Ribuan Anak Menderita Diabetes Mellitus, Negara ke Mana? - Tinta Media

Jumat, 17 Februari 2023

Ribuan Anak Menderita Diabetes Mellitus, Negara ke Mana?

Tinta Media - Maraknya penyakit diabetes mellitus atau yang biasa dikenal dengan diabetes adalah salah satu masalah kesehatan yang mengkhawatirkan di Indonesia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF), pada 2021, Indonesia menempati peringkat ketiga dunia dengan jumlah penderita diabetes mellitus terbanyak setelah Tiongkok dan India. Jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia diperkirakan mencapai 14,1 juta orang dan angkanya terus meningkat setiap tahunnya. 

Diabetes mellitus adalah penyakit yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin dengan baik. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas dan berfungsi untuk mengatur kadar gula darah dalam tubuh. Jika kadar gula darah tinggi, maka akan menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan seperti gangguan ginjal, penyakit jantung, dan kerusakan saraf. 

Rabu, 1 Februari 2023, Media Briefing IDAI "Diabetes pada Anak" yang dilaksanakan secara daring, Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Muhammad Faizi, Sp.A.(K), mengatakan, prevalensi kasus diabetes pada anak meningkat 70 kali lipat pada Januari 2023. Data IDAI mencatat ada sekitar 1.645 anak di Indonesia yang mengalami diabetes. Data yang tercatat ini berasal dari 15 kota di Indonesia. Mulai dari Jakarta, Surabaya, Palembang, hingga Medan. Dari jumlah tersebut, laporan paling banyak berasal dari Jakarta dan Surabaya.

Seperti halnya dijelaskan pula oleh Ketua Umum IDAI, Piprim Basarah Yanuarso, bahwa pola makan sangat berkaitan erat dengan penyakit diabetes mellitus pada anak sebab konsumsi makanan dengan kadar gula dan lemak yang tinggi, adalah salah satu faktor utama penyebab diabetes mellitus. Selain itu Gaya Hidup yang Kurang Sehat serta Faktor Genetik Faktor genetik atau keturunan juga dapat memicu terjadinya diabetes mellitus. 

Meski Pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa upaya untuk menghadapi penyakit diabetes mellitus di antaranya, Program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan dan mencegah diabetes mellitus, meningkatkan sarana kesehatan, hingga bekerjasama dengan pihak swasta, seperti perusahaan farmasi dan produsen alat kesehatan untuk mempercepat pengembangan dan penyediaan obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan bagi penderita diabetes, namun solusi tersebut tidak membuahkan hasil signifikan, terbukti dari data meningkatnya kasus diabetes ini.

Sejatinya jika kita telisik lebih dalam,  maraknya diabetes pada anak ini, tidak terlepas dari akibat kemiskinan, terlebih di masa serba sulit seperti ini. Jangankan memikirkan makanan sehat, bagi orang miskin yang terpenting murah dan mengenyangkan, termasuk dalam memberi jajanan kepada anak, tanpa mengetahui jahatnya gula yang tersembunyi di balik makanan murah yang dikonsumsi anaknya, sebab untuk mendapatkan makanan atau jajanan dengan bahan-bahan terbaik tentu saja harus membeli dengan harga yang lumayan mahal. 

Selain itu di dalam sistem kapitalisme, yang fokus utamanya hanyalah peningkatan profit dan efisiensi. Menjadikan para produsen makanan atau pedagang memanfaatkan situasi ini dengan menggunakan bahan-bahan yang merugikan konsumen, seperti bahan-bahan berbahaya dalam makanan.

Karena pada faktanya sekalipun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan rekomendasi bahwa asupan gula per hari untuk dewasa tidak boleh lebih dari 50 gram atau empat sendok makan. Sementara pada anak dibatasi tidak boleh lebih dari 30 gram atau enam sendok teh per hari. Namun, fakta yang terjadi jika dilihat dari data Survei Konsumsi Makanan Individu Indonesia 2014, sebanyak 29,7 persen masyarakat mengonsumsi gula harian yang artinya lebih dari batasan yang ditetapkan WHO. 

Sekularisme yang menjauhkan agama dari kehidupan juga telah membuat para produsen nakal lebih bebas untuk bertindak tidak jujur tanpa memikirkan batas halal haram. Sementara negara yang seharusnya berperan untuk melindungi rakyat serta hak-hak konsumen melalui regulasi dan pengawasan terhadap praktik bisnis yang tidak adil atau merugikan konsumen. Terkesan abai, akibat dalam sistem ini perannya di batasi, hanya menjadi regulator bagi kepentingan  kapitalis. 

Padahal kehadiran negara memiliki peran penting, contohnya di bidang ekonomi, negara wajib memastikan peluang pekerjaan tersedia untuk seluruh rakyatnya sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi. Di bidang kesehatan negara juga wajib memperhatikan layanan kesehatan yang berkualitas, termasuk akses terhadap pengobatan, dan pencegahan penyakit. Terlebih kesehatan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Demikian juga negara wajib memberi perlindungan pada rakyat dari praktik-praktik  jahat yang saat ini begitu bebas. 

Dalam pandangan Islam, pemimpin ibarat penggembala sebagaimana ditegaskan Rasulullah SAW, “Imam (Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia, adalah (laksana) penggembala. Dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap (urusan) rakyatnya.” (HR Al- Bukhari). 

Dan ri’ayah dilakukan para pemimpin sebagai bukti kesungguhan penghambaan diri seorang manusia kepada Allah swt. dan sebagai realisasi dari hikmah penciptaannya. Tujuan akhir dan manfaat  yang didapatkan dari pemeliharaan tersebut adalah mendapat keridhaan Allah SWT dan rahmat-Nya di dunia hingga akhirat.  

Oleh karena itu, jelas ada perbedaan fundamental antara sistem Islam dengan sistem saat ini, baik karakter pemimpin maupun kebijakannya, sebagai contoh di dalam kebijakan ekonomi. Negara islam memainkan peran penting dalam memregulasi dan memfasilitasi sistem ekonomi Islam yang didasarkan pada Al-Qur'an dan sunnah, sehingga terciptalah  keadilan, kesetaraan, dan kesejahteraan bersama selain memastikan pertumbuhan ekonomi, negara juga memfasilitasi peluang bagi warga negara untuk berbisnis dan bekerja.

Islam juga memandang kemuliaan manusia dari ketakwaannya, karena orientasinya hanyalah keridhoan Allah. Bukan materi ataupun atribut fisik lainnya, hal ini juga membentuk mentalitas manusia menjadi mulia, membuat manusia berlomba lebih untuk meraih kebaikan dunia dan akhirat daripada sekedar mengejar kenikmatan dunia sesaat, sehingga dalam menjalankan bisnis pun mereka dengan tidak merugikan orang lain karena rasa takut diawasi Allah SWT. 


Artinya jelas bahwa semua masalah ini hanya bisa diselesaikan dengan semua solusi yang sudah tersedia di dalam Islam, sebab Islam bukan sekedar agama  sebatas ranah individu, tapi juga sistem kehidupan yang menyediakan pedoman di seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk mengatur politik dan pemerintahan. Dengan menerapkan syariah secara komprehensif dan berpegang teguh pada al-Qur’an dan Sunnah, maka meniscayakan keadilan, kesejahteraan dan perlindungan hak asasi manusia secara otomatis terwujudkan.

Bahkan lebih dari itu umat manusia bisa mencapai peradaban gemilang dengan keridhoan Allah SWT. Sebagaimana dulu pernah dicontohkan dan dibuktikan oleh Rasulullah Saw dan dilanjutkan oleh para sahabat. 

Wallahu alam bissawab

Oleh: Indri Wulan Pertiwi
Aktivis Muslimah Semarang
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :