Tinta Media - Sobat. Allah SWT telah menjanjikan rezeki yang banyak bagi kita yang mau berhijrah di jalan Allah dan menjadikan Hijrah di jalan-Nya sebagai terapi ampuh untuk mendatangkan rezeki. Berhijrahlah di jalan Allah dengan sungguh-sungguh sebab dengan begitu pasti akan engkau peroleh rezeki yang banyak. Jika Allah sendiri yang sudah berjanji, maka itu tidaklah main-main. Janji itu pasti benarnya. Janji itu pasti ditepati oleh-Nya.
Allah SWT berfirman :
۞وَمَن يُهَاجِرۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ يَجِدۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ مُرَٰغَمٗا كَثِيرٗا وَسَعَةٗۚ وَمَن يَخۡرُجۡ مِنۢ بَيۡتِهِۦ مُهَاجِرًا إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ يُدۡرِكۡهُ ٱلۡمَوۡتُ فَقَدۡ وَقَعَ أَجۡرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمٗا
“ Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( QS. An-Nisa’ (4) : 100 )
Sobat. Kemudian Allah menjanjikan kepada orang-orang yang hijrah meninggalkan kampung halamannya karena menaati perintah Allah dan mengharapkan keridaan-Nya, mereka akan memperoleh tempat tinggal yang lebih makmur, lebih tenteram dan aman dan lebih mudah menunaikan kewajiban-kewajiban agama di daerah yang baru, yaitu Medinah. Janji yang demikian itu sangat besar pengaruhnya bagi mereka yang hijrah. Sebab umumnya orang-orang Islam di Mekah yang tidak ikut hijrah menyangka bahwa hijrah itu penuh dengan penderitaan dan daerah yang dituju itu tidak memberikan kelapangan hidup bagi mereka.
Allah akan memberikan kelapangan hidup di dunia dan akan memberikan pahala yang sempurna di akhirat kepada orang-orang yang hijrah dan meninggal dunia sebelum sempat sampai ke Medinah. Amat jelas janji Allah kepada orang-orang yang hijrah dibandingkan dengan janji kepada mereka yang tidak hijrah karena uzur, sebab bagi golongan yang akhir ini pengampunan Allah tidak disebut secara pasti. Pengampunan dan kasih sayang Allah sangatlah besar terhadap kaum muhajirin yang dengan ikhlas meninggalkan kampung halaman mereka untuk menegakkan kalimah Allah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Abu Ya'la dengan sanad yang baik dari Ibnu Abbas beliau berkata, "Damrah bin Jundub pergi dari rumahnya "Bawalah aku dan keluarkanlah aku dari bumi orang-orang musyrik ini (Mekah) untuk menemui Rasulullah saw." Maka pergilah dia, dalam perjalanan dia meninggal sebelum berjumpa dengan Nabi Muhammad saw lalu turunlah ayat ini.
Sebab-sebab Islam mensyariatkan hijrah pada zaman permulaan:
1. Untuk menghindarkan diri dari tekanan dan penindasan orang kafir Mekah terhadap Muslimin, sehingga mereka memiliki kebebasan dalam menjalankan perintah agama dan menegakkan syiarnya.
2. Untuk menerima ajaran agama dari Nabi Muhammad saw, kemudian menyebarkannya ke seluruh dunia.
3. Untuk membina negara Islam yang kuat yang dapat menyebarkan Islam, menegakkan hukum-hukumnya, menjaga rakyat dari musuh dan melindungi dakwah Islamiyah.
Ketiga sebab inilah yang menjadikan hijrah dari Mekah menjadi salah satu kewajiban bagi umat Islam. Sesudah umat Islam membebaskan Mekah tidak ada lagi kewajiban hijrah, karena ketiga sebab ini tidak ada lagi. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi bersabda:
"Tidak ada hijrah sesudah pembebasan Mekah, tetapi yang ada ialah jihad dan niat. Jika kamu diperintahkan berperang, maka penuhilah perintah itu" (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu 'Abbas).
Sobat. Kalau kita cermati ayat di atas! Bukankah di sana terdapat dua janji Allah bagi siapa saja yang mau berhijrah di jalan Allah yaitu, pertama. Tempat hijrah yang luas. Itu artinya, banyak kelapangan di sana. Dan kedua, rezeki yang banyak.
Sobat. Bagaimana cara kita berhijrah di jalan Allah? Bagaimana cara kita memperbarui iman kita? Dan Bagaimana memulainya? Ada dua cara yakni Pertama. Memperbanyak membaca Istighfar dan taubat. Dan Kedua. Selalu menyempatkan diri untuk beribadah kepada Allah.
Sobat. Tak ada hamba Allah yang tak pernah dosa. Dan tak ada terapi ampuh dalam menghapus dosa selain bertaubat kepada Allah dan memohon ampunan-Nya dengan serius dan sungguh-sungguh. Dengan beristighfar dan bertaubat dengan sungguh-sungguh kita berarti telah sungguh-sungguh pula berhijrah dari jalan dosa menuju jalan Allah yang bercahaya. Dan dengan itu pula, kita berarti memperbarui iman kita. Perbaruilah imanmu dengan memperbanyak istighfar. Parbaruilah imanmu dengan memperbanyak dzikir.
Sobat. Sesungguhnya istighfar dan taubat benar-benar merupakan sarana yang ampuh dalam mengundang dan mendatangkan rezeki dan karunia Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. Sebagaimana firman-Nya :
فَقُلۡتُ ٱسۡتَغۡفِرُواْ رَبَّكُمۡ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارٗا يُرۡسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيۡكُم مِّدۡرَارٗا وَيُمۡدِدۡكُم بِأَمۡوَٰلٖ وَبَنِينَ وَيَجۡعَل لَّكُمۡ جَنَّٰتٖ وَيَجۡعَل لَّكُمۡ أَنۡهَٰرٗا
“maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” ( QS. Nuh (710 : 10 – 12 )
Sobat. Nuh menyeru kaumnya agar memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa mereka menyembah berhala. Bila mereka memohon ampunan, maka Allah pasti akan mengabulkannya, karena Ia Maha Pengampun. Keimanan mereka akan menghapus dosa-dosa syirik yang telah mereka lakukan.
Sobat. Nabi Nuh menyampaikan kepada kaumnya janji Allah bila mereka beriman kepada-Nya, yaitu:
1. Allah akan menurunkan hujan lebat yang akan menyuburkan tanah mereka dan memberikan hasil yang berlimpah sehingga mereka akan makmur.
2. Allah akan menganugerahkan kepada mereka kekayaan yang berlimpah.
3. Allah akan menganugerahkan anak-anak yang banyak untuk melanjutkan keturunan mereka, sehingga tidak punah.
4. Allah akan menyuburkan kebun-kebun mereka, sehingga memberi hasil yang berlimpah.
5. Allah akan memberi mereka sungai-sungai dan irigasi untuk mengairi kebun-kebun mereka, sehingga subur dan hijau.
Janji Allah kepada umat Nuh sangat cocok dengan masyarakat waktu itu. Umat Nabi Nuh adalah nenek moyang umat manusia sekarang. Kebudayaan mereka masih dalam taraf permulaan kebudayaan manusia. Akan tetapi, janji Allah itu tidak menarik hati mereka sedikit pun. Hal ini menunjukkan keingkaran mereka yang sangat hebat.
Janji Allah itu mengandung isyarat bahwa Ia menyuruh mereka mempergunakan akal pikiran. Mereka seakan-akan disuruh memikirkan kegunaan hujan bagi mereka. Hujan akan menyuburkan bumi tempat mereka berdiam, menghasilkan tanam-tanaman dan buah-buahan yang mereka perlukan. Sebagian hasil pertanian itu bisa mereka makan dan sebagian lainnya dijual, sehingga menambah kekayaan mereka. Hujan akan mengalirkan air menjadi sungai-sungai yang bermanfaat bagi mereka. Jika mereka mau menggunakan pikiran seperti itu, mereka tentu akan sampai kepada kesimpulan tentang siapa yang menurunkan hujan dan menyuburkan bumi sehingga menghasilkan keperluan-keperluan hidup mereka. Akhirnya, mereka tentu akan sampai kepada suatu kesimpulan sebagaimana seruan yang disampaikan Nuh kepada mereka, yaitu beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan yang menciptakan semua keperluan mereka.
Sobat. Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya beliau mejelaskan mengenai ayat di atas dengan perkataan sebagai berikut : “ Jika kalian bertaubat kepada Allah, memohon ampunan dan taat kepada-Nya dengan sungguh-sungguh, niscaya Allah akan memperbanyak rezekimu, akan memberimu keberkahan dari langit berupa hujan, akan menumbuhkan untukmu keberkahan dari bumi denga menumbuhkan tanam-tanaman untukmu, memperderas susu untukmu, serta memberimu harta dan anak yang banyak. Tak hanya itu, Allah juga akan menjadikan untukmu kebun-kebun yang penuh dengan buah-buahan serta melengkapinya dengan sungai-sungai yang mengalir diantara kebun-kebun itu.”
Sobat. Begitu dahsyatnya kekuatan dan keajaiban istighfar sebgaimana temaktub dalam QS Nuh (71) : 10 – 12 di atas, sampai-sampai sahabat Umar bin Khaththab ra cukup berpegang teguh pada janji Allah dalam ayat tersebut tanpa tawar, tanpa reserve, ketika beliau meminta hujan kepada Allah SWT. Demikian pula Imam Hasan al-Bashri ketika banyak sekali orang yang mendatangi beliau dan mengadukan permasalahan yang berbeda-beda, tetapi beliau menasehati mereka dengan nasehat yang sama. Semuanya disuruh beliau agar memperbanyak istighfar kemudian beliau membaca QS Nuh ayat 10 sd 12.
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pasca sarjana IAI TRibakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur