Tinta Media - Kehadiran Timnas Israel di Piala Dunia U-20 2023 mendapat penolakan dari sejumlah pihak di Indonesia. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, kembali menegaskan kedatangan Israel U-20 tanggung jawab pemerintah. Timnas Israel U-20 merupakan peserta Piala Dunia U-20 2023 yang lolos dari zona Eropa. Keikutsertaan Israel menjadi pembicaraan hangat, mengingat Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan negara tersebut.
Alinea pertama Pembukaan UUD 1945 berbunyi, “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”
Dalam sejarah, Soekarno tolak segala bentuk hubungan dengan israel dengan tidak memperdulikan ucapan selamat kemerdekaan dari Israel dan tidak mengundang israel dalam KAA. Konferensi Asia Afria alias KAA diprakarsai oleh presiden Soekarno. Penyelenggaraan pertamanya dilaksanakan di Indonesia dengan mengundang berbagai negara di Asia dan Afrika. Beberapa negara seperti Burma (Myanmar), India, dan Srilanka berpendapat agar Israel juga diikutsertakan. Soekarno dengan tegas menolak saran itu.
Hal lain, bagi Soekarno, Palestina lebih penting daripada Indonesia lolos Piala Dunia. Akhirnya Tahun 1957, tim nasional Indonesia sebenarnya sudah lolos pertandingan tingkat Asia dan hanya perlu bertanding lawan Israel untuk bisa lolos ke Piala Dunia 1958 di Swedia., Namun tim nasional nggak berangkat dan melepaskan kesempatan untuk lolos ke Piala Dunia demi mendukung Palestina dan menentang penjajahan Israel
Soekarno juga tidak memberikan visa untuk atlet kontingen Israel dan Taiwan ketika Indonesia jadi tuan rumah Asian Games IV tahun 1962. Keputusan tidak memberikan visa pada Atlet Israel ini jelas membuat Komite Olimpiade Internasional (IOC) berang, Soekarno memerintahkan Indonesia keluar dari Komite Olimpiade Internasional, Hal ini dilakukannya sebagai tanda kebesaran bangsa yang nggak bergantung dengan kekuatan dunia.
‘Dan untuk Israel selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menentang penjajahan Israel," kata Bagus mengikuti pidato Bung Karno dalam diskusi bertajuk Membaca Masa Depan Palestina secara virtual, Sabtu (22/5/2021).
Sementara dinamika yang terjadi saai ini terkait kedatangan Timnas Israel U-20 beserta para suporternya untuk tampil di Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia pada 20 Mei-11 Juni 2023 mendapat banyak penolakan. Beberapa di antaranya adalah BDS Indonesia, MER-C, Aqsa Working Group (AWG), Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI) dan lain-lain.
Merespons hal tersebut, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sudarnoto Abdul Hakim meminta pemerintah bersikap tegas tak membuka diri dengan Israel didasarkan oleh konstitusi. Menurutnya, hal itu harus dipertahankan sepanjang Israel masih menjajah bangsa Palestina. Jangan ada celah sedikitpun dengan alasan apa pun untuk mengkhianati amanat Pembukaan UUD 1945 dan merusak komitmen Presiden sehingga membuka ruang bagi Israel untuk masuk ke Indonesia melalui jalur apa pun, termasuk jalur Piala Dunia Sepak Bola U-20.
Selain MUI, PKS melalui politikusnya senior yang akrab disapa MTZ ini menegaskan sikap fraksinya ini sejalan dengan seruan yang diberikan Dewan Pimpinan Pusat. Dia membeberkan alasannya karena Israel ini tak terlepas dari rentetan aksi keji yang kerap dilakukan negara itu terhadap bangsa Palestina. Penerimaan kedatangan timnas Israel juga dinilai akan melukai banyak bangsa Indonesia.
Ismail Yusanto dalam sebuah acara online menegaskan bahwa jika mau konsisten dengan konstitusi, maka wajib Indonesia menolak kedatangan timnas U20 Israel, apalagi jika pertimbangannya adalah agama Islam. Jadi sebenarnya terserah Indonesia, apakah mau konsisten atau inkonsistensi dengan konstitusinya sendiri. Jika Indonesia berkokok, maka akan disebut sebagai ayam, jika mengaum, maka akan disebut sebagai harimau.
Dalam Islam, kedatangan tamu itu bisa juga tidak diterima, bahkan jika ketuk pintu sampai tiga kali belum dibukakan pintunya, maka sebaiknya pulang kembali. Terlebih jika tamunya adalah orang yang jahat, tentu saja menolak kedatanganya adalah suatu yang masuk akal. Nah bagaimana jika tamu yang akan datang ke negeri ini adalah negara penjajah yang telah membunuh umat Islam di Palestina? Tergantung, apakah negeri ini sebagai ayam atau harimau?
Oleh: Dr. Ahmad Sastra
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa
(Ahmad Sastra, Kota Hujan,12/03/23 : 23.11 WIB)