Even Sepakbola Menghadang, Luka Palestina Kian Menganga - Tinta Media

Rabu, 22 Maret 2023

Even Sepakbola Menghadang, Luka Palestina Kian Menganga

Tinta Media - Ajang kompetisi sepakbola U-20, yang akan diselenggarakan di Indonesia pada 20 Mei hingga 11 Juni 2023 menuai kontroversi. Hal ini berkaitan dengan pro kontra kedatangan tim Israel ke Indonesia yang juga akan ikut bertanding dalam perhelatan tersebut. 

Beragam pandangan menanggapi ajang tersebut. Ketua Majelis Ulama Indonesia, Sudarnoto Abdul Hakim, menegaskan bahwa semua ormas Islam di Indonesia menolak kehadiran timnas Israel U20 untuk berlaga di Indonesia (cnnindonesia.com, 18/3/2023). 

Sudarnoto menyebutkan setidaknya ada empat alasan penolakan kedatangan timnas Israel. 

Pertama, hal tersebut bertentangan dengan konstitusi yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Israel adalah zionis penjahat dan penjajah, tak layak dibukakan pintu di tanah Indonesia. Hal ini karena Indonesia sangat menentang penjajahan, apa pun itu bentuknya. 

Kedua, Indonesia tak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel dan tak akan pernah membuka pintu diplomatik selama Palestina masih dijajah. 

Ketiga, alasan solidaritas. Ormas Islam dan MUI akan semakin memperkuat solidaritas kepada rakyat dan bangsa Palestina yang selama ini menjadi korban agresi, aneksasi, genosida, dan politik kejam Israel. 

Keempat, persatuan dan kesatuan bangsa harus dirawat. Senantiasa harus diperkuat dan dilindungi dari ancaman distintegrasi yang diakibatkan oleh adanya kontroversi akibat masalah seputar timnas Israel. 

Cendekiawan Muslim, Ustadz Muhammad Ismail Yusanto mengungkapkan, semestinya Indonesia bisa lebih kuat memegang konstitusi dibandingkan hanya sekadar even.  Pernyataan tersebut diungkapkan dalam Kanal Youtube UIY Official, Focus to The Point, Wajib Bersikap Tegas terhadap Yahudi Israel (mediaumat.id, 11/3/2023). 

Sebetulnya pemerintah telah memberikan larangan terhadap pengibaran bendera Israel di Indonesia saat ajang tersebut digelar. Namun, semua itu belum cukup dianggap sebagai suatu penolakan dan tak benar saat dikatakan ajang ini sama sekali tak berhubungan dengan politik Indonesia. Semestinya Indonesia memiliki sikap tegas atas perhelatan tersebut. Seharusnya Indonesia dapat menentukan sikap sejak awal ditetapkan menjadi tuan rumah. 

Sikap Indonesia terhadap even tersebut dapat dikatakan sebagai sikap yang inkonsisten. Selama ini, Indonesia senantiasa mengobarkan semangat pembelaan pada tanah dan rakyat Palestina. Namun, kini keputusannya berbeda. Indonesia mulai membuka pintu sosial bagi Israel. Hal ini dianggap angin segar bagi negara zionist tersebut. 

Tentu saja semua ini akan menciptakan suasana politik Indonesia terhadap pembelaan Palestina semakin memburuk, baik di mata rakyat Indonesia yang notabene mayoritas muslim, ataupun masyarakat dunia secara umum. 

Betapa buruknya segala keputusan yang tak memiliki standar hukum jelas. Semua ditetapkan berdasarkan alasan kepentingan segelintir pihak, tanpa mempertimbangkan keselamatan nyawa saudara se-akidah. 

Segala keputusan yang dibuat negeri ini terkait keputusan perizinan timnas Israel menjadikan rakyat membuka mata, tersadar, di posisi manakah negeri ini berada. 

Miris, hanya demi even, tegakah kita menggadaikan darah saudara ukhuwah kita? Ironis, Indonesia, negeri dengan mayoritas kaum muslimin, seharusnya dapat berpijak pada sandaran yang benar dalam menentukan keputusan. Segala keputusan yang diambil Indonesia, tentu saja membuat luka rakyat Palestina makin menganga. 

Nation state (sekat nasionalisme) yang kini terbentuk dan terus diterapkan, semakin memperburuk keadaan dunia. Indonesia semakin lemah dan tak jelas dalam menyoroti masalah. Segala fakta yang terjadi sebagai akibat dari hilangnya junnah (perisai), yaitu Khilafah, perisai umat yang seharusnya dapat menjadi senjata untuk membela saudara seiman kita. Adanya nasionalisme menjadikan kekuatan kaum muslimin hanya bagai buih di lautan. Banyak jumlahnya, tetapi tak berdaya, memprihatinkan. 

Selayaknya, sebagai kaum muslimin, kita harus bersikap tegas terhadap musuh. Kita tak layak menjadi jiwa lemah yang tunduk dan bermanis muka, apalagi menjamunya dengan istimewa. 

Wallahu a'lam bisshawwab.

Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :