Tinta Media - Pengasuh Majelis Baitul Qur'an Tapin Guru H. Luthfi Hidayat mengatakan bahwa tauhid, pondasi dalam beragama.
"Surah Al Baqarah ayat ke-163 yang akan sama-sama kita resapi hari ini, ayat yang mulia ini menjelaskan perkara pondasi dalam beragama yakni mengesakan Allah Subhanahu wa Ta'ala, tauhid dan benar-benar memurnikan tauhid," tuturnya dalam Kajian Jum'at bersama Al-Qur'an: Hakikat Kalimat Tauhid, Jum'at (3/3/2023) di kanal YouTube Majelis Baitul Qur'an.
Ia menuturkan bahwa Imam al Qurthubi dalam tafsirnya Al Jami' li Ahkami Qur'an menjelaskan bahwa setelah pada ayat sebelumnya, Allah Subhanahu wa Ta'ala memperingatkan untuk tidak menyembunyikan kebenaran, lalu pada ayat ini Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan hal pertama yang wajib diberitahukan dan dilarang untuk disembunyikan, tidak lain mengenai perkara tauhid.
Ia menjelaskan bahwa hal tersebut dapat dilakukan dengan mengingat semua bukti-bukti ketuhanan, meyakininya, dan merenungi keajaiban seluruh makhluk ciptaan-Nya. "Tujuannya, adalah agar kita semua dapat mengetahui bahwa, Pencipta semua ini tidak mungkin diserupai oleh siapapun dan apapun yang ada di alam semesta," ujarnya.
Ia melanjutkan bahwa Imam al Qurthubi juga menjelaskan asbabun nuzul dari ayat ini. Bahwa Ibnu Abbas pernah meriwayatkan: suatu hari kaum kafir Quraisy berkata: "Wahai Muhammad, sebutkan Tuhanmu kepada kami." (Maka Allah menurunkan Surat Al Ikhlas dan ayat ini). Pada saat itu mereka memiliki sekitar tiga ratus enam puluh berhala. Allah SWT menerangkan keEsaan-Nya.
Firman Allah SWT:
"Dan Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa.”
Ia menambahkan bahwa Imam Muhammad Ali Ash Shabuni menjelaskan:
Artinya, Tuhan kalian yang berhak disembah adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, baik dalam Dzat, sifat, maupun perbuatan-Nya. "Secara Ilmu Balaghah beliau menjelaskan:
Ungkapan ini bernada khabar (informasi), bukan berupa afirmasi (peneguhan), diturunkan bagi orang yang ingkar, menempati orang yang tidak mengingkari," jelasnya
'Sebab di depan mereka terdapat bukti nyata dan dalil yang kuat, jika seandainya mereka bersedia merenungkannya, niscaya mereka akan meyakininya.
Tidak ada Tuhan melainkan Dia," bebernya.
Kemudian, lanjutnya, Imam Al Qurthubi menjelaskan: Firman Allah ini; ada peniadaan dan ada penetapan. Kalimat pertama adalah kekufuran dan kalimat kedua adalah keimanan. Makna firman ini sendiri adalah, tidak ada yang harus disembah melainkan Allah SWT. Kemudian kalimat berikutnya..Tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maba Penyayang. "Imam Ali Ash Shabuni menjelaskan: Tiada Dzat yang layak disembah kecuali Allah SWT, pemilik kenikmatan dan sumber kebaikan," tambahnya.
Imam Al Qurthubi menambahkan penjelasan kebaikan kalimat tauhid ini bahwa
Allah Subhanahu wa Ta'ala menjanjikan ganjaran yang melimpah bagi orang yang mengucapkannya, yaitu yang disampaikan melalui lisan nabi-Nya Muhammad SAW. Beliau bersabda: "Barangsiapa yang akhir ucapannya (pada saat meregang nyawa) adalah kalimat 'laa ilaaha illallah' maka ia pasti masuk surga." (HR. Muslim).
"Maksudnya adalah ucapan disertai keyakinan hati, bukan hanya ucapan lisan saja. Dengan demikian, jika seseorang mengucapkan 'laa ilaaha ' lalu wafat, hati dan keyakinannya tetap berkomit pada tauhid dan segala sifat yang dimiliki oleh Tuhan, maka ia termasuk ahli surga. Hal disepakati oleh seluruh ulama Ahlus sunnah," paparnya.
"Demikianlah yang bisa kita fahami dari surah Al Baqarah ayat 163. Allah lah satu-satunya Dzat yang wajib kita sembah, Allah lah satu-satunya Dzat yang wajib diibadahi dan diagungkan," pungkasnya.[] Ajira