Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor Agung Wisnuwardana mengungkap bahaya swastanisasi Nikel bagi Indonesia.
“Nikel yang merupakan sumber daya alam yang unik dari Indonesia, bisa memberikan posisi tawar yang luar biasa untuk Indonesia. Adanya swastanisasi SDA termasuk nikel sudah terjadi sejak dulu hingga kini termasuk nikel, memiliki bahaya sebagai berikut,” tuturnya dalam Kabar Petang: Sikat Mafia Tambang Nikel di kanal youtube Khilafah News, Jumat (3/2/2023).
Pertama, investasi asing yang diharapkan mampu merekrut tenaga kerja dalam negeri justru lebih banyak rekrutmen tenaga kerja asing.
Kedua, eksploitasi yang dilakukan asing bisa ekspor di tengah komoditas sedang mahal namun perdagangan yang surplus ini malah nilai devisa kita turun. “Ini kan aneh. Ternyata saya lihat dolar hasil ekspor nongkrongnya di luar negeri,” ujarnya.
Agung menyampaikan, adanya investasi asing secara jangka pendek ada harapan bisa transfer teknologi faktanya tidak ada. Sedangkan secara jangka panjang ada beberapa yang menilai nikel Indonesia tidak akan bertahan lama atau tidak akan sustainable. “Selain itu ada resiko terbesar yaitu terkait kedaulatan negara. Indonesia bisa menjadi seperti Amerika Latin, dia kaya SDA tapi yang kaya adalah Amerika Serikat,” ungkapnya.
Selamatkan SDA Indonesia!
Menurut Agung, harus ada upaya untuk menyelamatkan nikel dan SDA lainnya sehingga SDA bisa menyelamatkan dan membangun Indonesia.
Pertama, memastikan ownership atau kepemilikan SDA harus dikuasai negara.
Kedua, pengelolaan SDA diberikan secara penuh untuk kemakmuran rakyat. “Islam memberikan pandangan jika jumlah SDA-nya melimpah maka harus dikelola negara dan diarahkan untuk kemakmuran rakyat secara keseluruhan baik muslim maupun nonmuslim. Oleh karena itu haram hukumnya harta milik umum ini diserahkan ke swasta,” tambahnya.
Agung menegaskan ketika orientasi kepemilikan umum mengikuti dua poin di atas maka tidak akan merusak lingkungan yang berarti tidak merusak kepentingan umum juga.
“Oleh karena itu di kesempatan yang baik ini jika kita ingin sustainability atau keberlanjutan serta ingin lingkungan baik dan memberikan keuntungan besar kepada rakyat, maka kembalilah kepada sistem Islam. Tinggalkan sistem kapitalis seperti yang ada sekarang ini,” pungkasnya.[] Erlina