Pertama, Ketidaksetaraan Ekonomi: Kapitalisme dapat memperburuk ketidaksetaraan ekonomi karena kepemilikan sumber daya dan kekayaan terpusat pada sekelompok kecil orang kaya dan berkuasa, sementara mayoritas orang hidup dalam kemiskinan.
Kedua, Krisis Ekonomi: Kapitalisme dapat mengalami krisis ekonomi secara periodik karena sifat yang tidak stabil dari pasar saham dan perbankan. Krisis ekonomi dapat mengakibatkan kebangkrutan, pengangguran, dan penurunan standar hidup bagi banyak orang.
Ketiga, Dampak Lingkungan: Kapitalisme cenderung memprioritaskan keuntungan daripada lingkungan. Perusahaan sering kali mengabaikan atau menunda upaya untuk mengurangi dampak negatif pada lingkungan karena biaya yang tinggi dan upaya itu mengganggu keuntungan.
Keempat, Tidak Memperhatikan Kebutuhan Sosial: Kapitalisme cenderung tidak memperhatikan kebutuhan sosial yang mendasar seperti akses terhadap perawatan kesehatan, pendidikan, dan perumahan yang layak, jika hal itu tidak menguntungkan secara finansial.
Kelima, Monopoli: Kapitalisme dapat memungkinkan terbentuknya monopoli dan oligopoli, di mana beberapa perusahaan mendominasi pasar dan menghambat persaingan. Hal ini dapat mengakibatkan harga yang lebih tinggi dan kualitas yang buruk bagi konsumen.
Kekuasaan yang ditopang oleh ideologi kapitalis seperti kekuasaan fir’aun zaman dahulu. Fir'aun adalah gelar yang diberikan kepada raja-raja Mesir Kuno pada zaman purba, yang berkuasa selama berabad-abad. Fir'aun dianggap sebagai sosok yang sangat berkuasa dan dihormati, dengan otoritas yang meliputi seluruh Mesir Kuno. Kata "Fir'aun" berasal dari bahasa Arab, yang berarti "pemimpin besar" atau "raja".
Fir'aun Mesir Kuno diyakini sebagai pemimpin yang memiliki kekuasaan absolut, dan diyakini sebagai dewa atau penjelmaan dewa di dunia. Mereka memerintah dengan menggunakan kekuatan militer dan pemerintahan birokratis, dan membangun infrastruktur besar seperti piramida, kuil, dan bendungan untuk mengelola sumber daya dan perekonomian.
Kisah Fir'aun dalam Al-Qur'an mengisahkan tentang konflik antara Fir'aun dan nabi Musa a.s. Fir'aun adalah penguasa Mesir pada saat itu, yang sangat sombong dan arogan, menganggap dirinya sebagai dewa dan menindas orang-orang Israel yang menjadi budak di Mesir. Nabi Musa a.s. diutus oleh Allah SWT untuk menyelamatkan umatnya dari penindasan dan membawa mereka keluar dari Mesir.
Dalam kisah Fir'aun dalam Al-Qur'an, Allah SWT menunjukkan kekuasaan-Nya dan memperlihatkan tanda-tanda keajaiban melalui nabi Musa a.s. dengan melakukan mukjizat, seperti mengubah tongkatnya menjadi ular, membelah laut, dan menimbulkan bencana alam yang dahsyat. Namun, Fir'aun dan pengikutnya tetap mengabaikan seruan Allah dan menentang nabi Musa a.s., bahkan memperburuk keadaan dengan menindas orang-orang Israel.
Akhirnya, Allah SWT menenggelamkan Fir'aun dan pasukannya ketika mereka mencoba mengejar nabi Musa a.s. dan orang-orang Israel yang melintasi Laut Merah yang telah dibelah. Fir'aun dan pengikutnya dihukum oleh Allah SWT karena mereka telah menolak kebenaran, menindas orang-orang yang lemah, dan bersikap sombong.
Kapitalisme dengan demikian hanya akan melahirkan fir’aun-fir’aun dan qorun-qorun di seluruh dunia. Sementara rakyat akan semakin hidup sengsara, miskin, kelaparan, kemunduran dan berbagai persoalan sosial lainnya. Sementara para oligarki semakin kaya raya.
Qarun (dalam bahasa Arab disebut Qarun) adalah seorang tokoh yang disebutkan dalam Al-Quran. Dia disebutkan sebagai seseorang yang sangat kaya dan memiliki kekuasaan serta kebanggaan yang besar. Qarun diceritakan sebagai seorang yang sombong dan angkuh, yang menganggap kekayaan dan kekuasaannya sebagai hasil dari usahanya sendiri, tanpa mengakui peran Allah dalam memberikannya.
Dalam kisahnya, Allah SWT menunjukkan kekuasaan-Nya dengan menghancurkan Qarun beserta kekayaannya dan memperingatkan manusia agar tidak sombong dan mengakui peran Allah dalam segala aspek kehidupan. Qarun diperingatkan oleh nabi Musa a.s. agar tidak sombong dan bersyukur atas karunia Allah, namun dia tetap bersikeras pada pendiriannya yang sombong dan akhirnya Allah SWT menghukumnya.
Dalam Islam, peredaran harta hanya kepada golongan kecil atau oligarki qorunisme dilarang karena bertentangan dengan prinsip-prinsip keadilan sosial dan persamaan dalam berbagi harta. Islam menekankan pentingnya membagi kekayaan dengan adil, sehingga semua anggota masyarakat merasakan manfaatnya.
Salah satu prinsip ekonomi Islam yang penting adalah zakat, yaitu kewajiban memberikan sebagian dari harta kepada mereka yang membutuhkan, seperti fakir miskin, janda, dan yatim piatu. Zakat merupakan salah satu pilar Islam, dan merupakan salah satu cara untuk mengurangi ketimpangan sosial dan ekonomi.
Selain zakat, Islam juga menganjurkan memberikan sedekah, infaq, dan shadaqah, yaitu memberikan sebagian dari harta secara sukarela kepada yang membutuhkan, tanpa mengharapkan imbalan atau keuntungan apapun. Dalam Islam, peredaran harta dianggap sebagai sarana untuk mencapai kebaikan dan kemaslahatan bersama, bukan sekadar untuk memperkaya diri sendiri atau kelompok tertentu saja.
Oleh karena itu, peredaran harta hanya kepada golongan kecil atau oligarki dilarang dalam Islam. Semua anggota masyarakat, baik kaya maupun miskin, memiliki hak yang sama dalam memperoleh kekayaan dan keadilan sosial harus diwujudkan. Islam menekankan pentingnya membangun masyarakat yang adil, sejahtera, dan bersatu dalam kebaikan.
Karena itu, umat Islam seluruh dunia saatnya bersatu menolak sistem demokrasi kapitalisme, sekuler dan liberal. Umat Islam wajib membuang sistem kufur ini ke tong sampah peradaban. Saatnya umat Islam bersatu padu membangun negara adi daya yang akan menggulung semua sistem batil.
Oleh: Dr. Ahmad Sastra
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa
(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 05/03/23 : 20.56 Wib)