Tinta Media - Baru-baru ini tersebar berita yang menggoreskan luka pada setiap orang, terutama para orang tua, yaitu tentang siswi TK yang menjadi terduga korban kejahatan seksual oleh tiga anak SD. Korban mendapat perlakuan tak senonoh secara bergiliran. Ini adalah kejadian yang amat memilukan dan mengiris hati setiap orang tua.
Kasus ini sudah ditangani aparat kepolisian setempat. Menurut Krisdiyansari selaku kuasa hukum korban, terduga pelaku ialah tetangga dan juga teman sepermainan. (liputan6.com, 20/01/23)
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menyesalkan kasus kekerasan seksual tersebut, terlebih para pelakunya masih berusia anak. KemenPPPA berkomitmen akan mengawal dan memperhatikan pemenuhan hak-hak korban. (kemenppa.go.id (20/01/23)
Hal yang menyedihkan lagi adalah efek yang terjadi pada korban paska tindak kejahatan seksual tersebut. Trauma yang dialami korban membutuhkan waktu yang lama untuk disembuhkan. Butuh kesabaran dan batin yang kuat dalam prosesnya. Pengacara korban mengatakan bahwa teman-teman korban yang mengetahui hal tersebut menjadi penyebab tidak sekolahnya korban saat ini. Psikolog belum melakukan terapi, hanya pemeriksaan. (detik.com, 21/01/23)
Apa yang menimpa siswi TK tersebut bukanlah satu-satunya kejadian yang menunjukkan betapa rentannya anak-anak terhadap kekerasan.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengungkapkan sebanyak 4.683 aduan masuk ke pengaduan sepanjang 2022. Dikutip dari republika.co.id (22/01/23),
Pengaduan paling tinggi adalah klaster Perlindungan Khusus Anak (PKA) sebanyak 2.133 kasus. Kasus anak yang menjadi korban kejahatan seksual menjadi kasus yang tertinggi mencapai 834 kasus.
Kurangnya Peran Orang Tua
Anak adalah anugerah yang Allah berikan kepada sepasang perempuan dan laki-laki yang sudah diikat dalam pernikahan. Anak juga sekaligus menjadi amanah yang Allah titipkan kepada kedua orang tuanya. Tidak mudah memang menjalani peran sebagai orang tua. Ada tanggung jawab yang harus dipikul dan ada hak-hak anak yang harus dipenuhi. Sedih rasanya jika ada anak yang melakukan kejahatan dikarenakan ada beberapa peran orang tua maupun orang dewasa lainnya yang tak terlaksana, baik itu sengaja maupun terpaksa.
Di usianya yang masih sangat muda, peran orang tua amat berpengaruh dalam kehidupan anak-anaknya. Mereka membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang tersalurkan dengan baik dan dapat dipahami. Mereka juga perlu diberikan penanaman akidah Islam sejak dini. Mereka juga butuh pengenalan dan pemahaman akan aturan Allah sedari kecil. Namun, adakalanya proses tersebut terlewatkan atau bahkan terabaikan.
Kesibukan yang harus dijalani oleh orang tua, terkadang membuat hak-hak anak terlupakan. Beban ekonomi yang harus dipikul bersama istri, menjadikan peran ibu sebagai sekolah pertama dan utama bagi anaknya tak berjalan selayaknya. Belum lagi, jika orang tua tidak melek teknologi, gadget contohnya. Mereka tidak paham penggunaannya, tetapi memberikannya pada anak. Segala informasi yang ada di dunia ini dapat diakses melalui gadget tersebut, tak terkecuali konten yang bersifat dewasa, baik itu pornografi, pornoaksi, maupun pornoliterasi. Kurangnya pengawasan dari orang tua mengakibatkan anak dapat mengakses itu semua hanya dalam genggamannya. Terlebih lagi, dalam usia tersebut, anak-anak belum dapat secara bijak menyaring segala informasi yang masuk, termasuk dari gadget itu sendiri.
Minimnya Pemahaman Islam
Kurang siapnya sebuah pasangan dalam menjalankan rumah tangga, termasuk memiliki anak, menjadi faktor lain yang dapat menyebabkan tak terlaksananya tanggung jawab ataupun kewajiban yang harus dilakukan. Maka, butuh pemahaman mendalam dan cemerlang untuk menjalani rumah tangga dengan cara mengkaji Islam kaffah atau mengkaji Islam secara menyeluruh. Sehingga, kewajiban dan tanggung jawab sebagai orang tua dapat terlaksana dengan optimal.
Selain dari orang tua, lingkungan pun berpengaruh pada perkembangan anak. Lingkungan yang individualis menimbulkan perasaan acuh pada apa yang terjadi di sekelilingnya, tidak ada perasaan saling menjaga. Sehingga, masyarakat menjadi tidak peduli pada apa yang terjadi pada anak orang lain, asalkan tidak terjadi pada anaknya.
Lalu, pengaruh teman sebaya yang ada di lingkungan tersebut juga dapat mengambil peran terhadap perilaku anak. Teman sebaya yang berperilaku baik akan membawa kebaikan pada teman lainnya, dan begitu pula sebaliknya.
Lingkungan pendidikan yang kurang memperhatikan aspek keterikatan pada agama, menjadikannya kurang kontrol terhadap macam-macam perilaku anak. Apalagi jika sudah ada persepsi yang salah, seperti ketaatan pada agama dianggap radikal.
Selain itu, peran negara menjadi hal yang sangat penting untuk menjaga anak-anak dari tindak kejahatan seksual, baik sebagai pelaku maupun korban. Kurangnya pengawasan maupun penanganan dalam memfilter situs-situs yang berkonten dewasa, mengakibatkan konten dewasa tersebut yang ada di dalam media sosial maupun jejaring sosial, dapat diakses oleh setiap orang, termasuk anak-anak. Penjagaan oleh negara atas konten-konten yang tidak layak dikonsumsi oleh rakyat, terlebih lagi anak-anak, menjadi penting untuk dilakukan.
Keluarga pun membutuhkan peran negara dalam membantu memenuhi kebutuhan pokok. Dengan membuka lapangan kerja yang banyak, diimbangi dengan upah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, diharapkan para ibu tidak lagi memeras keringatnya untuk membantu perekonomian keluarga, apalagi sampai melalaikan kewajiban sebagai seorang ibu. Dengan demikian, anak-anaknya mendapat perhatian dan kasih sayang sebagaimana mestinya.
Adanya kasus kejahatan seksual merupakan salah satu bukti rusaknya sistem sekularisme-liberalisme yang dipakai sekarang ini. Pemisahan agama dari kehidupan menjadikan kaburnya pemahaman antara yang hak dan yang batil, baik dan buruk, serta halal dan haram. Manusia seakan bebas melakukan apa saja, tanpa mempertimbangkan lagi adanya keridaan Allah Swt. atau tidak dalam setiap aktivitas nya. Meskipun masih dalam usia anak, mereka patut diperkenalkan keterikatan hubungan dengan Sang Khalik atau Sang Pencipta. Hal ini bertujuan agar anak-anak terbiasa berpikir dan berperilaku sesuai dengan tuntunan yang Allah berikan, sedari mereka kecil, dan juga agar tertanam ketakwaan dalam diri anak.
Islam Menjadi Solusi
Perlu adanya kesiapan untuk menjadi orang tua sebagaimana perlunya kesiapan juga untuk menjadi orang yang berkuasa dalam suatu wilayah. Aturan yang Allah siapkan seharusnya dipakai untuk kehidupan sehari-hari, demi mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan. Menjadikan akidah Islam sebagai pondasi merupakan hal yang penting untuk disadari, dan beralih ke Islam kaffah adalah menjadi solusi demi tercapainya kebahagiaan hakiki.
Wallahu alam bishawab.
Oleh: Ummu Azmi
Aktivis Muslimah