerintah menggelar Job Fair di Kecamatan Katapang dengan kapasitas 300 lowongan tersedia. Tentunya dengan program tersebut, pemerintah berharap dapat menurunkan jumlah pengangguran yang ada di Kabupaten Bandung.
Sebagai masyarakat, tentunya kita sangat mengapresiasi dengan segala upaya yang dilakukan oleh pemerintahan dalam menekan angka pengangguran saat ini. Namun, permasalahan pengangguran ini sudah sejak lama terjadi, bahkan sebelum pandemi jumlah pengangguran sangatlah tinggi. Janji presiden untuk menyediakan 10 ribu lapangan kerja hanya sekadar wacana tanpa bukti yang nyata. Kalaupun ada peluang kerja, itu hanya untuk TKA. Sementara SDM yang ada dinilai tidak mempunyai keahlian. Begitupun dengan program kartu pra kerja, program ini gagal mengatasi pengangguran. Akibat dari janji-janji yang tak terealisasi dan kemampuan pemerintah yang tidak mumpuni ini, banyak dari masyarakat yang semakin jatuh ke dalam jurang kemiskinan.
Hal ini tak lepas dari sistem ekonomi kapitalisme yang diterapkan. Sistem kapitalisme yang berasaskan sekularisme telah gagal mewujudkan lapangan kerja yang luas bagi rakyat. Penguasa menempatkan diri sebagai regulator yang hanya cukup memberikan stimulus-stimulus, misalnya dengan adanya Job Fair ini.
Islam memiliki solusi tuntas untuk menyelesaikan masalah pengangguran. Pemimpin dalam sistem Islam memosisikan dirinya sebagai pengurus dan penanggung jawab terhadap urusan rakyat, sehingga jika ada permasalahan, segera akan dibenahi secara serius.
Begitu pun dengan masalah pengangguran. Jika permasalahan tersebut terjadi, pemimpin akan memberikan peluang kerja bagi rakyat, sebagaimana Rasulullah yang senantiasa berupaya memberikan peluang kerja bagi rakyatnya.
Suatu ketika Rasulullah memberikan dua dirham kepada seseorang, kemudian beliau bersabda, yang artinya:
“Makanlah dengan satu dirham, dan sisanya, belikanlah kapak, lalu gunakan kapak itu untuk bekerja!”
Maka, jika kita memaknai secara umum, seorang pemimpin negara akan mengatasi pengangguran dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan individu dan pendekatan sosial ekonomi.
Pendekatan Individu.
Melalui sistem pendidikan, negara dalam sistem Islam akan memberikan pemahaman kepada individu tentang wajibnya bekerja dan mulianya orang-orang yang bekerja di hadapan Allah Swt. Negara pun akan memberikan keterampilan dan modal bagi yang membutuhkan.
Pendekatan Sosial Ekonomi
Negara dalam sistem Islam akan menciptakan iklim yang merangsang untuk membuka usaha melalui birokrasi yang sederhana dan penghapusan pajak, serta melindungi industri dari persaingan yang tidak sehat.
Pemimpin dalam Islam tidak mewajibkan wanita untuk bekerja, karena fungsi utama wanita adalah sebagai ibu dan pengatur rumah (ummu wa rabbah al-bayt), sehingga tidak terjadi persaingan antara tenaga kerja wanita dan laki-laki.
Demikianlah kebijakan negara dalam sistem Islam dalam menyelesaikan persoalan pengangguran. Untuk mewujudkan solusi ini, butuh tegaknya institusi politik pemersatu umat, yakni Khilafah Islamiyah. Wallahu a’lam
Oleh: Tiktik Maysaroh
Ibu Rumah Tangga