Konten demi Eksistensi, Wujud Rendahnya Taraf Pikir Generasi - Tinta Media

Minggu, 12 Maret 2023

Konten demi Eksistensi, Wujud Rendahnya Taraf Pikir Generasi

Tinta Media - Saat ini eksistensi diri menjadi suatu hal yang diprioritaskan. Dengan semakin berkembang dan majunya media, membuat hal tersebut menjadi lebih mudah dilakukan. Maka jadilah unjuk eksistensi dengan berbagai macam konten yang diperagakan. Dimulai dari berlagak kaya, sampai cara yang membahayakan jiwa.

Perilaku seperti ini, banyak dilakukan oleh remaja dan generasi muda jaman sekarang. Beberapa waktu yang lalu, ada seorang remaja yang tewas tertabrak disebabkan nekat menghadang truk hanya karena demi membuat konten di media sosial. Juga termasuk yang baru-baru terjadi, seorang perempuan yang meninggal dunia karena terlilit kain yang digunakannya untuk membuat konten gantung diri. Nahas, nyawanya tidak dapat tertolong ia terpeleset sampai terjatuh.

Sungguh miris, hanya demi mengejar eksistensi, sampai adegan berbahaya pun dilakukan. Dengan berharap kontennya bisa viral, membuat konten untuk mengejar tarif, nyawa pun kini dipertaruhkan. Apa yang terjadi pada generasi saat ini?

Taraf Pikir Rendah

Saat ini di media sosial banyak bermunculan konten-konten “Sampah” yang dinilai sia-sia. Budaya seperti ini menunjukkan ada yang salah dalam kehidupan. Budaya yang memunculkan  perilaku rendah, dan pastinya datang dari taraf berpikir yang rendah pula. Dan ini tentulah hasil dari sistem kehidupan yang diyakini masyarakat dalam seluruh aspeknya.

Kehidupan dalam sistem kapitalisme sekuler saat ini, mengajarkan supaya manusia hidup sesuai dengan sekehendak hatinya. Sekulerisme membawa akidah yang telah mengubah taraf berpikir pada manusia. Dari keterikatan terhadap aturan yang datangnya dari Allah Swt, menjadi tunduk terhadap hawa nafsu dengan memperturutkan perilaku atas nama kebebasan.

Ideologi yang ada dalam kapitalisme mengalihkan tujuan hidup manusia yang mulanya taat aturan, dan beribadah kepada Allah Swt, kini serba menjadi materialistik. Semata-mata hanya mencari kebahagiaan materi sebanyak-banyaknya, tanpa mempedulikan aturan agama sebagai pedoman hidup yang sesungguhnya.

Pemikiran sekuler inilah yang banyak menjangkiti para generasi mudanya. Dengan melahirkan budaya liberal, kesenangan sebagai tujuan dalam kehidupan (hedonis), dan mencari kemanfaatan hidup sebagai definisi manusia semata.

Negara Gagal Mencerdaskan Generasi

Sungguh menjadi kerugian besar, karena generasi itu merupakan aset negara yang paling berharga. Oleh sebab itu, pemikiran generasi harus bersih, suci dari sistem sekuler yang merusak. Produktivitas mereka haruslah berisi kebermanfaatan, dan kebaikan bagi umat manusia. Jiwa muda mereka harus diberdayakan membangun peradaban yang mulia. Bukan sebaliknya, teperdaya dengan segala sesuatu yang melalaikan dari tujuan penciptaan manusia, dengan dipengaruhi oleh sistem kebebasan yang diadobsi negara saat ini.

Negara tidak hadir dalam melakukan peran strategisnya. Yang justru kini menjadi pengukuh ideologi kapitalisme sekuler, yang secara terus-menerus menjadikan potensi kaum muda, serta membiarkan gaya hidup sekuler liberal  membudaya dan merusak kehidupan generasi.

Sudah jelas, sistem yang diadopsi negara saat ini gagal menunjukkan kemuliaan manusia melalui ketinggian dari taraf berpikirnya. Negara juga gagal melahirkan sosok individu yang berilmu tinggi. Jika diketahui aturan sistem kufur yang diterapkan di negeri ini gagal, kenapa masih terus dipertahankan. Beralihlah pada sistem yang memuliakan generasi yaitu sistem aturan yang ada dalam Islam. []

Oleh: Mariyam Sundari 

Praktisi Komunikasi Penyiaran

 

 

 

 

 

 

 

 

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :