Tinta Media - Ada yang menarik saat acara Kick Off Pancasila dalam Tindakan “Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting” yang diadakan oleh BKKBN, Megawati sebagai pembicara dalam forum tersebut mengomentari tentang ibu-ibu yang gandrung ikut pengajian. Dalam kesempatan itu, Megawati menyatakan keheranan tentang ibu-ibu yang tak memperhatikan anak-anaknya karena sibuk pengajian. Tentu saja hal ini menuai kritik banyak pihak. (www.jatim.viva.co.id).
Pengajian berasal dari kata aji. Aji dalam KBBI 1 berharga sekali dan dianggap bertuah (tentang benda keramat); 2 tidak ternilai kehormatan dan kedudukannya sehingga orang merasa wajib mengagungkan dan menghormati.
Dalam istilah Jawa, kata aji atau aos berarti memiliki nilai, memiliki ilmu. Jika ditarik dalam kata pengajian, bermakna melakukan proses pengisian ilmu agar memiliki nilai. Ilmu yang dimaksud di sini masih dalam konteks umum, bisa ilmu kebaikan atau ilmu sesat. Jika pengajiannya adalah tentang Islam, maka nilai Islam yang dimasukkan pada para penuntut ilmu. Hal ini akan membawa pada kemuliaan diri bagi sang penuntut ilmu.
Pada fakta di lapangan, ibu-ibu yang berangkat pengajian, pasti akan membawa serta anak-anaknya. Ikut serta dalam pengajian sama dengan proses pembiasaan bagi sang anak untuk menuntut ilmu. Ibu yang baik akan memberi contoh yang baik bagi anak agar mendapatkan juga keberkahan dalam menuntut ilmu.
Belum ada kasus ibu berangkat pengajian, anak menjadi terlantar. Ibu-ibu pengajian pasti paham bahwa anak itu aset akhirat, takkan dibiarkan begitu saja tanpa penjagaan.
Ibu mengaji adalah proses menambah ilmu bagi sang ibu untuk memahami Islam lebih dalam, terutama ilmu parenting dan psikologi Islam. Pengajian menjadi tempat alternatif bagi para muslimah agar tahu mana standar kebaikan yang Allah ridai, ilmu yang malah tidak didapatkan di bangku sekolah di sistem sekuler saat ini. Jadi, hadir di pengajian dianggap melalaikan anak adalah tuduhan yang tak berdasar.
Islam memandang bahwa mengaji merupakan bagian dari tuntutan syariat dan harus menjadi kebiasaan bagi kaum muslimin. Mengaji memberikan ruang bagi pembentukan kepribadian Islam yang mumpuni. Mengaji menjadikan muslim tahu mana yang halal dan haram, sehingga bisa lebih hati-hati. Proses mengaji akan meningkatkan taraf berpikir, memiliki kesadaran politik yang kuat, yang menjadi bekal bagi kaum muslimin untuk membentuk peradaban yang lebih baik. Ibu mengaji? Tak ada yang salah.
Oleh: Hayyin
Sahabat Tinta Media