Indahnya Hidup di Bawah Petunjuk - Tinta Media

Minggu, 26 Maret 2023

Indahnya Hidup di Bawah Petunjuk

Tinta Media - Ramadan bulan mulia karena di dalamnya terdapat banyak sekali keutamaan, terlebih karena Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup turun pada bulan berkah ini. 

Allah Swt. berfirman yang memiliki arti,

"Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)." (QS. Al-Baqarah: 185).

Seorang muslim sudah selayaknya menjadikan Al-Qur’an sebagai landasan dan kepemimpinan berpikir serta bersikapnya. Hal tersebut telah dicontohnya oleh Rasulullah saw. dalam seluruh aspek kehidupan, mulai bangun tidur hingga membangun negara. Tidak perlu ada teladan lain semisal Socrates, Plato, dan yang lainnya. Bisa dipastikan bahwa seorang hamba yang mengambil contoh bukan dari petunjuk  kehidupannya akan celaka, ibarat kereta api yang keluar dari relnya.

Mengambil teladan harus total dalam seluruh aspek kehidupan, baik dalam ranah ibadah maupun mu’amalah, tidak boleh mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian, karena hal tersebut justru dikecam sebagai orang yang ingkar.

Ibarat sebuah bangunan, akan berdiri kokoh serta megah dan kuat ketika pondasi yang menopangnya kokoh, maka tiang dan gentingnya juga akan berdiri kokoh. Artinya, ketika lman menancap kuat, maka akan melahirkan kepatuhan total yang sempurna. Dari situlah kemuliaan lslam dan kaum muslimin terlihat, hingga rahmat akan menyebar di sekitarnya. 

Sebagai individu, ia menunjukkan akhlak yang baik serta berani menyampaikan yang hak dan mencegah kebatilan, serta sabar menanggung risiko di dalamnya. Masyarakat pun terbiasa dengan saling menasihati untuk menjaga agar yang lain tidak terjatuh dalam kebinasaan. Sementara, penguasa melaksanakan fungsinya dengan baik, yaitu mengurusi keperluan urusan dasar masyarakat sekaligus melindunginya dari bahaya yang mengancam kehormatan, akal, harta, agama, keamanan, negara, dan jiwanya.

Sungguh, kehidupan akan berjalan dengan tenang dan berkah tatkala petunjuk/Qur’an diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Manusia, baik muslim maupun non-muslim bisa hidup sejahtera serta mendapat perlakuan yang sama dalam keadilan, kesehatan, serta pelayan umum yang lainnya. Hal tersebut pernah terjadi dalam sejarah panjang penerapan lslam.

Jiwa manusia akan terjaga dari bahaya apa pun. Nyawa manusia sangat dilindungi sehingga pembunuhan yang tidak hak, sanksinya adalah balik dibunuh. Jika ahli waris memaafkan, maka dikenakan kafarat sebesar 100 ekor unta dan yang 40 di antaranya sedang bunting. (Nidzam al-Uqubat, Al-Maliki, Abdurrahman hal 140).

Demikian berharga nyawa dalam lslam hingga sanksinya tidak main-main, membuat manusia akan berpikir ratusan kali ketika hendak melakukan pembunuhan. Bahkan, dilarang membunuh non-muslim yang mau tunduk pada aturan lslam. Pesan Nabi saw. jika membunuhnya, maka akan berperkara dengan beliau saw. kelak di akhirat.

Kisah mashur yang lain adalah ketika Umar bin Khathab menjadi Amirul Mu’minin. Beliau memberlakukan non-muslim dengan keadilan yang sama. Tatkala Amr bin Al-Ash hendak menggusur rumah kakek tua Yahudi untuk pembangunan masjid, si kakek keberatan serta mengadukan kepada Umar. Sebagai pemimpin tertinggi, Umar pun tidak memaksanya.

Ada lagi kisah Ali bin Abi Thalib yang kalah berperkara dengan Yahudi, tatkala baju besinya dicuri. Namun, di depan pengadilan Ali tidak bisa membuktikan bahwa baju besi itu adalah miliknya. Hakim memenangkan Yahudi, sekalipun Ali waktu itu sebagai kepala negara. Namun, tidak mesti ia harus menang. Hukum diberlakukan sama di hadapan semua rakyat. Keadilan merata buat semua, keadilan yang yang tidak ada bandingannya hingga hari ini.

Spanyol pun pernah merasakan indahnya hidup dalam naungan lslam selama 700 tahun. Tiga agama, yaitu lslam, Yahudi, dan Nasrani pernah hidup rukun berdampingan. Penguasa yang menerapkan lslam menjamin hak semua warga negara tanpa memandang ras, suku maupun agama. Sehingga, rakyat spanyol sendiri yang membantu Thariq bin Ziyad untuk melawan raja Roderick yang lalim, padahal Roderick adalah pemimpin mereka.

Islam pertama kali masuk ke Spanyol ketika negara tersebut diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. 

Begitulah gambaran indahnya hidup tatkala petunjuk diterapkan dalam sebuah tatanan bernegara. Penguasa amanah menjalankan kepimpinannya. Kebijakannya tak menyusahkan dan tak ada yang terzalimi. Kebaikan tersebar dan dirasakan semua manusia. Sebaliknya, tatkala manusia meninggalkan petunjuk dengan menerapkan sistem kapitalisme, hidup jadi sempit dan sengsara seperti saat ini. (QS Taha 124).
Allahu a’lam

Oleh: Umi Hanifah 
Sahabat Tinta Media
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :