Tinta Media - Pengasuh Kajian Mutiara Ummat sekaligus Aktivis Muslimah Kota Batam, Ustazah L. Nur Salamah kembali menjelaskan tentang wujud mentakzimkan (memuliakan) ilmu adalah dengan memuliakan kitab.
"Masih dalam pembahasan mentakzimkan ilmu dan ahli ilmu yakni dengan memuliakan kitab. Bagian dari memuliakan ilmu yang wajib bagi penuntut ilmu untuk tidak menyelonjorkan atau menjulurkan kaki ke arah kitab," ungkapnya sebagai awal pembukaan kajian Kitab Adab Ta'limu Al Muta'alim Thoriqotu Ta'lum, Selasa (14/02/2023) di Batam.
Bunda, sapaan akrab pemateri juga menegaskan bahwa salah satu wujud memuliakan kitab yakni tidak meletakkan kitab (buku-buku) lain di atas kitab tafsir. Maksudnya adalah tidak sembarangan menimpa buku-buku tafsir agama dengan buku tulis atau sejenisnya. Apalagi Al-quran, jelas harus dimuliakan tidak boleh sembarangan menyusunnya.
Alangkah baiknya, lanjutnya, ketika menyusun Al-Qur'an, kitab-kitab tafsir, atau buku-buku agama yang berbahasa Arab di atas buku-buku yang lain. Kemudian juga tidak dibenarkan meletakkan sesuatu di atas kitab seperti HP, kacamata, makanan, pena atau sejenisnya.
Selanjutnya, Bunda mengangkat sebuah kisah seorang guru bernama Burhanuddin yang merupakan guru dari Imam Az-Zurnuji.
"Adapun guru kami Syaikhul Imam Burhanuddin pernah mengisahkan tentang salah seorang guru di hadapan para guru (gurunya para guru). Bahwa ada seorang fakih atau ahli fikih meletakkan bak tinta (tempat tinta yang isi ulang) di atas kitab. Lalu Syaikh tersebut mengatakan padanya dalam Bahasa Persia, "Jika caramu seperti itu (yakni meletakkan bak tinta di atas kitab) maka tidak akan berkah ilmumu." Begitulah adab penuntut ilmu pada zaman dahulu. Begitu memuliakan kitab," bebernya dengan sangat gamblang.
Mirisnya generasi saat ini sangat jauh dari adab menuntut ilmu terutama dalam memuliakan kitab atau buku-buku pelajaran. Sembarangan meletakkannya dan tidak menjaganya dengan baik. Penyebabnya tidak lain adalah sistem kehidupan hari ini yang mengantarkan para penuntut ilmu jauh dari adab.
Pun, ada kisah menarik tentang seorang guru pada zaman keemasan Islam. Ada kisah seorang guru sekaligus qadhi yakni seorang hakim yang memutuskan sebuah perkara bernama Syaikh Fakhruddin.
"Guru kami Al-Qadhi Al-Imam yang mulia Fakhruddin yang dikenal dengan Qadhi pernah berkata,"Jika hal itu (meletakkan barang-barang tadi di atas kitab, seperti bak tinta tadi) tidak bermaksud meremehkan, maka tidak mengapa. Namun, alangkah baiknya jika hal itu dihindari," pungkasnya.[] Reni Adelina/Nai