Resep Hidup Bahagia - Tinta Media

Senin, 06 Februari 2023

Resep Hidup Bahagia

Tinta Media - Dalam lslam resep hidup bahagia itu mudah dan praktis, yaitu cukup menyalin dari Al-Quran yang merupakan buku panduan kehidupan dan telah dicontohkan oleh Kanjeng Nabi saw. Ini karena alam semesta beserta isinya diciptakan oleh Allah Swt. tidak dibiarkan saja, dilengkapi dengan aturan agar kehidupan berjalan dengan baik bahkan membuat penghuninya bahagia.
 
“Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta segala apa yang ada di antara keduanya dengan main-main.” (QS Al-Anbiya: 16).

Begitu hebatnya Allah Swt. merancang dunia dan seisinya. Tidak ada yang terlewat, melainkan semuanya sudah ada panduan-Nya. Seorang mukmin haruslah menerapkan Al-Qur’an secara menyeluruh agar merasakan kebahagiaan yang tidak hanya di dunia, bahkan kelak akan bahagia selamanya di akhirat. Semua itu bisa dijalankan karena konsekuensi iman yang membenarkan seluruh isi Al-Qur’an yang tiada keraguan di dalamnya.

Sungguh rugi jika manusia hanya mengejar kebahagiaan dunia hingga melupakan kebahagiaan abadi di akhirat kelak. Bukankah sudah banyak kisah yang semuanya ada batas akhirnya. Fir’aun dengan segala kemewahan dunianya juga binasa karena kepongahannya. Hitler dengan kekuasaannya yang diktator seakan tidak ada yang menandingi, akhirnya juga tewas. Apakah masih belum menjadi pelajaran bagi kita jika hidup itu sementara, dan ketika tidak mematuhi aturan-Nya pasti sengsara di dunia serta di akhirat kelak.

Islam telah terbukti mampu membuat manusia hidup bahagia selama rentang waktu 13 abad. Sejak Rosulullah saw. membangun negara lslam pertama di Madinah hingga Khilafah Turki Ustmani 1924 M, Islam bisa membuat ratusan juta manusia hidup tenang dan bahagia, meskipun berbeda agama, ras, suku, bahasa, dan warna kulit. lslam menjamin kebutuhan semua rakyat yang ada dalam wilayah kekuasannya, baik muslim maupun nonmuslim.

Dalam lslam pun tidak ada tingkatan strata. Semua manusia sama, baik kaya atau miskin, pejabat maupun rakyat, pedagang atau petani, dan sebagainya. Yang membedakannya hanyalah ketakwaannya (TQS Al-Hujurat 13). 

Hal tersebut membuat seorang muslim hidupnya produktif, hingga melahirkan banyak manusia yang bermartabat, seperti Shahudin Al Ayubi, Al-Fatih, lmam Syafi’i, dan lain sebagainya.

Bukti lain kehidupan yang mengikuti petunjuk Qur’an dan mendatangkan keberkahan serta kebahagiaan, yaitu Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang berkuasa selama kurang lebih 3 tahun. Di bawah kepemimpinannya, tidak ada rakyat yang berhak mendapatkan zakat karena tergolong hidup mapan. Ini karena beliau mengurusi setiap keperluan rakyat dengan landasan syariat. Bahwa sandang, pangan, papan, kesehatan, keamanan dan pendidikan harus disediakan oleh negara dengan murah hingga gratis. Tentu saja kehidupan berjalan dengan baik dan rakyatnya mencintai pemimpinnya karena pemimpinnya mencintai rakyatnya.
Bisa disimpulkan bahwa resep hidup bahagia adalah sebagai berikut: 

Pertama, membaca petunjuk hidup/Al-Qur’an. Seorang muslim harus terbiasa membaca kitab suci yang berfungsi sebagai petunjuk. Lisannya senantiasa melantunkan kalam-Nya, dengan membacanya membuat hati tentram sekaligus sebagai obat dalam dada.

Kedua, memahami isi Al-Qur’an dengan mempelajarinya, karena belajar dalam lslam adalah kewajiban yang ada pada setiap pundak muslim dari ayunan hingga liang lahat. 

Ketiga, mengamalkan Al-Qur’an secara menyeluruh dalam setiap aspek kehidupan. Dalam hal ini, negara adalah pihak yang efektif menerapkan, menjaga, serta menyebarkan lslam.

Keempat, Menyampaikan yang diketahui walau satu ayat atau disebut amar ma’ruf dan nahi Munkar. Ya, itulah dakwah. Dakwah adalah amalan yang sangat dicintai Allah Swt. Dengan dakwah, tersebarlah rahmat lslam hingga membuat banyak manusia hidup dalam petunjuk.

Sebaliknya, hari ini ketika sistem yang diterapkan adalah sekularisme kapitalis, maka kehidupan berjalan timpang. Sistem ini melarang agama (lslam) mengatur kehidupan, dan agama hanya dijadikan syarat untuk membuat KTP. Standart kebahagiaan dalam sistem ini diukur dengan banyaknya materi yang didapat, menyebabkan banyak manusia stres, depresi, hingga bunuh diri ketika tidak mampu meraihnya. 

Pertanyaannya, apakah kita ingin hidup bahagia dengan syarat menerapkan syariat secara kaffah atau tetap bertahan dengan sistem sekularisme kapitalis yang gagal membuat manusia hidup tenang serta bahagia?

Wallahu a’lam.

Oleh: Umi Hanifah
Sahabat Tinta Media
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :