Tinta Media - Pengasuh Kajian Mutiara Ummat sekaligus Aktivis Muslimah Kota Batam kembali menerangkan kisah teladan dari sosok Khalifah Harun Ar-Rasyid yang mengirimkan putranya untuk menuntut ilmu dan belajar adab.
"Dikisahkan Khalifah Harun Ar-Rasyid pernah mengutus atau mengirim putranya kepada seorang guru bernama Al-Ashma'i supaya diajari ilmu dan adab," terangnya para kajian rutin Kitab Adab Ta'limu Al Muta'alim Thoriqotu Ta'lum, Selasa (31/1/2023).
"Pada suatu hari Khalifah Harun Ar-Rasyid melihat Al-Ashma'i berwudhu dan membasuh kakinya, sementara putra Khalifah tadi menuangkan air ke kaki gurunya," tambahnya.
"Melihat hal itu, sang Khalifah marah dan langsung menegur Al-Ashma'i. Kira-kira apa penyebab sang Khalifah marah?" tanyanya kepada para peserta kajian.
Bunda sapaan akrabnya, menjelaskan kemarahan sang Khalifah bukan karena kesombongan karena beliau seorang Khalifah. Bukan pula marah karena tidak rela jika anaknya diperintahkan demikian. Justru kemarahan sang Khalifah adalah marah kebaikan, ia menginginkan putranya seharusnya bersikap lebih mulia lagi dalam memuliakan sang guru.
Khalifah Harun Ar-Rasyid pun berkata, "Sesungguhnya aku mengirim putraku kepadamu agar engkau mengajarinya ilmu dan adab kepadanya. Tapi mengapa, engkau tidak menyuruhnya membasuhkan air tersebut dengan salah satu tangannya."
"Maksud dari perkataan sang Khalifah adalah alangkah baiknya jika sang guru menyuruh putranya membasuh kaki gurunya saat berwudhu dengan tangannya. Tangan yang satu menuangkan air dan tangan satunya lagi membasuh kaki gurunya," jelasnya dengan sangat gamblang.
Begitulah kisah teladan dari sang Khalifah yang mengirim putranya untuk belajar ilmu dan adab. Tidak ada kesombongan di dirinya sekalipun ia seorang pemimpin umat di masanya. Sang Khalifah pun mengajarkan kepada putranya agar senantiasa mentakzimkan atau memuliakan guru meskipun harus membasuh kedua kaki sang guru.
"Dari kisah tersebut bisa kita simpulkan, tidak ada sikap yang berlebihan dalam memuliakan para guru. Begitulah adanya Islam mengajarkan bagaimana memuliakan para guru sebab profesi guru adalah profesi yang sangat mulia. Sekalipun kita sebagai seorang ibu rumah tangga, kita adalah seorang guru. Yakni sekolah pertama dan guru utama bagi anak-anak kita," pungkasnya.[] Reni Adelina/Nai]