Tinta Media - Peneliti Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng mempertanyakan penyebab pendapatan negara dari pos sumber daya alam yang menurun drastis.
“Kenapa penerimaan sumber daya alamnya merosot? Nah, itu kan jadi pertanyaan besar. Muncul dua pertanyaan, apakah sumber daya alam ini tidak membayar pajak atau tidak membagi hasilnya dengan benar? Atau sumber daya alam ini sudah membayar kan baik hasil sumber daya alam maupun pajaknya namun tidak sampai atau terjadi manipulasi, terjadi kongkalikong di bawah?” ujarnya pada live discussion: Gaji Petugas Dirjen Pajak Selangit Saat Hidup Masyarakat Menjerit; Bisakah Indonesia Bebas Pajak? di channel YouTube PAKTA, (27/2/23)
Ia sangat menyayangkan pendapatan sumber daya alam yang menurun sangat drastis sekali. “Jadi ya kalau pendapatan sumber daya alam itu mungkin cuma ya 60 70 triliun di dalam APBN kita itu, padahal ini keadaan ekonomi kita atau tumpuan ekonomi kita itu sebagian besar bertumpu pada sumber daya alam,” jelasnya.
Ia membeberkan fakta bahwa Indonesia termasuk yang paling besar di dalam seluruh ukuran produksi dan ekspor sumber daya alam.
“Misalnya, kita adalah nomor satu sebagai eksportir sawit terbesar di dunia. Kita nomor satu sekarang sebagai eksportir batu bara terbesar di dunia. Kita nomor satu di dalam urusan produksi timah terbesar di dunia. Kita nomor satu di dalam urusan produksi nikel terbesar di dunia. Kita eksportir gas alam cair terbesar di dunia,” ungkapnya berturut-turut.
Ia mengungkapkan bahwa Indonesia juga punya perusahaan perusahaan tambang emas yang terbesar di dunia, misalnya Freeport dan dulu ada Newmount.
“Dan perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan Migas, mineral, batubara, emas, dan lain sebagainya, itu adalah perusahaan-perusahaan yang paling sangat terkemuka di Asia dan tidak ada tandingannya,” pungkasnya.[] Wafi