Buruknya Tingkah Generasi, Refleksi Salah Asuh Sistem Destruksi - Tinta Media

Sabtu, 04 Maret 2023

Buruknya Tingkah Generasi, Refleksi Salah Asuh Sistem Destruksi

Tinta Media - Marah atau emosional adalah salah satu sikap yang lumrah dimiliki manusia. Namun, apa jadinya jika amarah ini tak dikelola dengan cerdas? Hancur leburlah akal manusia karena mengikuti hawa nafsu amarah yang tak terbendung. Erupting emotions, sikap marah yang terlalu meledak-ledak bak gunung meletus. Inilah yang belakangan banyak dibicarakan, terkait berbagai bentuk penganiayaan dan kekerasan yang kabarnya semakin sering terdengar. Miris sekaligus memprihatinkan kondisi psikologis generasi hari ini. 

Contohnya, kasus penganiayaan anak pejabat Direktorat Pajak. Tersangka MD (20 tahun) melakukan penganiayaan karena kekasihnya, AGH (15 tahun) mengadu tentang sikap D (putra petinggi GP Anshor) yang asusila terhadapnya. Amarah MD pun memuncak dan akhirnya dilampiaskan secara brutal kepada korban hingga korban mengalami koma selama 5 hari (tribunnews.com, 27/2/2023). Akibatnya, tersangka di-drop out dari kampusnya. Begitu pun, AGH, yang juga dikeluarkan dari sekolahnya. Tersangka pun dijerat ancaman maksimal 15 tahun penjara. Tak hanya itu, sang ayah yang notabene pejabat pajak pun ikut terseret. Orang tua MD, dicopot dari jabatannya dan akan diagendakan pengauditan seluruh harta kekayaan yang melimpah ruah dengan barang-barang mewah. 

Selain penganiayaan dan kekerasan, beragam fakta memprihatinkan pun banyak menyapa generasi, seperti tawuran pelajar yang belum juga menemukan solusi, kasus rudapaksa yang dilakukan para pemuda pada pelajar putri (14 tahun) hingga akhirnya korban meninggal (tvonenews.com, 28/2/2023), dan masih banyak yang lain. Para pelajar pun banyak yang terlibat pencurian disertai kekerasan. Begitu buruk wajah generasi saat ini. 

Banyaknya kasus kekerasan yang terjadi memperlihatkan adanya jalan yang keliru dalam proses pendidikan generasi. Sistem pendidikan yang kini diterapkan terbukti gagal membentuk generasi berkepribadian mulia. Keluarga pun terbukti lemah menjaga kehormatan elemennya. Kendali masyarakat pun rusak, mengoyak pondasi generasi yang seharusnya dijaga. 

Segala yang terjadi tak lepas dari buruknya sistem yang dijadikan panutan. Sistem sekulerisme, yang hingga hari ini terus diterapkan, terbukti berhasil menimbulkan malapetaka yang mengancam generasi. Sistem yang menjauhkan segala aturan agama dari kehidupan, tak bisa menjamin penjagaan yang sempurna. Akal dan hawa nafsu dijadikan sumber sandaran dalam berbuat. Alhasil, standar benar salahnya perbuatan menjadi bias dan tak jelas. 

Dalam sistem sekulerisme, aturan agama hanya diletakkan sebagai aturan ibadah per individu saja. Sementara, aturan kehidupan diatur oleh regulasi yang dibuat oleh manusia yang hanya mengandalkan akal. Aturan yang tercipta pun lemah karena hanya berdasarkan pemikiran manusia yang tak berdaya. 

Aturan yang ditetapkan manusia penuh dengan asas manfaat sesuai kepentingannya, tanpa peduli dengan maslahat umat yang seharusnya dicapai. Maka sangat wajar, saat aturan buatan manusia dijadikan aturan kehidupan, segala bentuk kerusakan pun tercipta.

Sistem pendidikan, misalnya. Sistem ini hanya menekankan pada kualitas sumber daya manusia yang berorientasi pada materi dan kesuksesan dunia, tanpa mengindahkan aturan agama yang seharusnya diterapkan. Akibatnya, generasi yang tercipta pun minim iman, tak peduli pada hubungannya dengan Allah Swt. Mereka tak memahami hakikat keberadaan dan pengawasan Sang Pencipta terhadap segala tingkah laku manusia. 

Kesuksesan ala sekulerisme kapitalistik hanyalah ditekankan pada kesuksesan duniawi. Semakin banyak harta dianggap akan mulia dan bahagia. Mereka merasa berkuasa karena memiliki jabatan tertentu, tanpa memperhatinkan jalan iman menuju keberhasilan yang hakiki. Tentu saja, semua pemahaman yang salah ini akan melahirkan kesalahan yang fatal dalam pola pikir dan pola tindakan seseorang. Salah asuh sistem yang rusak mengakibatkan generasi yang bobrok. 

Berbeda dengan paradigma Islam. Syariat Islam menetapkan pemahaman yang menyeluruh tentang kehidupan. Prinsip Islam tentang kehidupan, yaitu "dari mana kita berasal, apa yang harus dilakukan di dunia, dan akan ke mana kita setelah meninggalkan dunia" benar-benar mengarahkan tujuan hidup manusia yang seutuhnya, sehingga setiap individu selalu waspada terhadap penjagaan diri beserta keluarganya. Segala perbuatan pasti diawasi Allah Swt. Muslim yang beriman pasti mengedepankan keimanan di atas segala-galanya karena takut penghitungan di hari akhir. 

Keimanan yang sempurna hanya dapat terwujud dalam asuhan sistem yang mendukung, yaitu sistem Islam dalam wadah institusi yang khas, Khilafah Islamiyyah. Dalam sistem Islam yang khas inilah segala sistem kehidupan ditata dengan sempurna dan menyeluruh di setiap bidangnya. Salah satunya adalah bidang pendidikan generasi.

Dalam Islam, generasi adalah harta luar biasa. Ini karena dari tangan generasi-lah peradaban gemilang dapat diraih. Maka dari itu, sistem Islam begitu menjaga sistem pendidikan generasi yang mengintegrasikan seluruh aturan syariat Islam demi tercapainya kesempurnaan iman. 
Setiap perilaku senantiasa didasarkan pada pola pikir dan pola sikap sesuai syariat. Sungguh, inilah perisai kuat yang dapat menjaga generasi. Generasi terjaga, kehormatan umat pun mulia_terjaga dalam sistem Islam, satu-satunya sistem yang mengatur sempurna setiap jengkal kehidupan. 

Wallahu a'lam bisshawwab.

Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :