Tinta Media - Problem stunting pada anak masih terjadi di negeri ini. Harusnya anak anak balita itu sehat dan bisa menikmati masanya untuk bermain dengan penuh kecerian. Tetapi kita akan jumpai anak-anak balita itu mengalami gizi buruk dan stunting sehingga tidak bisa lagi ceria untuk bermain .
Hal ini tentunya paradoks, dimana negeri ini adalah negara agraris dan maritim. Yaitu negeri yang kaya akan hasil lautnya maupun kaya akan bahan makanan. Bahkan negeri ini pernah swasembada pangan seperti beras. Anehnya, di negeri ini masih kita jumpai anak anak balita yang stunting dan kurang gizi.
Makanya, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia ( Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan pemerintah daerah perlu terus mengencarkan kampanye untuk mengajak masyarakat genar makan ikan guna mencegah dan menurunkan prevalensi stunting. Karena itu, kata dia, kampanye, sosialisasi dan edukasi yang gencar mengenai manfaat makan ikan dan protein hewani lainnya diharapkan akan meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pola makan bergizi seimbang untuk mencegah stunting. (www.liputan6.com/12/03/2023) .
Apakah kampanye dan sosialisasi gemar makan ikan cukup untuk mengatasi anak stunting dan kurang gizi? Soalnya keluarga saat ini perlu uang belanja yang cukup untuk memenuhi gizi seimbang pada anak anak balita seperti ikan, susu maupun buah. Kalau kita lihat, kondisi ekonomi saat ini banyak para ibu yang kesulitan ekonomi untuk bisa memberikan gizi seimbang anak balitanya seperti makan ikan. Hal ini terjadi, karena banyak pengangguran, PHK juga kenaikan harga bahan pokok. Makanya, saat ini masih kita jumpai anak balita yang kurang gizi dan stunting.
Fenomena anak anak balita mengalami stunting dan gizi buruk ini terjadi dalam kapitalis sekuler. Dimana, kapitalis sekuler itu memisahkan agama dari kehidupan. Selain itu adanya kesenjangan sosial masyarakat dalam kapitalis sekuler itu yang kaya makin kaya dan yang miskin makin tersisih. Hal ini terjadi dalam bidang ekonomi, pendidikan, sosial maupun kesehatan . Makanya dalam kapitalis sekuler ini cukupkah kampanye dan sosialisasi gemar makan ikan bisa mencegah dan menurunkan prevalensi stunting?
Kalau kita mau melihat bagaimana Islam mengatasi problem anak stunting dan kurang gizi itu bisa sebagai sarana untuk solusinya. Dimana, Islam mendorong para ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada anaknya yang masih balita sampai usia dua tahun.
Selain itu, Islam mendorong untuk pemenuhan kebutuhan pokok dengan cara menyediakan lapangan kerja dengan gaji layak dan kestabilan harga pangan. Sehingga masyarakat bisa memenuhi kebutuhan pokok dengan gizi yang baik bagi keluarganya yaitu ibu maupun anak balitanya. Dengan ini harapannya bisa mengatasi problem anak stunting dan kurang gizi.
Oleh: Puji Yuli
Sahabat Tinta Media