Tinta Media - Wajar enggak sih? Bila ada Muslim bahkan ulama mengetahui khilafah itu ajaran Islam, dia akui pula khilafah itu ada di kitab-kitab fikih klasik, tetapi dia menolaknya?
.
Wajar enggak sih? Bila ada Muslim bahkan ulama mengetahui Piagam PBB bermasalah dan banyak kekurangan, tapi malah dia serukan agar dijadikan sumber hukum fikih baru bagi kaum Muslim dalam bernegara untuk menggantikan khilafah?
.
Kalau ada Muslim bahkan ulama yang seperti itu, tentu sangat tidak wajar. Sangat diragukan keulamaannya bahkan sangat diragukan kemuslimannya.
.
Kalau ada, lantas disebut apa dong orang yang seperti itu? Lebih tepat disebut sebagai orang jahil yang sombong!
.
Kenapa dikatakan jahil? Dikatakan jahil karena memilih kesesatan dibanding kebenaran. Jelas-jelas berbagai kitab fikih klasik tersebut berdiri di atas hujjah yang kuat, bersumberkan dari wahyu Allah (Al-Qur'an, Hadits, Ijma Shahabat, dan Qiyas Syar'iyyah), tapi dia tinggalkan itu demi piagam yang dibuat oleh orang-orang yang tidak pernah shalat dan tidak pernah mandi junub. Bahkan lebih parahnya lagi dibuat oleh mereka yang kerap memerangi Islam dan kaum Muslim!
.
Lantas, mengapa pula dikatakan sombong? Dikatakan sombong karena dua hal. 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎, karena menolak kebenaran yang jelas-jelas sudah dia ketahui seraya memilih kesesatan padahal jelas-jelas dia sadari yang dipilihnya itu rapuh.
.
𝐾𝑒𝑑𝑢𝑎, memandang rendah Muslim yang mendakwahkan kewajiban menegakkan syariat Islam secara kaffah dalam naungan khilafah padahal dia ketahui kewajiban tersebut berlimpah di berbagai kitab fikih yang dia sebut sebagai kitab fikih klasik. Bukan hanya memandang rendah tetapi malah mempersekusi para pendakwahnya.
.
Enggak wajar bukan? Semoga tidak ada Muslim apalagi ulama yang seperti itu, kalau ada semoga segera bertobat. Bila tidak, kekallah dirinya di neraka bersama Mustafa Kemal Pasha Attaturk 𝐿𝑎𝑘𝑛𝑎𝑡𝑢𝑙𝑙𝑎ℎ.
.
𝑁𝑎𝑢𝑑𝑧𝑢𝑏𝑖𝑙𝑙𝑎ℎ𝑖 𝑚𝑖𝑛 𝑑𝑧𝑎𝑙𝑖𝑘. Semoga kita semua tidak termasuk sebagai orang jahil, orang sombong, apalagi orang jahil yang sombong. Aamiin.[]
.
Depok, 20 Rajab 1444 H | 11 Februari 2023 M
.
Joko Prasetyo
Jurnalis