MENJADI MUSLIM PEMBELA AL-QUR’AN - Tinta Media

Jumat, 10 Februari 2023

MENJADI MUSLIM PEMBELA AL-QUR’AN

Tinta Media - Tindakan rasis pemicu konflik berupa pembakaran salinan Al-Qur'an oleh Rasmus Paludan, pemimpin partai sayap kanan Denmark garis keras Swedia di Stockholm (21/1) yang dilakukan saat demonstrasi anti-Turki dan upaya Swedia untuk bergabung dengan NATO menunjukkan bahwa islamopobia semakin menggila, dilakukan oleh orang-orang gila dan didukung oleh aturan yang gila juga.
 

Hanya orang gila dan rasis lah yang nekad membakar al Qur’an, kitab suci dan disucikan oleh umat Islam seluruh dunia. Jika orang normal dan punya akan sehat, tidak mungkin akan melakukan tindakan gila itu. Lebih gila lagi saat perilaku abnormal itu didukung oleh peraturan negara atas nama kebebasan berekspresi. Bahkan aksi rasis pembekaran Al Qur’an oleh Rasmus dijaga oleh sejumlah polisi setempat.

 

Aksi pembakaran Al Qur’an yang dimotivasi oleh niat untuk merendahkan, menghina, menista akan menyebabkan pelakunya sebagai kafir. Banyak pendapat ulama yang menegaskan hal tersebut.

 

Ulama seperti Al Qadhi Iyadh, menyampaikan bahwa mengejek atau merendahkan Al-Qur’an atau sejenisnya, adalah orang kafir. Imam Nawawi juga sepakat, penghina Al-Qur’an adalah kafir. Al Qadhi bin Farhun Al Maliki, juga menyampaikan tentang kesepakatan para ulama soal kekafiran orang-orang yang merendahkan Al-Qur’an.

 

Al-Maliki menyebutkan, “Siapa yang merendahkan Al-Qur’an, atau sejenisnya, atau mengingkari satu huruf darinya, atau mendustai Al-Qur’an, atau bahkan sampai membuktikan apa yang diingkari, maka termasuk kafir menurut kesepakatan ulama.”

Imam Syafii mengatakan, “Siapa yang menyebut Al-Qur’an, atau Nabi Muhammad sebagai utusan Allah, atau agama Allah, dengan sesuatu yang tidak pantas, maka telah melanggar perjanjiannya dan darahnya telah dihalalkan, serta dibebaskan dari kewajiban-kewajiban kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.”

 

Imam Syafii juga menegaskan mengolok-olok Al-Qur’an dengan maksud lelucon masuk dalam kategori orang kafir. Dia merujuk Al-Qur’an surat At Taubah ayat 65-66 di atas. Kemudian Ibnu Taimiyah juga berpendapat bahwa orang yang meremehkan dan mengejek Al-Qur’an adalah kafir.

 

Begitupun dengan ulama-ulama Hanafiyah yang menyatakan bahwa siapapun yang merendahkan Al-Qur’an, masjid atau sejenisnya yang dimuliakan dalam syariat, adalah kafir.

 

Para penghina Islam dari golongan orang-orang kafir atau pendukungnya selalu melontarkan apologi bahwa apa yang mereka lakukan hanyalah sendau gurau, padahal Allah sungguh murka atas perilaku mereka, bahkan permintaan maaf mereka tidak diterima oleh Allah.

 

Perhatikan firman Allah : Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” (65)

 

Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (66).

 Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa Ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; Maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang (QS As Saff : 14)

 

Ibnu Katsir memberikan kata komentar, yang dimaksud dengan penolong di sini adalah orang yang menolong agama Allah. Bagaimana ciri-ciri mereka sehingga disebut dengan penolong? Beliau mengaitkan dengan ayat 41 surat al-Hajj, : (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.

 

Dalam ayat tersebut juga terkandung kewajiban untuk menolong agama Allah dengan beban tugas yang bersifat kolektifitas, yaitu amar ma’ruf nahi munkar. Di dalam kewajibanya untuk menolong agama ini, setiap individu diberi tugas untuk senantiasa mengajak yang baik dan mencegah kemungkaran. Perintah ini, dalam agama Islam biasa disebut dengan da’wah.

 

Aksi pembakaran al Qur’an yang terus terjadi di berbagai negeri-negeri kafir seperti yang terjadi di Swedia dan Belanda adalah sebuah kemungkaran besar. Karena itu seorang muslim yang memiliki kewajiban untuk mencegah kemungkaran wajib menyampaikan protes keras kepada pembakar al Qur’an itu.

 

Kolektifitas pencegah kemungkaran minimal dilakukan oleh para pemimpin negeri-negeri muslim dengan melakukan desakan kepada negara yang bersangkutan untuk memberikan sanksi mati atas pelaku pembakaran Al Qur’an. Kedua, bisa dilakukan dengan memutus hubungan deplomatis dengan negara-negara kafir yang melecehkan Islam dan Al Qur’an.

 

Berbeda lagi jika umat Islam memiliki institusi negara sendiri sebagaimana dahulu umat Islam hidup dibawah negara khilafah Islam, maka negaralah yang langsung akan melakukan pencegahan kemungkaran yang dilakukan oleh negara-negara kafir. Hal ini pernah dilakukan oleh Abdul Hamid, pemimpin khilafah disaat Perancis hendak menyelenggarakan drama tentang Rasulullah. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah : Seorang Imam adalah perisai, di mana di belakangnya umat Islam berperang, dan kepadanya umat berlindung. (HR Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu)

 

Adalah bencana besar bagi umat Islam, jika tak lagi punya institusi negara, jika pemimpin negeri muslim dia dan jika umat Islam tak peduli dengan aksi-aksi rasis kaum kafir. Inilah puncak kelemahan umat Islam yang menurut Allah adalah umat terbaik yang beriman dan amar ma’ruf nahi munkar. Adalah kejahatan, kebodohan dan kelemahan, jika ada muslim justru mendukung pembakaran Al Qur’an dengan berbagai apologi murahan yang dilontarkan. Jika al Qur’an dibakar, maka tidak akan hilang kemuliaannya, maka tak perlu dibela dan dikecam pelakunya adalah ucapan manusia-manusia munafik jongos kaum kafir.

 

Padahal Allah dengan tegas mengingatkan kepada umat Islam untuk menjadi penolong agama Allah : Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (QS Muhammad : 7). Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa. (QS Al-Hajj : 40).

 

Umat Islam harus istiqomah menjadi penolong agama Allah, sedikit maupun banyak. Sebab jika sudah tidak ada lagi yang menegakkan ajaran Islam dan membelanya, berarti sudah tidak ada lagi yang namanya umat Islam di dunia ini. Karena itu Rasulullah optimis akan selalu ada segolongan umat Islam yang istiqomah menolong agama Allah, semoga salah satunya adalah kita orangnya.

Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang menegakkan perintah Allah, tidak ada yang membahayakannya orang yang menghinakan atau menyelisihi mereka sampai datangnya hari kiamat, dan mereka akan selalu menang atas manusia.  (HR Muslim dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘Anhu)

 

Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku kelompok yang selalu menolong kebenaran atas musuh mereka. Orang-orang yang yang menyelisihi mereka tidak akan membuat mereka goyah kecuali orang yang tertimpa cobaan, sampai datang kepada mereka janji Allah Azza wa Jalla. Mereka bertanya. Wahai Rasulullah di manakah mereka? Beliau menjawab: Baitul Maqdis dan sisi Baitul Maqdis. (HR Ahmad dari Abu Umamah Radhiyallahu ‘Anhu).

 

Penting dipahami oleh umat Islam bahwa kitab suci Al-Quran adalah kitab suci yang memiliki kemuliaan yang berisi tentang petunjuk kehidupan, pengarah langkah, pijakan setiap amal, tolok ukur, serta barometer dalam segala hal. Petujuk Al-Quran digaransi terjamin kesempurnaannya dan terjaga kemurniannya. Al Qur’an adalah petunjuk untuk kebaikan manusia seluruh dunia, maka tidak ada yang salah dengan Al Qur’an, lantas mengapa Al Qur’an dihina dengan dibakar ?.

 

Kehancuran dunia saat ini dengan adanya kemiskinan, kejahatan, korupsi, kerusakan alam dan lingkungan, kebebasan seksual, kezaliman, penjajahan dan kondisi buruk lainnya tidaklah disebabkan oleh Al Qur’an, namun disebabkan oleh penerapan ideologi kapitalisme sekuler liberal atau komunisme sosialis ateis di seluruh dunia, termasuk di negeri-negeri kaum muslimin.

 

Nah, jadilah muslim pembela Islam, Rasulullah, Al Qur’an dan seluruh umat Islam di seluruh dunia. Sebab manusia akan hidup mulia dibawah naungan Al Qur’an. Lebih dari itu, teruslah berjuang untuk menegakkan institusi Islam agar agama ini tegak dengan kemuliaannya sehingga tidak akan lagi yang berani menghina Islam, baik individu maupun negara manapun. Semoga kita termasuk golongan para penolong agama Allah.

(AhmadSastra,KotaHujan, 04/02/23 : 08. 42 WIB)

 Oleh: Dr. Ahmad Sastra Ketua

Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :