Tinta Media - Miris dan tragis, melihat potret generasi zaman now. Berlomba membuat konten, hanya mengejar viral, untuk mendapat banyak cuan maupun sanjungan. Bahkan tidak peduli hujatan dan cibiran, kala konten tidak berakhlak dan menyulut bahaya.
Kasus tewasnya seorang gadis Bogor (W, 21 tahun) karena konten percobaan gantung diri, sungguh memprihatinkan. Demi keinginan viral, konten bahaya pun dilakukan. Bermaksud pura-pura, namun malang, ajal menjemput saat meja yang dibuat pijakan terpeleset. Akibatnya tali ikat yang dikalungin, benar-benar menjerat lehernya. Amat memilukan peristiwa naas ini disaksikan oleh teman-temannya secara langsung.
Sungguh, tidak habis pikir tindakan nekat ini dilakukan hanya demi meraih viral. Menurut mereka, seseorang akan diakui hebat, jika mampu beraksi viral dan terkenal. Memang juga terkenal, namun ajal yang ditemui, melupakan segala kehebatan dan keinginan.
Generasi Salah Kaprah
Potret generasi muda yang tidak mempunyai kejelasan tujuan hidup, membuat mereka terlena dengan masa mudanya. Banyak aktifitas yang dilakukan hanya berdasar keinginan semata. Ambisi dan emosinya tercurahkan untuk meraih kesenangan sesaat. Senang ketika uang berlimpah, atau derasnya pujian dan popularitas yang mengalir bak selebriti. Walhasil, berlombalah mereka memetik kenikmatan duniawi yang berdasar materi.
Hal ini tidak terlepas dari penerapan sistem kapitalisme, yang memiliki standar hidup adanya materi atau manfaat belaka. Adanya pemisahan agama dari kehidupan menjadi asasnya. Sehingga tujuan tertinggi dari hidup, adalah mendapatkan materi/manfaatnya tanpa peduli aturan agama. Keinginan menumpuk sebanyak-banyaknya materi baik berupa harta, jabatan maupun popularitas dianggap akan membawa kebahagiaan hidup dunia.
Mereka menganggap puncak bahagia dengan mendapatkan manfaat dari materi yang diraih. Anggapan uang mampu membeli dunia, saat ini 'uang yang berbicara' menjadi penguat/motivasi tuk mengejarnya. Terlebih adanya pembiusan dengan ragam racun 4 F (Food, Fashion, Fun, Film) yang dikemas dengan cantik. Banyak manusia, baik tua maupun muda, tidak berdaya menghadapi suguhan manis darinya. Hidup untuk makan yang enak dan sepuasnya, pakaian pun harus dengan outfit bermerk. Semakin nilainya mahal, penghargaan atau decak kagum akan tertuju pada pemakainya. Ditambah gaya hidup yang ditampilkan dalam film-film yang mengutamakan kebebasan dalam berbuat, bersuara, meyakini agama, dan kepemilikan seakan menjadi tuntunan kehidupan.
Adanya kesenangan yang bersifat jasmani inilah yang mendorong kaum muda salah arah menentukan tujuan hidup. Bergelimang harta dan kepuasan hati menjadi tujuan utama.
Berbagai cara dilakukan, tidak peduli berbenturan dengan agama maupun keluhuran akal manusia. Dunia digital yang melesat semenjak pandemi, membuat kaum muda berduyun-duyun meramaikan untuk menunjukkan eksistensi diri. Bermunculanlah konten-konten untuk menarik pengikut dan pemirsa. Hingga banyak diantara mereka terjebak membuat konten yang unfaedah dan receh, seperti mempertontonkan aksi nekat, gantung diri, menghadang truk, pura-pura mencuri, menghina agama dengan dalih bercanda.
Perbaikan Pandangan Kehidupan
Suatu pandangan kehidupan akan menjadi penentu tujuan hidup seorang manusia. Apabila pandangan kehidupan yang dipilih salah, maka perjalanan hidupnya pun menjadi salah. Sebaliknya jika benar pandangan hidup yang dipakai, akan lurus kehidupannya.
Islam adalah agama sekaligus pandangan hidup yang benar bagi manusia. Adanya aturan yang sempurna dan lengkap dari Sang Pencipta, Allah SWT. telah menggariskan bahwa tujuan hidup manusia, adalah untuk mendapat rida-Nya. Standar halal-haram menjadi pedoman perbuatan/amal baik yang sederhana maupun tingkat istimewa. Agar tercapai kebahagiaan hakiki menuju jannah-Nya. Sehingga walaupun usia muda, tetaplah berpijak pada standar Islam dalam menjalani hidup dan meraih bahagia. Seyogianya, generasi muda membuat konten yang berfaedah, mencerahkan pemahaman Islam bagi umat. Hingga terwujud Islam rahmat bagi seluruh alam.
Wallahu 'alam bishawwab
Oleh: Nita Savitri
Aktivis Muslimah, Pemerhati Generasi