Tinta Media - Anak: Apa yang paling Ayah harapkan dari ananda Yah?
Ayah: kamu sehat dan selamat Nak. Sehat lahir batin. Selamat dunia akhirat.
Anak: hanya itu Yah?
Ayah: iya Nak.
Anak: ga ada yang lain Yah? Misalnya jadi ulama, atau jadi saintist, atau ahli apa gitu?
Ayah: Anakku. Ayah hanya ingin kamu sehat selalu. Allah berikan kami sehat lahir batin. Batinmu beriman, tawakal, sabar, syukur dan istiqomah. Lahirmu sehat sehingga bisa melakukan ketaatan kepada Rabbmu. Bisa berjuang untuk menegakkan dan membela agamamu. Bisa melakukan amal yang dicintai Allah dan Nabimu. Sehingga kamu dijaga Allah Nak. Dicintai Allah Nak. Diselamatkan Allah dunia akhirat Nak. Hingga kamu mendapat ridho Allah masuk surga Nak. Itu sudah lebih dari cukup anakku... (Kata Ayah tercekat sambil menyeka air mata yang meleleh).
Anakku, untuk di dunia kamu mau jadi apa. Pastinya kamu tidak bisa ayah paksakan. Meskipun ayah lebih suka misalnya kamu jadi ulama pejuang. Namun jika kamu jadi profesi apapun misalnya jadi pedagang, petani, atau apapun ayah tak masalah. Yang penting itu juga merupakan perwujudan dari cinta dan taatmu kepada Allah.
Karena profesi apapun diperlukan dalam perjuangan menegakkan Islam Nak. Ulama, bisnisman, petani dll dibutuhkan untuk perjuangan ini.
Anak: alhamdulillah terimakasih Ayah. Terus apa yang harus ananda lakukan Ayah?
Ayah: kamu ngaji Nak. Halqoh itulah jalan identitasmu. Apapun profesimu ga masalah asal kamu halqoh, ngaji serius dan istiqomah. Kalo urusan profesimu kan kamu sudah sekolah. Sudah berlatih bisnis dll.
Yang penting kamu laki laki harus memiliki pekerjaan untuk menghidupi dirimu dan keluargamu. Jadi laki laki yang bertanggung jawab siap memikul beban kehidupan. Anak Ayah yang perempuan siap menjadi istri dan ibu para pejuang Islam yang tangguh dan tidak cengeng menghadapi berbagai ujian dunia.
Anak: siap insyaallah Ayah.
Ayah: alhamdulillah, terimakasih ya Nak. Ayah selalu berdoa agar Allah sehatkan dan selamatkan kamu lahir batin dunia akhirat. Menjadi anak sholih yang pejuang Islam.
Anak: aamiin.
Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center