Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) menilai bahwa perilaku buruk anak disebabkan kesalahan pola asuh dalam keluarga dan penerapan sistem pendidikan sekuler.
“Salah satu hal yang selalu dikaitkan dengan perilaku buruk anak adalah kesalahan pola asuh dalam keluarga serta diterapkannya sistem pendidikan sekuler," tuturnya dalam Serba-Serbi MMC: Anak Pelaku Kriminal, Negara Abai Menanamkan Pola Asuh yang Benar pada Orang Tua, di kanal YouTube Muslimah Media Center, Sabtu (4/3/2023).
Menurutnya, hal itu terjadi karena ketidaksiapan pasangan suami istri dalam berperan sebagai orang tua. Peran ini adalah satu keniscayaan sehingga seharusnya menjadi bagian dalam kurikulum pendidikan dalam semua jenjang pendidikan.
“Namun saat ini hal tersebut justru tidak didapatkan dalam sistem pendidikan di negeri ini, karena sistem pendidikan yang diterapkan di negeri ini adalah sistem pendidikan sekuler. Sistem pendidikan sekuler mengajarkan individu masyarakat tentang standar hidup kapitalis, di mana kebahagiaan bersumber dari materi dan kenikmatan jasadiah,” sesalnya.
Selain itu ia menambahkan, sistem pendidikan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan telah mengabaikan nilai-nilai lain di luar dari nilai materi. Diantaranya adalah nilai akhlak, nilai ruhiyah, dan nilai insaniyah.
“Padahal berbagai aturan telah dicanangkan pemerintah untuk memaksimalkan peran orang tua dalam pengasuhan anak. Undang-Undang nomor 23 tahun 2002 telah mengamanatkan bahwa setiap anak berhak mendapatkan pengasuhan yang layak dari orang tuanya,” bebernya.
Islam
Narator mengatakan, ini berbeda dengan Islam. Islam memahami peran penting orang tua dalam mendidik generasi. Oleh karena itu Islam memiliki tuntutan bagaimana menjadi orang tua. Tidak saja dalam menyiapkan anak untuk mengarungi kehidupan di dunia, namun juga agar selamat di akhirat.
“Tuntutan tersebut akan diintegrasikan dalam sistem pendidikan, mengingat setiap orang laki-laki atau perempuan akan menjadi orang tua. Ini adalah bentuk tanggung jawab yang Islam bebankan kepada negara, karena Islam menyadari pentingnya generasi dalam membangun peradaban yang mulia,” urainya.
Pendidikan dalam Islam, lanjutnya, adalah hak setiap warga negara, orang tua, calon orang tua, hingga anak. Islam menetapkan bahwa keluarga adalah madrasah utama dan pertama bagi anak. Ayah dan ibu harus bersinergi mendidik, mengasuh, mencukupi gizi anak, dan menjaga mereka dengan basis keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.
"Di dalam keluarga anak akan dibina agar memiliki kepribadian Islam yang tercermin dalam pola pikir dan pola sikap Islam. Akidah yang kokoh dan pemahaman yang kuat akan syariat Islam kafah sebagai solusi atas seluruh problematika manusia merupakan hal penting di dalam keluarga,” tegasnya.
Selain orang tua, sambungnya, masyarakat juga berperan penting menyukseskan pola asuh yang dijalankan orang tua. Masyarakat yang hidup dalam penerapan Islam kafah akan menjadi pengontrol perilaku anak dari kejahatan dan kemaksiatan.
“Dengan penerapan sistem sosial Islam, masyarakat akan terbiasa melakukan amar ma'ruf nahi mungkar kepada siapapun,” tukasnya.
Sementara negara sebagai periayah utama akan menyiapkan seluruh perangkat yang dibutuhkan para orang tua maupun calon orang tua dalam mencetak generasi yang berkepribadian Islam. "Semua itu diwujudkan oleh negara melalui penerapan syari at Islam kafah di bawah institusi khilafah Islam," pungkasnya. [] Sri Wahyuni